© Liputan6.com/Henry Hens
Pemerintah Indonesia terus menggaungkan Physical Distancing bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa pandang bulu. Aktivitas masyarakat di ranah publik sebisa mungkin di tekan, agar interaksi fisik sesama manusia bisa dihindari. Sehingga penularan virus corona Cofid-19 bisa terus ditanggulangi
Namun demikian, hal tersebut berimbas negatis pada sejumlah sektor penjualan publik. Perusahaan, dan toko-toko terpaksa harus mengurangi jam operasional, atau bahkan harus tutup sementara.
Akhirnya para pekerja harus bekerja dari rumah, atau bahkan terpaksa di rumahkan. Imbasnya, sektor penjualan makanan mengalami penurunan omset yang cukup drastis. Seperti yaang dialami oleh warteg-warteg di Jabodetabek.
Dilansir dari laman Kumparan (03/04), Ketua Koordinator Warteg Nusantara, Makroni, menyebut bahwa di antara 40 ribu jumlah total yang ada di Jakarta, 25 persennya memilih untuk tutup. Prosentase tersebut sebanding dengan 10 ribu warteg.
“ Dari data paguyuban-paguyuban, warteg kurang lebih 40 ribuan (di Jabodetabek). Hitung-hitung kadar 25 persen dari total jumlah semua warteg (tutup),” jelasnya.
Sementara itu, warteg di Jabodetabek secara keseluruhan mengalami penurunan omset yang cukup ekstrem. Yakni berkisar antara 50 sampai dengan 90 persen. “ Cukup besar (kerugian akibat corona). Warteg saya juga online, kalau offline jelas hampir 90 persen. Online juga lebih dari 50 persen,” lanjutnya.
Seperti yang kita tahu, warteg sendiri merupakan penyedia makanan khas tegal yang beragam dan nikmat. Warteg biasanya menjadi andalan para pekerja dan juga masyarakat umum. Anak-anak kos biasanya juga menjadikan warteg sebagai andalan utama.
Karena makanan yang disediakan sama warteg memiliki cita rasa nikmat dengan harga super terjangkau, yang selalu jadi penyelamat ketika kantong mulai menipis. Semoga pendemi corona ini segera berakhir, dan warteg-warteg yang selama ini jadi pahlawan kita di kala kantong seret bisa terus beratahan.