Sadar Nggak Sih, Anak Bandel Itu Cerminan Orang Tuanya, Lho!

Reporter : Audila Rima Ndani
Selasa, 18 Februari 2020 10:00
Sadar Nggak Sih, Anak Bandel Itu Cerminan Orang Tuanya, Lho!
Buah nggak akan jatuh jauh dari pohonnya!

Namanya juga keluarga, rasanya nggak mungkin kalau kita nggak pernah berantem. Tapi pernah nggak sih kamu ngerasa kesel banget sama salah satu anakmu?

Meskipun tentunya nggak perlu diragukan kalau kita sangat menyayangi anak, tapi pasti ada saja satu anak yang terus-terusan bikin kamu jengkel dan makan ati karena ulah bandelnya. Mungkin saking bandelnya sampe kamu pengen balikin dia ke perut lagi. Padahal tahu nggak sih, anak yang bandel itu ternyata cerminan dari orangtuanya, lho!

1 dari 3 halaman

via GIPHY

Dari yang saya baca di Bright Side, sebuah penelitian menunjukkan bahwa alasan saat kita ngerasa keganggu dengan sikap orang lain adalah karena hal itu berhubungan dengan kita. Sebagai orangtua, kita sering emosi karena nggak suka dengan sikap anak dan berusaha untuk memperbaikinya, dan ternyata hal itu disebabkan karena kita melihat diri kita sendiri pada diri anak.

Menurut psikolog, merasa kesal pada sikap anak adalah sebuah mekanisme pertahanan yang terjadi saat seseorang menghubungkan pikiran dan sikap mereka sendiri yang nggak bisa mereka toleransi pada anak.

Banyak dari kita yang nggak bisa menerima kenyataan kalau kita juga melakukan kesalahan yang dilakukan anak. Pada akhirnya daripada memperbaiki sikap kita, kita malah menumpahkan emosi ke anak.

2 dari 3 halaman

via GIPHY

Selain itu, menurut seorang psikolog bernama Marta Segrelles, banyak sikap anak yang sebenarnya diwarisi dari orangtuanya. Sejak kecil, anak sudah melihat bagaimana kelakukan orang tua mereka dan secara nggak sadar mencontoh hal itu, terutama para remaja.

Ketika kepribadian anak mulai terbentuk, anak akan mulai mengadopsi perilaku orangtuanya mulai dari cara bicara hingga memberikan respon. Bahkan suasana hati kita bisa mempengaruhi perkembangan emosional anak, lho.

 

3 dari 3 halaman

via GIPHY

Banyak dari kita yang menghabiskan hidup dengan selalu melihat ke masa lalu dan menyesali banyak pilihan yang sudah kita buat. Meskipun itu adalah hal yang normal, tapi kita nggak boleh terjebak di masa lalu. 

Jika ada kesempatan, kita pasti ingin mengubah kesalahan di masa lalu. Pemikiran itulah yang membuat kita jadi emosi saat anak melakukan kesalahan yang sama seperti kita di masa lalu.

Untuk itu, penting bagi kita untuk menerima kesalahan yang pernah kita buat dan nggak menjadikan anak sebagai tempat melampiaskan emosi. Kita harus selalu ingat bahwa pada akhirnya anak harus mengambil keputusan yang sulit dan membuat kesalahan agar dia memiliki pengalaman dan bisa belajar.

Beri Komentar