Pinterest.com/buzzfeed
Kalau kamu tau, masakan khas Sunda selalu identik dengan menu rumahan yang sederhana. Biasanya akan tersedia sayur, lauk, dan sambal. Tapi, ternyata di balik itu semua ada filosofi mendalam dibalik masakan Sunda.
Banyak hal bisa dijadikan sebagai cerminan sebuah budaya. Mulai dari prilaku hingga makanan adalah cerminan kebudayaan daerah tersebut. Misalnya daerah Jawa Barat, kulinernya identik dengan menu masakan rumahan.
Beberapa kuliner khas Sunda seperti sayur asem, ayam goreng, jengkol, petai, nasi liwet, ikan goreng, tumis cumi, dan semuanya akan dilengkapi lalapan segar serta sambal. Bahkan bahan-bahan itu sangat mudah didapat dari alam sekitar.
Mengutip pendapat dari travelling chef dan sejarawan kuliner Wira Hardiyansyah, masakan Sunda itu masuk ke dalam aspek hubungan manusia dengan alam.
" Hubungan manusia dengan alam termasuk hewan, tumbuhan, gunung dan lainnya. Orang Sunda sudah punya konsep menyatu dengan alam dari sejak sebelum masehi," tutur Wira Hardiyansyah.
Selain itu jenis makanan ini sejalan dengan kebiasaan masayarakat Sunda yang hobi makan lalapan. Ada juga orang Sunda yang suka makan sayuran segar dan dimakan mentah, sekaligus pelengkap hidangan.
" Kebiasaan mengonsumsi lalapan itu pantulan dari cerminan hidup menyatu dengan alam. Nah, tanaman itu kan dari proses bertani, jadi mereka selalu punya konsep semuanya dari kebun," tutur Wira Hardiyansyah.
Karena hubungan makanan masyarakat Sunda adalah manusia dan alam, maka mereka tidak akan merasa kesulitan misal belum panen beras. Alternatif seperti ubi, singkong bisa mereka lahap.
Sesuai dengan istilah, 'Teu boga sawah asal boga pare, teu boga pare asal boga beas, teu boga beas asal nyangu, teu nyangu asal dahar, teu dahar asal kuat'.
Artinya adalah 'Tidak punya sawah asal punya padi, tidak punya padi asal punya beras, tidak punya beras asal bisa makan, tidak makan asal kuat'.
Selain pada menu makanannya, masyarakat Sunda juga punya tradisi bancakan. Bancakan dikenal sebagai makan bersama sambil dudu lesehan dan makanan dialaskan di daun pisang memanjang.
Sebuah istilah Sunda yang berarti 'Tidak punya sawah asal punya padi, tidak punya padi asal punya beras, tidak punya beras asal bisa makan, tidak makan asal kuat', ini sesuai dengan penjelasan di atas.
Selain menu makanan khas, masyarakat Sunda pun punya tradisi bancakan. Masyarakat umum mengenal Bancakan sebagai tradisi makan bersama sambil duduk lesehan dan makanan dialaskan daun pisang.
Chef Wira mengatakan bahwa tradisi bancakan itu sesuai dengan prinsip mereka yang dikenal dengan istilah 'silih asah, asih dan asuh'. Dalam tradisi bancakan tidak ada jenjang di antara mereka.