© Medium.com
Hubungan anak dengan video games sangatlah dekat. Lebih dari dekat, bahkan terbilang akrab. Semua orang di masa kecil pasti pernah main video games. Mereka yang beruntung memainkannya di rumah dengan konsol milik pribadi, sementara yang lain mungkin akrab dengan warnet game atau rental PS.
Hubungan itu berbanding terbalik dengan yang terjalin antara orang tua dengan video games. Kalau anak sangat akrab, seringkali orang tua memperlakukan video games seperti teman yang punya pengaruh buruk untuk anak.
Terlebih kalau nilai sekolah merosot. Siap-siap konsol disembunykan atau uang saku untuk main PS dicabut.
Main game terus menerus sampai lupa belajar memang bisa jadi salah satu penyebab nilai sekolah turun, tapi tentu itu bukan satu-satunya faktor. Pada sebuah hasil penelitian, video games justru disebut baik untuk perkembangan otak, fisik, dan kepribadian lho.
Nggak percaya? Simak pembahasan berikut.
Pada tahun 2015, peneliti asal University of California membuat suatu percobaan yang melibatkan 69 partisipan. Dari jumlah tersebut dibagi tiga kelompok. Kelompok pertama memainkan game Super Mario 3D World, kelompok kedua memainkan Angry Bird, dan kelompok terakhir tidak memainkan apa-apa. Semuanya berjalan selama dua minggu.
Setelah melalui masa penelitian tersebut, didapatkan bahwa kapasitas memori yang dimiliki orang-orang di kelompok pertama mengalami peningkatan drastis dibanding dua kelompok lain. Disebutkan bahwa konsep dunia rekaan dengan bentuk 3D lah yang merangsang otak sedemikian rupa.
Main game di hari setelah kamu mengalami cedera atau setelah kamu sakit ternyata adalah keputusan yang tepat karena rasa sakitmu bisa mereda. Itulah yang dituliskan dalam sebuah jurnal yang dipublish pada American Journal of Preventive Medicine pada 2012. Dalam sebuah riset ditemukan bahwa video games dapat meningkatkan kesehatan dari 195 pasien rumah sakit dengan keluhan bermacam-macam, mulai dari psikis sampai fisik.
" Bermain game sebenarnya dapat menarik fokus seseorang sehingga teralih dari rasa sakit yang dirasakan. Ditambah dengan kebahagiaan saat bermain, membantunya untuk pulih lebih cepat," ujar Jeffrey Gold dari University of Southern California.
Hm, mungkin ini alasan anak laki-laki dihadiahi PS setelah sunat?
Disleksia adalah gangguan yang membuat anak kesulitan untuk menulis dan membaca. Efek gangguannya adalah anak seringkali terlewat huruf atau kata saat menulis atau membacanya.
Pada tahun 2013, sebuah jurnal yang berdasarkan hasil riset pada anak-anak disleksia berusai 7-13 tahun mengatakan bahwa video games akan membantu anak disleksia membaca lebih cepat dan lancar.
Tempo cepat dan detil pada video games disinyalir dapat memancing kemampuan anak disleksia untuk lebih memperhatikan detil-detil kecil sehingga berpengaruh pada kemampuan membaca dan menulisnya.
Ternyata di balik fungsinya untuk hiburan hepi-hepi, video games punya manfaat nggak terlihat unuk perkembangan anak. Meski begitu, menyeimbangkan antara main game dan belajar tetap sangat penting.
Kalau yang membaca artikel ini adalah para orang tua, hasil-hasil penelitian di atas bisa jadi bahan pertimbangan untuk nggak terlalu melarang anak bermain game.
Namun kalau yang membaca artikel ini adalah anak-anak, tolong jangan dimanfaatkan untuk alasan biar dibolehin sering-sering main game ya!