© Instagram.com/lucky.andreono
Lucky Andreono adalah seorang koki asal Indonesia yang sudah tak asing lagi. Memulai karir sebagai juara MasterChef Indonesia pada 2011 lalu, ia kini tetap eksis di dunia kuliner Indonesia sebagai Chef, pengusaha makanan, dan juga food consultant.
Menjadi pemenang dari MasterChef tentu saja berkah bagi pria asal Malang, Jawa Timur ini. Pasalnya, dengan meraih Title sebagai juara MasterChef Season 1, namanya kian dikenal oleh masyarakat Indonesia. Mengingat MasterChef adalah kompetisi masak yang cukup dinantikan oleh para penonton Indonesia.
Namun, kemenangan yang ia raih ternyata nggak didapat dengan mudah seperti membalikkan telapak tangan. Ia harus jungkir balik, berjuang, meneteskan keringat hingga bisa meraih gelar tersebut. Seperti apa perjalanan Chef Lucky Andreono bisa meraih gelar MasterChef? Yuk kita ulas lebih dekat bersama Chef Lucky Andreono!
Lucky Andreono lahir di sebuah keluarga yang boleh dikatakan tidak mengenal juru masak sebagai sebuah pekerjaan. Oleh karena itu, Lucky pun lebih dibimbing untuk menjadi seorang pengusaha ketimbang menjadi seorang juru masak. Tak heran ia juga disekolahkan di Universitas Deakin, Australia untuk bisa memperdalam ilmu marketing.
Namun, di balik hati kecilnya, ternyata Lucky punya bakat terpendam lain, yakni memasak. Hal ini pun sempat ia ungkapkan kepada orang tua Lucky, namun harapan untuk bisa bersekolah masak harus pupus karena tidak mendapat izin dari orang tua.
" Saya sebetulnya ingin mengambil jurusan masak. Tapi nggak boleh kan sama keluarga," jelas Lucky dalam wawancara eksklusif.
Karena keinginan memasaknya masih sangat besar, ia pun memilih untuk belajar masak secara otodidak.
" Orang tua nggak memperbolehkan saya buat ikutan kelas masak. Jadi nggak disupport lah sama orang tua. Tapi saya colong-colongan juga," ungkapnya.
Ternyata, keinginan memasak ia dapatkan sejak kecil saat ia melihat almarhum nenek yang sedang memasak. Dari sanalah ia ikut membantu dan banyak bertanya ketika sang nenek sedang memasak. Akhirnya keinginan untuk menjadi juru masak tercipta.
" Iya kan keluarga saya itu yang paling jago masak itu Almarhum Nenek saya," terangnya.
Hal inipun ia tetap kembangkan selama berada di Australia untuk kuliah. Ia pun belajar memasak dari teman-teman dan juga banyak referensi selama berkuliah.
" Temen-temenku waktu kuliah dulu banyak yang jadi kelinci percobaanku. Setiap kali aku belajar masak, mereka suka jajalin masakan gua," ucap Lucky.
Karena teman-temannya tahu kalau Lucky sangat handal dalam hal memasak, teman-teman Lucky akhirnya mendorong Lucky untuk ikut MasterChef di Indonesia. Mengingat di tahun-tahun tersebut, MasterChef Australia lagi ngehits-ngehitsnya.
" Karena mereka tahu gue bisa masak, dicemplunginlah gue ke MasterChef. jadi disuruh daftar sama mereka," jelasnya.
Setelah masuk di MasterChef, ternyata sangat sulit untuk bisa berkompetisi di Galery. Bahkan, ia berniat hanya cukup sampai 15 besar saja ketika di Galery MasterChef.
" Jujur gak menyangka (Bisa juara). Karena awal dulu aku ikut masterchef tujuannya cuma sampai 15 besar," jujur Lucky.
Bukan tanpa alasan, ternyata karena ia punya basic di dunia marketing, setelah sampai ke 15 besar, setidaknya ia bisa sedikit dikenal oleh orang dan bisa membuat usaha di luar sana.
" Karena maksudku udah beberapa kali nongol di TV, orang-orang udah pasti tahu lah ya. Intinya gitu doang. Basic ku marketing. Jadi otomatis gue me-market-kan diri gue sendiri gitu," terang pria berzodiak Aries ini.
Karena memang tujuan awalnya hanya untuk sampai 15 besar, ternyata hal ini juga berpengaruh kepada performanya. Performa Lucku cukup naik turun dalam MasterChef Indonesia. Ia pun menjadi peserta yang menjadi langganan masuk pressure test. Pasalnya, pria 40 tahun ini mengaku jika sudah sebanyak 13 kali ia hampir tereliminasi karena masuk dalam Pressure Test selama berada di Galery.
