© Twitter.com / Brllntjl - Liputan6 / Arie Nugraha
Waktu kecil, kita semua pasti pernah punya pengalaman dihukum orang tua karena kenakalan. Iya kan?
Oke saya buat lebih spesifik.
Kita semua, yang mempunyai orang tua yang tegaan, pasti pernah punya pengalaman dihukum orang tua karena kenakalan. Iya kan? Iya dong.
Salah satu hukuman yang paling umum dialami anak kecil adalah 'diisolasi' di suatu tempat--bisa gudang, kamar, atau kamar mandi. Saya sendiri pernah mengalami hukuman dikunci di dalam gudang untuk kenakalan yang saya sudah lupa apa. Hukuman cuma bertahan 10 menit karena, beruntung, orang tua saya nggak setega itu.
Kalau biasanya anak menjalani hukuman 'isolasi' di satu ruangan, anak berikut ini mengalami hukuman 'isolasi' yang agak berbeda.
Diabadikan oleh pengguna Twitter bernama Brillian (@brllntjl) lewat sebuah video pendek, tampak seorang anak kecil yang duduk di atas rak barang di kereta. Anak tersebut menangis, namun terdengar sayup-sayup suara tawa yang ditahan dari orang di sekitar.
Kan kan, bandel si
Segerbong ngakak asli ???? pic.twitter.com/GNALF1Yp8a
Terdengar juga ancaman, " Jangan nakal ya, nggak tak turunkan nanti" dari seorang laki-laki, yang sepertinya merupakan bapak dari anak tersebut.
" Kan kan, bandel sih. Segerbong ngakak asli," tulis Brillian dalam caption video tersebut.
Brillian menjelaskan kronologi kejadian tersebut dalam sebuah twit lanjutan. Ternyata si anak didudukkan di sana karena nggak berhenti lari-lari di gerbong dan mencubit penumpang lain walaupun sudah ditegur. Sang bapak yang kesal akhirnya 'menaruh' anaknya di rak barang sebagai bentuk hukuman.
Inituh gara2 si adek lari2an di gerbong, nyubitin orang juga, udh ditegor sm ibu2, akhirnya bapaknya kesel sendiri, dan ya akhirnya pada ngakak+kasian wkwk
Netizen pun terbelah dua, antara yang menganggapnya lucu dan yang menganggap nggak lucu karena ditakutkan menimbulkan trauma pada anak. Bagaimana penjelasannya?
Dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa hukuman yang paling berisiko menimbulkan trauma pada anak adalah hukuman fisik. Disebutkan bahwa yang termasuk hukuman fisik adalah mendorong, mencengkeram, menampar, dan memukul.
Selain luka sakit yang muncul pada saat itu juga, luka mental juga akan membekas sampai ia dewasa. Hukuman fisik seperti ini menyumbang 2-7% kemunculan penyakit mental.
Lalu bagaimana cara memberi hukuman yang baik?
American Academy of Pediatrics (AAP), sebuah lembaga peduli anak, mengatakan bahwa ada 10 tahap untuk mendisiplinkan anak.
Tahapan dimulai dari memberi tahu, memberi batasan, memberik konsekuensi, mendengarkan, memberi perhatian, memuji saat dia melakukan hal baik, tahu kapan waktu untuk nggak merespon, perencanaan jika terjadi masalah, mencair pengalihan, dan terakhir menyuruhnya pergi untuk merenungkan perilakunya.
Kembali ke kasus si anak yang dihukum di rak barang kereta, berdasdarkan kronologi orang tua anak tersebut mungkin sudah melakukan tahap-tahap di atas. Waktu si anak nggak mengindahkan semua teguran orang tuanya, baru kemudian dia disuruh merenung di atas rak barang.
Walaupun nggak tahu apakah renungannya efektif karena dilakukan sambil nangis. Setidaknya, saat air mata si anak kering dan kembali duduk di tempat yang seharusnya, dia pasti sadar kalau kelakuannya nggak benar.
Kalau si anak nakal lagi? Saya nggak kebayang apa yang akan terjadi.