© Facebook.com/Mansyur Ridho
Ada banyak cara untuk orang tua mengajarkan tanggung jawab pada anak. Salah satu yang paling umum adalah dengan memperkenalkan tentang kewajiban dan hak. Jika kewajiban tuntas, baru hak boleh dituntut.
Metodenya bisa bermacam-macam, namun yang dilakukan oleh orang tua satu ini sangat menarik perhatian.
Dicuitkan oleh @WidaNWP di Twitter pada 1 April lalu, terlihat beberapa lembar daftar harga yang ditempelkan ke dinding. Masing-masing kertas memiliki tulisan yang berbeda. Mulai dari 'cara dapetin uang dari mama', 'denda', sampai 'daftar jualan mama'. Terlihat tanda tangan atas nama Mama Gita di bagian bawah setiap kertas membuatnya terlihat sangat resmi.
Nemu di FB, tolong ini mamanya siapa kreatif abis gilak ???????????? pic.twitter.com/rtxusFRgon
Pada daftar cara dapetin uang dari mama, terlihat deretan kegiatan beserta jumlah gaji yang akan didapat setelah melakukan kegiatan tersebut. Mulai dari hal kecil semacam pakai baju sendiri sampai salat.
Sementara di daftar denda, terdapat sejumlah perilaku yang akan membuat si anak mendapatkan hukuman potong gaji sesuai nominal tertera di daftar. Beberapa yang termasuk perbuatan dengan denda adalah nangis dan makan tidak habis.
Di daftar terakhir, anak bisa membelanjakan gaji yang didapat untuk membeli sejumlah kue yang tersedia.
Lewat aturan tersebut, Mama Gita berusah membuat anaknya memahami kalau sebelum kemauannya dituruti, si anak harus berusaha terlebih dahulu. Nggak cuma itu, si anak juga harus menjalankannya sesuai aturan biar nggak sampai kena denda. Kalau bisa menjalankan keduanya dengan baik? Gajinya akan melimpah dan bisa dibelanjakan bermacam-macam kue.
Meskipun terdengar sangat serius dan melibatkan uang, tenang aja, si anak nggak akan dapat uang asli kok. Alih-alih uang asli, si anak akan mendapatkan lembar-lembar kertas yang dipotong seukuran uang dan ditulisi nominalnya.
Kegiatan simulasi seperti ini sebenarnya sudah cukup umum dilakukan oleh anak-anak. Bisa dibilang ini adalah versi rumahan dari wahana Kidzania.
Dr. Maria Montessori, seorang tokoh pendidikan anak asal Italia mengatakan bahwa sistem hadiah dan hukuman seperti ini bisa mempengaruhi filosofi anak tentang cara menumbuhkan disiplin.
Montessori mengatakan bahwa anak tidak perlu diberi hadia meski dia melakukan tindakan yang benar karena itu akan membuatnya melakukan sesuatu semata-mata karena hadiahnya, bukan karena dia mau.
Sebaliknya, hukuman membuat dia takut untuk melakukan hal yang sedikit di luar kebiasaan karena takut membuat kesalahan.
Meski begitu, hal ini tidak bisa diseragamkan pada semua anak. Dengan implementasi yang baik serta perpaduan pola didik di luar sistem hadiah dan hukuman, tentu anak tetap bisa tumbuh sebagai anak yang sesuai harapan.
Gimana, tertarik mencoba sistem gajian ini bareng anak?