© Instagram.com/iphelamoda
Perayaan Tahun Baru Islam identik dengan bubur. Bubur Asyura namanya. Kalau di Jawa bubur Asyura disebut dengan ‘Jenang Suro’. Jenang berarti bubur dan Suro berarti Asyura.
Sama seperti selebrasi lainnya, Tahun Baru Islam juga memiliki kuliner khas yang hanya akan disajikan pada bulan Muharram. Bubur Asyura biasanya disajikan pada bulan Muharram, tepatnya di hari ke-10.
Puasa sunnah pertama dalam kalender Hijriah akan dirayakan dengan bubur Asyura. Dengan beragam bumbu dan topping, bubur Asyura menjadi sajian lengkap wajib untuk membuka tahun baru Islam yang dijadikan menu berbuka puasa.
Mengikuti kalender Hijriah yang telah ditetapkan, sebagian warga Indonesia telah merayakan tradisi Suroan yang dilakukan di tengah pandemi pada Senin, (9/8/2021).
Jika sebelum pandemi, tradisi ini dilakukan serentak secara bersama. Memasak, kemudian dibawa ke masjid untuk berdoa dan dilanjutkan membagikan makanan khas Tahun Baru Islam ini.
Dalam tradisi ini, ada satu hal yang unik, di mana bentuk persaudaraan dan kerukunan terlihat begitu erat. Semua bahan masakan dikumpulkan dari masing-masing orang hingga akhirnya dimasak bersama.
Dikutip dari berbagai sumber, ketika memasak, para ibu biasanya akan saling tukar cerita keluarga, membahas isu-isu terkini di kampung, bahkan isu sosial politik di Indonesia dan dunia lho, Diazens.
Bahan-bahan bubur Asyura sendiri terdiri dari santan kelapa, pisang, nangka masak gula merah, sagu dengan butiran keras, kacang hijau, labu kuning, dan ubi.
Tradisi memasak bubur asyura tidak hanya berpusat pada satu wilayah, namun hampir seluruh daerah di Indonesia yang warganya melaksanakan puasa Muharram ikut merayakan tradisi ini.
Setiap daerah akan memiliki cita rasa khas berbeda. Mengingat bahan dan selera masyarakat di setiap daerah juga tidak sama.
Ada bubur Asyura yang terbuat dari umbi-umbian, sehingga memberi cita rasa manis. Namun, ada pula yang justru didominasi rasa gurih karena berbahan rempah-rempah dan daging.
Bukan hanya di Indonesia, tradisi dan makanan khas Tahun Baru Islam ini juga menjadi bagian penting dari tradisi di Malaysia dan Brunei Darusalam. Seperti di Indonesia, Negeri Jiran itu juga punya beberapa versi bubur Asyura sebagai selebrasi Tahun Baru Islam.
Dilansir dari Antara, masyarakat Semarang umumnya menyajikan tumpeng dengan berbagai lauk pauk. Sajian ini biasanya akan disantap bersama dalam balutan tradisi " Kembul Bujana."
Ada juga muslim di Jawa yang menyajikan kue apem, biasanya berbahan dasar tepung beras, santan, dan gula jawa.
Sedangkan bubur Asyura yang terbuat dari beras, santan, garam, jahe, dan serai, ditambah taburan tujuh jenis kacang, bulir-bulir jeruk bali atau delima, irisan ketimun, dan daun bawang.
Masyarakat Ki Gede Ing Suro Kota Palembang biasanya menyajikan bubur suro yang ditambah berbagai bumbu, seperti bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, kecap, bumbu sop, dan minyak makan.
Tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, tradisi dan makanan khas Tahun Baru Islam di sana juga menyesuaikan dengan selera.
Bahan-bahan yang mereka gunakan disesuaikan dengan selera lokal dan tergantung pada apa yang mudah didapatkan. Mohd Jazlan Salleh, salah satu seorang warga Negara Malaysia yang dilansir dari Malaymail menyatakan jika ia telah membuat bubur asyura sejak remaja.
Ia mengatakan bahwa keunikan rasa bubur asyura di wilayahnya adalah rempah-rempah asal Kelantan.
Menariknya, rempah-rempah ini hanya dijual setahun sekali selama bulan Muharram lho. Bahkan, bahan masakan ini tergolong cukup langka karena hanya bisa diperoleh dari Pasar Sentral Siti Khadijah di Kota Bharu.
Di Melaka serta beberapa wilayah di Johor, bubur Asyura cenderung lebih berkuah, mirip seperti bubur Asyura di pulau Jawa bagian timur. Bahan-bahannya terdiri dari berbagai biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran, dan daging sapi.
Kemudian, di negara bagian utara, bubur Ashura biasanya kental dan berwarna kekuningan. Ini membutuhkan sepuluh bahan yang menjadikan bubur sama sekali berbeda secara visual maupun rasa.
Di samping bubur asyura, perayaan Tahun Baru Islam juga lekat dengan berbagai sajian lain.
Kalo di tempat kamu, gimana Diazens?