© Medicalnewstoday.com
Banyak pasangan menikah yang mengidamkan kehadiran seorang anak dalam kehidupan mereka. Namun terkadang pasangan suami istri harus melalui banyak rintangan sebelum dapat menggendong buah hati mereka. Salah satu kejadian memilukan yang dialami oleh banyak wanita adalah keguguran.
Dilansir dari Huff Post, sebuah penelitian baru menunjukkan banyak wanita yang berjuang melawan depresi, kegelisahan, dan post-traumatic stress disorder (PTSD) setelah mengalami keguguran. Salah satu wanita yang berjuang menghadapi hal tersebut adalah Rachel Whalen.
Rachel Whalen merasa keguguran pertamanya adalah pengalaman yang benar-benar membuatnya merasa kesepian dan takut. Setelahnya dia merasa bahwa pemikiran itu adalah pemikiran yang bodoh karena keguguran dini adalah hal yang umum.
Beberapa bulan kemudian, Whalen hamil lagi namun kehamilan itu tidak bertahan lama. Dia harus menghadapi keguguran sekali lagi. Setelah itu dia tidak pernah merasakan tubuhnya dengan cara yang sama lagi. Setiap Whalen merasakan rasa sakit, kram, atau apapun, dia akan selalu menunggu sesuatu yang buruk terjadi.
Sudah lima tahun sejak keguguran pertama Whalen, namun dia masih terkejut dengan tingkat kecemasan yang masih dia rasakan.
Whalen bukan satu-satunya wanita yang mengalaminya. Sebuah penelitian baru pada lebih dari 650 wanita di UK yang mengalami keguguran dini atau kehamilan ektopik, menunjukkan hampis 30% dari mereka mengalami gejala post-traumatic stress disorder (PTSD) satu bulan setelah keguguran. Selain itu, sebanyak 25% mengalami kecemasan sedang hingga berat, dan 11% mengalami tanda-tanda depresi sedang hingga berat. Gejalan itu bahkan tidak hilang sembilan bulan setelah mereka mengalami keguguran.
Banyak orang yang belum menyadari bahwa wanita dapat mengalami trauma setelah keguguran dengan berbagai alasan. Mereka mungkin merasa bahwa kesempatan mereka sebagai orang tua sudah tidak ada lagi dan merasa gagal.
Untuk itu dibutuhkan dorongan besar dari orang-orang di sekitarnya untuk membuat dia bangkit dari keterpurukan itu. Jika orang di sekitarmu mengalaminya, jangan pernah berhenti untuk mendampinginya dan menyiraminya dengan dorongan positif agar dia bisa sembuh dan melanjutkan hidupnya dengan baik.