" Dari dulu itu rekor paling banyak pressure test itu gue. Kalau nggak salah 13 kali masuk pressure test," jelasnya.
Karena awalnya ia hanya bertujuan sampai 15 besar saja, ternyata keberuntungan masih ada di pihak Lucky. Hal ini terbukti jika dirinya bisa sampai ke 10 besar. Dari sinilah titik balik Lucky Andreono punya motivasi tinggi untuk bisa lanjut ke tahap selanjutnya.
" Setelah 15 besar, yaudah kalau misal dapat lebih it's a bonus for me," terangnya.
Setelah memasuki 10 besar, seluruh peserta akan diberi kesempatan untuk mencoba memakai baju chef. Namun, baju ini akan benar-benar didapat setelah memasuki 5 besar. Karena ia merasa cocok saat memakai baju Chef, Lucky pun akhirnya termotivasi untuk bisa mendapatkannya di 5 besar.
" Pas 10 besar, itu dikasih coba pakai baju chef. Itu enak aja, makainya. Terus dibilang, ini bisa kalian dapetin di 5 besar," ucapnya.
Untuk masuk 5 besar pun juga tak semudah yang ia bayangkan. Ia harus jatuh bangun dan beerapa kali masuk Pressure test lagi dan akhirnya bisa memasuki 5 besar.
Setelah memasuki 5 besar, ternyata Chef yang identik dengan bandana putih ini makin termotivasi setelah benar-benar mendapatkan baju Chef. Ia pun punya ambisi baru, yakni ingin menjuarai MasterChef season 1 ini.
" Masuk 5 besar, gue lihat pakai baju ini, terus gue bilang, ini kayaknya cocok, deh, gue harus menang!" kata Lucky.
Motivasi yang sangat tinggi ini membuat ketiga juri yang kala itu adalah Chef Juna, Chef Marinka dan Chef Vindex kaget dengan performa Lucky. Lucky yang dulunya langganan pressure test, setelah memasuki 5 besar justru tak pernah kalah sampai final.
" Setelah itu gue nggak pernah kalah. Every challange gue menang bassicly," cerita Lucky.
Menjadi juara di MasterChef tentunya adalah pengalaman yang sangat berharga untuk Pria kelahiran 16 April 1980 ini. Banyak pengalaman unik selama di MasterChef yang tak ia lupakan.
Mulai dari lawan terberat, juri paling ngeselin, sampai alasan Chef Lucky memakai bandana putih.
Karena menjadi langganan pressure test, Lucky pun mengungkapkan lawan terberat saat itu adalah Fero. Nama Fero dalam MasterChef Indonesia dulu memang digadang-gadang akan menjuarai MasterChef Indonesia.
" Lawan terberat itu Fero," terangnya.
Ternyata, selama di Galery, Chef Lucky ini juga mengakui kalau Chef Juna adalah juri yang ngeselin. Dari televisi saja kita udah tahu dengan watak Chef Juna yang dikenal sangat tempramen jika ada peserta yang performanya kurang bagus atau menyajikan makanan yang tidak enak. Hal inilah juga yang dirasakan oleh Chef Lucky yang menganggap Chef Juna menjadi chef paling ngeselin.
" Kalau juri paling ngeselin sih Chef Juna, ya," ucapnya sambil tertawa.
Menjadi seorang Chef Profesional ternyata tak lepas dari sosok inspiratif. Terkenal dengan kemurahan senyumnya, ternyata Lucky Andreono ini sangat mengidolakan sosok Chef Vindex.
" Chef Favorit gue di Indonesia adalah Chef Vindex Tengker," terangyan.
Menurut Lucky, Chef Master Vindex adalah sosok yang sangat humble dan selalu membantu ketika di dalam galery bahkan sampai keluar dari galery MasterChef.
" Karena setiap ada problem gue nanya ke dia pasti ada jawabannya," terangnya.
Menjadi sosok yang terlihat kalem dan murah senyum, ternyata sosok Chef Vindex adalah juri paling tidak sombong menurut versi Lucky Andreono.
" Dan juga di antara 3 juri itu yang paling tidak sombong itu dia," terangnya.
" Dia punya pengalaman yang banyak. Dia juga udah sampai luar negeri juga. Dia juga menjadi Executive Chef Pertama di Indonesia," tambah Lucky.
Karena sosok humble Chef Vindex inilah yang membuat Lucku terinspirasi. Chef Lucky pun juga dikenal sebagai Chef yang Humble dan murah senyum.
