© Twitter.com / @universalxpics
Sebuah video beredar di Twitter, menunjukkan bapak dan anak yang sedang bermain suit. Sekilas suit yang dilakukan seperti biasa saja. Gunting-batu-kertas. Normal.
Hal unik muncul waktu si anak kalah. Sang bapak langsung meraih kepala anaknya dan membenamkannya ke atas sebuah kain yang terletak di depan mereka. Saat anak tersebut mendongak, terlihat wajahnya putih karena bedak. Hukuman tersebut juga berlaku saat sang bapak kalah main suit.
This is why you should never leave your child with their father
— Universal Pics (@universalxpics) February 5, 2020
???????????? pic.twitter.com/vRViagehiM
Video berdurasi 1 menit 28 detik yang diunggah oleh akun @universalpics itu mendapat sambutan hangat pengguna Twitter, terlihat dari 2000-an retweets dan 3000-an likes yang didapat.
Melihat kedekatan orang tua dan anak seperti itu seperti memunculkan dilema bagi para orang tua baru atau calon orang tua; memangnya bisa ya memosisikan diri sebagai teman anak?
Kedekatan orang tua dengan anak seperti ini sepertinya baru muncul di generasi-generasi baru. Berdasarkan cerita, pada masa orang tua kita kecil dulu, interaksi orang tua dan anak selalu berjarak dan terkesan kaku.
Studi tentang parenting sejak 1960-an juga sudah membuktikan bahwa cara didik otoriter adalah yang paling populer diterapkan oleh orang tua untuk mengasuh anak pada masa itu.
Dari situlah trigger untuk kemudian membuat perubahan pola interaksi pada anak menjadi lebih dekat dan nggak berjarak seperti dengan teman sendiri.
Menurut psikolog anak, Timothy Davis, Ph.D., kedekatan seperti itu justru baik karena kamu bisa berinteraksi dengan lebih lepas.
" Keuntungan dalam memosisikann diri sebagai teman untuk anak adalah kamu bisa mendapatkan kebebasan dalam interaksi. Anakmu bisa lebih lepas untuk menceritakan banyak hal sehingga kamu sebagai orang tua juga nggak merasa ketinggalan," terang Davis pada psychcentral.com.
Meski begitu, keseimbangan tetap menjadi hal yang penting. Kedekatan dengan anak juga harus diimbangi dengan kesadaran bahwa kamu masih menjadi orang tua mereka. Tugasmu adalah menggambar garis yang jelas untuk membatasi pada bidang apa kamu jadi teman dan jadi orang tua di bidang lain.
" Disadari atau nggak oleh si anak, mereka selalu membutuhkan batasan. Mereka nggak bisa menanyakan dengan gamblang 'sejauh apa aku boleh berjalan?' karena tugasmu lah untuk menjelaskan pada mereka," ujar Barbara Harvey direktur eksekutif untuk advokasi orang tua, guru, dan anak di Atlanta.
" Hidup yang nggak berbatas adalah peran yang baru bisa diemban saat dewasa. Di usia anak-anak, mereka tetap tergantung pada orang tua untuk garansi rasa aman. Membiarkan mereka lepas tanpa batas cuma akan membuat stres karena secara mental dan emosi, anak belum siap," lanjut Barbara.
Rasanya, hubungan orang tua dan anak yang paling ideal adalah dengan saling menghormati. Hormat karena saling tahu peran masing-masing.
Sebagai anak, janganlah ngelunjak kalau tahu orang tua tipe yang santai dan memperlakukan kita seperti teman. Sebagai orang tua, sebaiknya kamu bisa memanfaatkan kedekatan tersebut untuk menegaskan batasan di antara kalian dengan lebih santai.