© Shutterstock.com/Mama Belle And The Kids
Kejadian besar yang menghebohkan terjadi di Jakarta. Seorang remaja berinisial NF (15) mendatangi kantor polisi dan mengaku telah membunuh seorang bocah berusia 6 tahun. Jasad bocah tersebut kemudian ditemukan di dalam lemari pakaian dalam kondisi yang mengenaskan.
Hingga saat ini, tim Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur masih melakukan observasi terhadap kondisi kejiwaan pelaku remaja bunuh bocah tersebut.
Pelaku mengungkapkan pada polisi bahwa dia merasa puas setelah melakukan pembunuhan keji tersebut sehingga kemudian perlu dilakukan pendalaman terkait kondisi kejiwaannya, apakah ada gangguan atau tidak.
Dikutip dari Liputan6.com, psikolog forensik Reza Indragiri Amriel menyampaikan bahwa sebenarnya tanda-tanda gangguan kejiwaan dan perilaku menyimpang pada anak bisa dideteksi sejak dini, asal orang tua melihatnya secara luas, tidak hanya dari keseharian saat di rumah.
" Yang namanya anak kan kehidupannya nggak hanya di sekitar rumah saja. Dia punya kehidupan di sekolah dan media sosial," tutur Reza.
Reza kemudian menjelaskan bahwa sebenarnya ada ciri-ciri anak mengalami gangguan jiwa, yang berujung pada suatu bentuk penghilangan nyawa orang lain. Tanda-tanda tersebut bisa dilihat sejak dini.
Kalau menemui anak yang suka buang air tidak pada tempatnya, orang tua sebaiknya waspada karena itu adalah salah satu ciri awal anak mengalami gangguan kejiwaan.
" Saat anak harus buang air, dia tidak buang air. Sebaliknya, dia tidak melakukan saat seharusnya menahan buang air," tutur Reza.
Pada kasus remaja bunuh bocah ini, NF memiliki kebiasaan untuk menyiksa dan membunuh hewan. Mulai dari cicak yang ditusuk pakai garpu sampai kucing yang dilempar dari lantai dua.
Saat anak suka memainkan sesuatu yang membahayakan dirinya seperti mainan api atau listrik, itu juga bisa jadi salah satu tanda gangguan kejiwaan pada anak.
Reza menjelaskan, pada intinya, tiga tanda di atas mempunyai satu benang merah, yakni sikap membangkang dan perasaan superior dalam diri anak.
" Tiga pertanda tadi, termasuk pembangkangan yang menunjukkan kepada dunia bahwa 'Saya mampu menguasai dan tidak (bisa) dikuasai. Saya bisa melawan dan mereka tidak (bisa) melakukan perlawanan.' Namun, karena mustahil pada usia anak-anak bisa mengatakan kalimat begitu. Akhirnya mereka menyamapikan lewat gaya bahasa tubuh," tegas Reza.
Gaya bahasa itu jugalah yang menurut Reza menjadi alasan di balik pembuatan gambar-gambar menyeramkan yang dibuat oleh NF.
" Soal gambar-gambar terkait bagaimana interpretasi. Gambar itu merupakan bahasa yang tidak dapat diungkapkan lewat kata-kata. Tentunya (gambar itu bicara tentang) 'apa yang saya lakukan, apa yang saya rasakan'," lanjut Reza.
Dari penjelasan tersebut, sebaiknya orang tua lebih peka terhadap segala perilaku anak dalam keseharian ya. Mending dicegah sejak awal ketimbang harus menyesal di kemudian hari.
Tetap waspada, ya!