Chef Lucky adalah salah satu Chef yang punya ciri khas yang tak dimiliki oleh Chef lain ketika beraksi. Ya, bandana putih yang melingkar di dahinya. Sangat aneh rasanya jika kita melihat Chef Lucky tak memakai bandana putih ketika sedang beraksi di dapur.
Ternyata, ada cerita tersendiri di balik bandana putih yang selalu ia pakai. Cerita ini bisa dibilang adalah alasan yang sangat sederhana mengapa ia memakai bandana putih di kepalanya. Ya, Chef Lucky adalah orang salah satu Chef yang gampang berkeringat ketika sedang mengerjakan sesuatu. Apalagi ia harus dalam tekanan ketika memasak. Karena itulah keringat selalu bercucuran dari dahinya setiap kali ia memasak.
" Bandana itu sebenarnya gara-gara si produser ngomel sama gua. Gua tu orangnya suka keringetan. Jadi gue banyak ngehabisin tisu roll," terangnya.
Karena selama di galery ia selalu banyak menghabiskan tisu, hal inipun membuat produser MasterChef saat itu menyuruhnya untuk memakai sesuatu untuk menahan keringat di dahinya.
" Terus habis itu produser bilang ke gua, ini kalau loe nggak pakai sesuatu buat nyeka keringet loe, loe bakal ngehabisin stok tisu gue doang sih," ceritanya sambil tertawa.
Sejak saat itulah ia selalu memakai bandana putih di kepalanya bahkan hingga saat ini.
Setelah menjadi juara dalam MasterChef season 1, Lucky ternyata masih harus berjuang dalam kehidupan di luar. Ia pun mencoba lagi untuk iku real cooking competition. Setelah itu, ia juga mulai bikin Restaurant dan juga menjadi food consultant hingga saat ini.
" Gue nyoba real cooking competition, terus pergi ke Vietnam, terus baru bikin restaurant Lucky Grilled Ribs. Terus gue juga jadi consultant," terangnya.
Pandemi di seluruh dunia ini ternyata juga berdampak kepada Chef Lucky. Penghasilan menurun membuat Chef Lucky harus memutar otak untuk tetap bisa eksis di dunia kuliner.
Pengalamannya di bidang kuliner pun membuatnya tetap bisa bertahan di tengah pandemi. Ia pun banyak membuat usaha baru dengan mengandalkan bisnis online untuk menjual apa yang ia buat. Selain itu, ia juga kembali membuat YouTube channel yang berisi tentang tutorial masak dan juga resep-resep dari dirinya yang bisa dilihat oleh masyarakat.
" Di masa pandemi ini saya masih aktif di dunia kuliner dengan banyak ikut interview. Terus balik lagi ke YouTube. Terus bikin Cathering Service. Dan bikin bisnis kuliner lain seperti Rice Box Ngarbo, Bokap dan juga Ngasap. Semuanya online.
Selain itu, dengan memanfaatkan aplikasi meeting online, ia tetap mengadakan kelas memasak online untuk tetap bisa mengajar memasak.
" Sama kelas masak online," jelas Lucky.
Melihat besarnya dampak yang diakibatkan oleh Pandemi ini, membuat Lucky Andreono tergerak untuk tetap bisa melakukan charity atau amal. Dari amal ini Lucky bisa mengajar di kelas memasak kepada para anak panti asuhan sekaligus memberi mereka makan secara gratis.
" Chariti ini namanya Gemesin atau Gerakan Menu Sehat Anak Indonesia. Itu dateng ke panti asuhan," terangnya.
Di sana pun ia mengajar kepada anak anak bagaimana cara memotong sayuran, cara mempergunakan sayuran dan juga lain sebagainya.
" Kita bikin kelas masak diikuti oleh anak-anak panti asuhan. Kita ajarin gimana motong sayuran, mempergunakan sayuran dan lain sebagainya. Mirip cooking class tapi kita kan memberikan makan juga ke anak-anak itu," jelas Lucky.
Menjadi seseorang dengan predikat Juara MasterChef tentu didapat bukan dengan cara yang mudah. Tidak direstui oleh keluarga, bukan kandidat juara, sering terjatuh dan hampir tereliminasi tidak membuat Lucky Andreono menyerah begitu saja.
Hal inilah yang membuatnya punya pesan kepada siapa saja di luar sana untuk never give up! Tidak pernah menyerah dalam menjalani hidup. Hal ini terbukti dari Chef Lucky yang masih bisa eksis di dunia kuliner, memiliki usaha kuliner, dan juga masih bisa melakukan kebaikan untuk sesama di masa pandemi.
Never Give Up! Saya udah jatuh beberapa kali dalam hidup. Tapi I Never Give Up, tetap jalan terus!
Chef Lucky Andreono