© Shutterstock.com
Indonesia sempat dijajah oleh beberapa negara Eropa di masa lalu. Hal ini membuat banyak budaya dari Eropa yang masuk dan tercampur dengan budaya Indonesia.
Di bidang kuliner, Indonesia juga memiliki banyak makanan yang dipengaruhi oleh budaya Eropa. Salah satunya adalah Selat Solo.
Makanan khas Surakarta ini sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Kira-kira penasaran nggak sih bagaimana sejarah dari makanan berbahan dasar daging ini?
Simak informasi berikut ya!
Dilansir dari Indonesia.go.id, ternyata ada kisah menarik di balik kemunculan Selat Solo atau Selat Gelatin ini. Di masa kolonial, bangsa Eropa datang ke Indonesia membawa bahan makanan dan teknik masak ala negara mereka.
Tapi nggak semua makanan khas Eropa bisa diterima dengan mudah oleh lidah kaum ningrat di Kasunanan Surakarta. Perbedaan wilayah tentu membentuk perbedaan selera dan budaya.
Makanan Jawa identik dengan rasa manis. Untuk menyesuaikan rasa steak dengan selera raja-raja Kasunanan Solo, mereka melakukan modifikasi pada masakannya.
Kecap pun digunakan untuk memberi rasa manis. Kecap Inggris dan mayones pun tak lagi digunakan.
Selat Solo merupakan perpaduan bistik dan salad. Penggunaan nama selat berasal dari kata " slachtje" yang berarti salad. Sementara daging yang disebut steak berasal dari bahasa Belanda " biefstuk" .
Jika di Eropa, daging untuk steak dimasak setengah matang dan dihidangkan dalam ukuran besar. Raja-raja Kasunanan Solo nggak terbiasa memakan daging seperti itu.
Akhirnya daging yang harusnya dimasak setengah matang diubah menjadi daging sapi cincang yang dicampur dengan sosis, tepung roti dan telur. Bahan-bahan tersebut dicampur dan dibentuk seperti lontong kemudian dibungkus daun pisang.
Selanjutnya bahan tersebut dikukus sampai matang. Setelah matang dan dingin, daging diiris tebal dan digoreng menggunakan sedikit margarin.
Seperti yang kita ketahui, Selat Solo dihidangkan bersama sayuran seperti wortel, buncis, tomat dan daun selada. Selat Solo juga dilengkapi dengan kentang goreng untuk memberi rasa kenyang.
Biasanya di atas daun selada akan ditambahkan mustard dan terkadang ada pula yang menambahkan acar mentimun. Selain itu, ciri khas lain dari Selat Solo adalah penambahan telur rebus dalam hidangannya.
Seperti steak, Selat Solo ditaburi dengan lada hitam bubuk dengan butiran yang sedikit kasar untuk memberikan sedikit rasa pedas. Kita juga bisa mencium aroma pala dari sausnya.
Semoga informasi ini bermanfaat buat kamu ya!