© Https://www.shutterstock.com/id/g/Mangkornphotos
Autism spectrum disorder (ASD) biasanya ditandai dengan kesulitan anak dalam berkomunikasi, berbahasa, memahami konsep abstrak, gerak tubuh, memahami konsep waktu dan terlibat dalam hubungan sosial serta menciptakan hubungan interpersonal untuk beberapa nama.
Karena beberapa kesulitan yang dialami ini, anak dengan autisme tidak mempunyai kemampuan sosial atau emosional untuk terlibat dalam sebuah percakapan dan juga tak memiliki keterampilan sosial yang adaptif.
Dilansir dari laman autismparentingmagazine.com (22/06), Melihat kesulitan yang harus dialami oleh anak dengan autisme ini, metode TEACCH pun dikembangkan. Metode yang satu ini adalah bentuk pengajaran terstruktur yang fokus pada kebutuhan, minat, keterampilan perkembangan anak untuk mengembangkan kemandiriannya.
Metode TEACCH ini adalah singkatan dari Treatment and Education of Autistic and Communication Handicapped Children yang dikembangkan khusus untuk anak penderita autisme oleh Dr. Eric Schopler dan Dr. Robert Reichler dari University of North Carolina di tahun 1960-an.
Metodenya yaitu dengan memberikan bentuk pembelajaran visual yang terstruktur dan disebut dengan Pengajaran Terstruktur. Salah satu manfaat dari metode ini yaitu memang dibuat khusus untuk anak ASD, memperhitungkan semua ciri khas anak autis dan kesulitannya serta membuat intervensi khusus pada kebutuhan setiap anak.
Hal ini dilakukan kepada anak melalui intervensi terstruktur dan berkesinambungan, dengan mengadaptasi lingkungan, dan memberikan pelatihan komunikasi alternatif. Metode ini pun bisa diimplementasikan bersamaan dengan pendekatan atau terapi lainnya.
Metode ini akan memperhitungkan poin untuk membantu anak dengan autisme memperjelas di mana, bagaimana, kapan, berapa lama sebuah peristiwa sehingga mereka pun akan menjadi lebih mandiri dalam mengelola ruang dan waktunya sendiri. Tujuan dari metode ini yaitu untuk membantu anak dengan autisme mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang realitas dari sudut pandang persepsi dengan menggunakan alat bantu visual.
Dalam metode ini, peran orang tua pun juga diperlukan karena metode ini memang tidak hanya berpusat pada pembelajaran terstruktur saja tetapi juga mengajarkan orang tua bagaimana cara memberikan dukungan kepada anak mereka di rumah.
Metode TEACCH ini bergantung pada prinsip-prinsip inti dari Pengajaran Terstruktur. Prinsip-prinsip ini meliputi penyusunan lingkungan fisik, rangkaian aktivitas yang bisa diprediksi, jadwal visual, rutinitas dan fleksibilitas, sistem kerja/aktivitas, serta kegiatan yang terstruktur secara visual.
Prinsip yang pertama ini yaitu membuat lingkungan yang kondusif untuk tempat belajar anak, yang pasti harus menarik dan bisa dikelola oleh anak dengan autisme. Tata letak lingkungan perlu diperhitungkan dengan gaya belajar dan perbedaan sensorik anak.
Tata letak ini melibatkan penempatan furnitur dan juga pengaturan alat bantu belajar di sekitar kelas, lingkungan yang membatasi gangguan, mengurangi kecemasan, dan mendorong kerja yang konsisten dan efektif. Untuk membuat lingkungan yang seperti ini, usia dan kebutuhan anak perlu dipertimbangkan. Batasan yang jelas pun perlu dibuat untuk menghindari anak berkeliaran. Isyarat visual eksplisit atau informasi tertulis pun sangat penting.
Ketika aktivitas dan lingkungan bisa diprediksi, ini akan mengurangi kecemasan apalagi kalau kegiatan ini dilakukan setelah yang lainnya. Setiap rangkaian kegiatan ini bisa dijelaskan kepada anak ASD dengan menggunakan alat bantu visual.
Komunikasi secara visual biasanya lebih mudah dipahami dan lebih mudah diakses. Saat seseorang pada spektrum mengikuti mengikuti rutinitas tertentu dengan melihat pada jadwal, tugas jadi tidak terlalu membingungkan dan bisa mengurangi terjadinya hal yang tidak diinginkan. Manfaat lainnya yaitu membangun kemandirian dan kompetensi, terutama ketika anak belajar untuk menerapkan ini pada rutinitas sehari-harinya.
Rutinitas ini terbagi untuk dua tujuan. Yang pertama yaitu mereka melakukan aktivitas sehari-hari yang bisa diprediksi yang mengurangi kebingungan dan kecemasan. Yang kedua, orang tua, guru atau terapis menghentikan si anak untuk mengembangkan rutinitas yang tidak menguntungkan dalam beradaptasi dengan lingkungan sosial.
Yang perlu diingat perlu ada keseimbangan antara rutinitas dengan fleksibilitas karena kehidupan sehari-hari tidaklah konstan, setiap hari selalu ada tanangan yang memaksa kita untuk menyesuaikan diri. Jadi, karena anak autis ini mengalami kesulitan untuk memahami dunia yang tidak berubah-ubah, rutinitas mereka pun harus diubah misalnya dengan menggunakan bahan yang sedikit berbeda, menggunakan permainan yang berbeda dan lainnya agar rutinitas ini tetap bisa diprediksi meski ada sedikit perbedaan.
