© Shutterstock.com
Setiap ibu pasti menginginkan hubungannya selalu berjalan baik dengan anak-anaknya, baik anak perempuan maupun laki-laki. Namun seiring bertambahnya umur, hubungan ibu dan anak laki-lakinya menjadi lebih renggang karena pola hubungan yang salah.
Ketika anak laki-laki mereka sudah menikah, hubungan ibu dan anak akan berubah menjadi: anak laki-laki sebagai ayah dan suami, sedangkan ibu berubah sebagai seorang mertua dan nenek. Perubahan pola hubungan ini terkadang melibatkan ketegangan.
Saat ibu belajar menerima dan berusaha menjadi mertua dan nenek yang baik, ibu juga akan belajar menghormati peran yang dilakoni putranya sebagai seorang ayah dan suami. Beberapa ibu mungkin sulit untuk menerima peran baru ini, dan tak sedikit diantaranya yang merasa terluka, ditolak, tersinggung, atau bahkan terbaikan karena perhatian putranya sudah tergeser.
Pengalaman semacam ini tentunya sangat sulit oleh semua ibu, kapanpun, dan di mana pun. Tantangan pola hubungan ini akan dihadapi oleh ibu dan anak laki-lakinya karena bagaimana pun juga kedua orang ini harus mengambil bagian peran baru mereka.
Bagi serorang ibu, mereka harus bisa menunjukkan bagaimana caranya untuk tetap mencintai dan menunjukkan kasihnya pada putranya tanpa mengganggu. Begitu juga sebaliknya. Seorang anak laki-laki harus bisa menjalankan perannya sebagai seorang anak, suami, sekaligus ayah bagi keluarga kecil yang dibentuknya.
Dengan peran barunya, anak laki-laki harus berusaha untuk menjaga batasan sehat antara ibunya dan menjaga keseimbangan hubungan ibu dan pasangannya.
Lantas, bagaimana cara yang tepat untuk ibu agar hubungannya masih bisa berjalan baik dengan anak laki-laki dewasanya?
Dilansir dari verywellfamily.com, ibu bisa mencoba untuk melakukan ide-ide berikut ini untuk menghadapi emosi dalam transisi pola hubungan yang sulit.
Bicaralah dengan anak dengan jujur ??tentang perasaan yang terus mengusik.
Cobalah berbicara jujur namun tidak menggunakan bahasa yang menghakimi atau menuduh, yang akan membuatnya defensif dan kecil kemungkinannya untuk mempertimbangkan apa yang Moms katakan.
Moms ingin ini menjadi percakapan yang menghubungkan, bukan yang membuat jarak di antara Moms dan putramu semakin jauh.
Mungkin Moms akan merasa canggung. Jika Moms merasa sulit untuk mengungkapkan perasaan secara langsung, pertimbangkan untuk menulis surat atau mengirim email kepadanya. Mengirim pesan teks mungkin bukan pilihan terbaik dengan topik yang begitu penting.
Tidak hanya mengagungkan perasaan Moms, sebagai ibu cobalah untuk melihat segala sesuatunya melalui mata anak dan pasangannya.
Komunikasi yang terbuka dapat memperjelas peran Moms sebagai ibu mertua. Kejujuran juga akan membantu dua pihak untuk menemukan jalan tepat yang bisa membuat semua orang senang tanpa rasa bersalah.
Terhubung kembali dengan teman atau anggota keluarga yang sudah lama tidak Moms temui. Mungkin ada orang lain yang Moms kenal yang sedang mengalami transisi pola hubungan sama bisa menjadi salah satu jalan keluar.
Ingatlah untuk tidak menggunakan waktu Moms bersama teman-teman untuk bergosip atau bertukar cerita negatif tentang putra dan pasangannya. Cobalah untuk menikmati diri sendiri dan bersenang-senang bersama.