© Freepik
Terkadang hubungan antara orang tua dan anak itu menjadi benang yang mendalam dan sangat berpengaruh untuk membentuk identitas seorang individu. Namun, sadar nggak sih Diazens tidak semua pengaruh orang tua itu bersifat mendukung dan membangkitkan semangat. Bagi sebagian besar individu terutama anak-anak, toxic parents adalah hal yang menakutkan, dan selalu menjadi bayang-bayang pada kesejahteraan emosional dan kehidupan dewasa mereka.
Saat kita memulai perjalanan untuk menjelajahi dinamika rumit dari orang tua yang toxic, kita menemukan diri kita dengan penuh rasa penasaran terhadap kompleksnya memahami konsekuensi jangkauan luas yang diberikan pada psikologis dan emosional individu yang mengalaminya.
Toxic Parents ini adalah sebuah perilaku yang berbahaya yang dapat memanipulasi emosional, dan kontrol psikologis yang dapat meninggalkan bekas pada hati dan pikiran individu yang mengalaminya. Nah Diazens dibawah ini adakah beberapa penjelasan terkait toxic parents dan bagaimana cara mengatasinya. Check It Out Diazens!
© Freepik
" Toxic parents" merujuk pada pola perilaku orang tua yang bersifat merugikan, merusak, atau membahayakan kesejahteraan emosional dan psikologis anak-anak. Istilah ini mencakup berbagai bentuk perilaku yang dapat menciptakan lingkungan keluarga yang tidak sehat dan berdampak negatif pada perkembangan anak.
Toxic parents bisa melakukan pelecehan emosional, kontrol berlebihan, pengabaian, atau memberikan harapan yang tidak realistis, sehingga memengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan anak dalam jangka panjang.
Dalam konteks ini, toxic parents dapat membuat anak merasa tidak berharga, tidak aman, atau terus-menerus merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Pola perilaku toksik ini juga dapat menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan dalam hubungan orang tua dan anak, dengan pihak anak merasa tidak memiliki kendali atau otonomi atas kehidupan mereka sendiri.
Penting untuk diingat juga bahwa istilah " toxic parents" tidak hanya merujuk pada kekurangan dalam mendidik anak atau membuat kesalahan dalam pengasuhan, tetapi lebih kepada pola perilaku yang terus-menerus dan merugikan dalam jangka waktu yang lebih panjang.
© Freepik
Orangtua yang toxic menunjukkan perilaku yang dapat merugikan kesejahteraan emosional dan psikologis anak-anak. Berikut adalah beberapa contoh perilaku orangtua yang toksik:
Orangtua dapat menggunakan rasa bersalah untuk mengontrol anak-anak mereka, membuat mereka merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan atau kesejahteraan orangtua dan mengancam untuk menarik kembali cinta atau dukungan mereka untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Orangtua mungkin terus-menerus merendahkan, menghina, atau mengkritik anak-anak mereka, merusak harga diri mereka dan menggunakan bahasa yang tidak enak didengar untuk merendahkan martabat anak.
Menjalankan kontrol yang berlebihan atas setiap aspek kehidupan anak, membatasi kemandirian dan otonomi dan mengekang cara berpikir, merasa, atau berperilaku seperti anak-anak dalam berbagai situasi.
Gagal memberikan dukungan emosional, validasi, atau perhatian terhadap perasaan anak dan mengabaikan kebutuhan dasar anak akan makanan, tempat tinggal, atau perawatan medis.
Membuat cinta dan persetujuan tergantung pada pencapaian anak atau kepatuhan terhadap harapan orangtua dan dan menghukum anak dengan menarik kembali dukungan emosional ketika mereka tidak memenuhi standar orangtua.
Merendahkan atau mengabaikan emosi anak, membuat mereka merasa bahwa perasaan mereka tidak valid dan memanipulasi persepsi realitas anak, menyebabkan kebingungan dan keraguan diri.
Membuat saudara atau anak dibandingkan dengan orang lain, menciptakan persaingan dan ketidakamanan dan Menuntut kesempurnaan dan menghukum anak jika tidak memenuhi harapan orangtua.
Gagal untuk menetapkan batas emosional yang sehat, membuat anak merasa bertanggung jawab atas emosi orangtua dan melanggar ruang atau privasi pribadi anak.
© Freepik
Pengaruh dari orangtua yang toksik terhadap anak-anak dapat memiliki dampak yang serius pada kesejahteraan emosional dan psikologis. Dibawah ini ada beberapa dampak yang mungkin terjadi:
Anak mungkin mengalami rendahnya harga diri karena terus-menerus dikritik atau dibandingkan dengan standar yang sulit dicapai.
Stres kronis dan tekanan psikologis dari lingkungan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, atau gangguan makan.
Anak mungkin mengalami kesulitan membentuk hubungan interpersonal yang sehat karena kurangnya pengalaman positif dan model perilaku yang baik.
Orangtua yang menggunakan manipulasi emosional dapat menyebabkan anak merasa bersalah atau cemas tentang kebutuhan orangtua mereka.
Anak mungkin mengalami ketidakstabilan emosional karena konstan perubahan suasana hati orangtua atau konflik dalam rumah tangga.
Beberapa anak mungkin mengembangkan ketergantungan berlebihan pada orang lain, sementara yang lain mungkin menjadi sangat mandiri untuk menghindari interaksi dengan orangtua mereka.
Orangtua yang tidak menetapkan batasan dapat menghasilkan anak yang kesulitan menetapkan batasan pribadi mereka sendiri dalam hubungan dan kehidupan sehari-hari.
Ketergantungan pada orangtua untuk mengambil keputusan atau ketidakpercayaan diri dapat menyebabkan kesulitan dalam mengambil keputusan sendiri.
Anak mungkin kesulitan berkembang secara optimal karena stres konstan dapat menghambat proses belajar dan perkembangan kognitif.
© Freepik
Menghadapi toxic parents bisa menjadi hal yang sulit, tetapi ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi situasi tersebut. Berikut adalah beberapa solusi yang mungkin membantu:
Refleksikan diri dan pahami dampak dari perilaku orangtua pada diri kamu. Kesadaran diri adalah langkah pertama menuju pemulihan.
Temui teman, anggota keluarga lain, atau konselor untuk berbicara tentang pengalaman kamu. Dukungan sosial dapat membantu kamu mengatasi rasa kesepian dan memberikan perspektif yang berbeda.
Tentukan batasan yang jelas terkait perilaku yang tidak dapat kamu toleransi dan sampaikan dengan tegas. Jaga agar batasan tersebut tetap konsisten.
Cobalah untuk berbicara terbuka dengan orangtua kamu tentang perasaan kamu. Hindari konfrontasi dan pilih kata-kata dengan hati-hati agar pesan kamu dapat dipahami tanpa menimbulkan pertengkaran.
Prioritaskan kesehatan mental kamu. Cari kegiatan yang memberikan kebahagiaan dan dukungan emosional, seperti hobi atau aktivitas sosial positif.
Perlu di ingat ya Diazens bahwa setiap situasi di keluarga itu berbeda-beda, dan solusi yang efektif dapat bervariasi. Dalam beberapa kasus, terapis atau konselor keluarga dapat memberikan panduan dan dukungan yang spesifik.
Jika perlu, carilah bantuan profesional untuk membantu melalui proses mengatasi hubungan yang toksik. Nah Diazens itulah beberapa pengetahuan dan cara yang bisa diterapkan untuk kalian yang sedang dalam situasi diatas. Semoga membantu ya Diazens!
Editor: Azzahra Zhafirah G.P