Ini akan membantu anak memahami tugas, tetap fokus dan menyelesaikan tugas secara mandiri. Struktur sistem kerja seperti ini pun bisa menjawab empat pertanyaan kunci yaitu apa tugas atau aktivitasnya, berapa banyak pekerjaan yang diperlukan untuk tugas itu, bagaimana anak tahu kapan ia membuat kemajuan dan kapan aktivitasnya selesai, serta terakhir apa yang terjadi setelah tugas itu selesai.
Bagi anak autis yang kesulitan memahami bahasa, pertanyaan-pertanyaan seperti ini bisa dijawab dengan menggunakan gambar, simbol, warna, angka atau bisa juga benda. Sebagai contoh, saat melakukan aktivitas mencocokkan, bisa menggunakan benda yang ditempelkan pada gambar di tempat yang sesuai dan pastikan aktivitas ini jelas secara visual mengenai apa yang perlu dilakukan oleh anak yaitu mencocokkan warna atau bentuk. Sedangkan, anak autis yang mengerti bahasa bisa melakukannya dengan baik dengan label tertulis atau daftar tugas.
Kegiatan memanglah harus jelas secara visual dan bermakna untuk anak. Bila anak tak bisa menyentuh atau melihat maka kemungkinan besar dia tak akan terlibat dalam aktivitas tersebut atau baginya dia cukup memberikan perhatian saja.
Instruksi visual ini memberi tahu anak apa yang perlu dia lakukan, penyusunan visual ini melibatkan penyediaan bahan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, terorganisir dengan rapi dan stabil. Kejelasan visual ini pun akan membantu anak dengan autisme untuk mengetahui apa yang perlu dia lakukan karena jelas, tidak mengganggu, tidak berlebihan dan juga tidak membingungkan secara visual.
Selain fakta bahwa metode ini memang dikembangkan secara khusus untuk anak dengan autisme, penggunaan isyarat visual untuk mengajar ini membuat pembelajaran jadi lebih mudah untuk diakses terutama untuk anak-anak yang non-verbal. Alat bantu visual ini menjadikan pembelajaran sebagai alata yang universal.
Tujuan utama dari metode TEACCH ini yaitu agar anak-anak dengan autisme mendapatkan keterampilan sosial dan membantu mengubah persepsi mereka tentang lingkungan sosial dengan cara yang positif. Studi penelitian pun telah menunjukkan bahwa metode ini efektif.
Salah satu studi bahkan menyatakan bahwa metode ini berdampak pada perilaku adaptif anak autis, timbal balik sosial, tingkat stres orang tua dan juga interaksi orang tua dan anak. Metode ini pun efektif untuk mengurangi perilaku yang bisa merugikan diri sendiri.
Manfaat lainnya yaitu saat orang tua dilatih untuk menerapkan metode ini di rumah, setelah menerapkannya perilaku anak pun jadi lebih adaptif dalam rutinitas sehari-hari, stres yang mungkin dirasakan orang tua pun jadi berkurang. Peran orang tua dalam penerapan metode ini di rumah bukan hanya untuk meningkatkan efektivitas metode TEACCH tetapi juga untuk berkontribusi terhadap kemandirian anak serta meningkatkan integrasi sosial.
Orang tua dari anak dengan autisme ini bisa mengambil manfaat dari metode TEACCH karena metode ini mengenali tantangan yang berhubungan dengan autisme di mana metodologinya sudah disesuaikan dengan kebutuhan spesifik anak. Bahkan, metode ini jadi lebih bermanfaat karena orang tua juga bisa ikut menerapkannya di rumah.
Ingat, supaya setiap perilaku menjadi terjadi secara alami dan tanpa sadar dilakukan, perlu diperkuat tak hanya oleh guru atau terapis saja tetapi juga oleh orang tua di rumah.
Metode TEACCH ini adalah merek dagang terdaftar dari Program Autisme University of North Carolina TEACCH®, untuk informasi tentang pelatihan dan konsultasi kunjungi: https://teach.com/trainings/five-day-classroom-training/.
Ichikawa, K., Takahashi, Y., Ando, M., Anme, T., Ishizaki, T., Yamaguchi, H., & Nakayama, T. (2013). TEACCH-based group social skills training for children with high-functioning autism: a pilot randomized controlled trial. BioPsychoSocial medicine, 7(1), 14. https://doi.org/10.1186/1751-0759-7-14
Mesibov, G.B., Shea, V. (2010) The TEACCH Program in the Era of Evidence-Based Practice. Journal of Autism and Developmental Disorders, 40, 570–579. https://doi.org/10.1007/s10803-009-0901-6
Mesibov, G. B., Shea, V., & Schopler, E. (2005). The TEACCH approach to autism spectrum disorders. New York: Kluwer Academic/Plenum Publishers.
NasoudiGharehBolagh, R., Zahednezhad, H., VosoughiIlkhchi, S. (2013) The Effectiveness of Treatment-Education Methods in Children with Autism Disorders, Procedia – Social and Behavioral Sciences, 84, 1679-1683, https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.07.013.