© Shutterstock.com/Dani Daniar
Kamu tau nggak sih kenapa di setiap perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus selalu diadakan lomba makan kerupuk?
Nggak hanya ada di satu wilayah, bahkan lomba makan kerupuk di semarak perayaan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ini hampir ada di seluruh penjuru Indonesia.
Setiap tanggal 17 Agustus, makan kerupuk udah jadi ikon nih buat memeriahkan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia. Nggak cuma lomba, tapi kamu juga bisa sambil makan kerupuk sepuasnya. Ya kan?
Tapi Diazens pernah berpikir nggak, kenapa harus kerupuk? Kan sebenarnya bisa juga kita adakan lomba makan tempe.
Nah, untuk menjawab tradisi bangsa di semarak Kemerdekaan Bangsa Indonesia ini, seorang ahli akan menjawab tuntas tanda tanya besar yang selama ini kamu pendam.
Kelihatannya memang sederhana, balapan makan kerupuk yang terikat pada tali. Meski begitu, ada perjalanan sejarah yang tersimpan dalam sepotong kerupuk ini, lho.
Dibalik setiap gigitan kerupuk itu, ada kisah penderitaan rakyat Indonesia lho. Hal ini diungkapkan oleh sejarawan kuliner dari Universitas Padjadjaran, Fadly Rahman.
Ia mengungkapkan bahwa kerupuk merupakan salah satu makanan pelengkap andalan bangsa Indonesia, khususnya pada era 1930-an hingga 1940-an, di mana NKRI masih menangis di bawah kaki penjajah.
Terjadi krisi ekonomi di masa penjajahan Belanda mengakibatkan harga kebutuhan pangan melonjak hingga tak mampu dijangkau masyarakat kalangan menengah ke bawah. Mereka harus bertahan hidup dengan mengonsumsi makanan seadanya.
Nah, di sini peran kerupuk menjadi sangat besar. Kerupuk menjadi salah satu penyambung hidup bagi masyarakat lantaran harganya sangat terjangkau.
" Oleh karena itu, kerupuk ini identik dengan makanan kaum rakyat atau makanan rakyat yang dikenal dengan istilah volksvoedsel dalam bahasa Belanda," ujar Fadly seperti dikutip dari Liputan6.com pada Senin (16/8/2021).
Saat itu, kerupuk ada dua jenis, yaitu kerupuk dari bahan baku ikan dan kerupuk berbahan dasar tepung aci. Di masa-masa krisis tersebut, pabrik tapioka adalah salah satu industri yang mengalami surplus karena banyaknya penggunaan tepung dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia, salah satunya untuk pembuatan kerupuk.
Dalam buku Jejak Rasa Nusantara ‘Sejarah Makanan Indonesia’ Fadly Rahman juga menceritakan bahwa setelah masa kesengsaraan rakyat Indonesia pascaperang kemerdekaan pada tahun 1945-1949 ada himbauan dari Proklamator Bangsa Indonesia.
Bung Karno menginisiasi serta mendukung diadakannya perlombaan sebagai bentuk selebrasi kemerdekaan sejak tahun 1950. Perlombaan ini dijadikan penghiburan bagi rakyat Indonesia yang telah melalui berbagai bentuk penderitaan.
Ide Presiden Soekarno itu pun direspons dengan positif oleh masyarakat, Diazens. Sejak itulah, tradisi lomba makan kerupuk mulai dikenal, berawal dari masyarakat di Pulau Jawa lalu menyebar ke seluruh Nusantara dan menjadi tradisi hingga saat ini.
Di setiap perayaan Kemerdekaan Bangsa pada 17 Agustus kerupuk akan menjadi pengingat bagi rakyat akan perjuangan untuk memerdekakan NKRI.
Pada awalnya, kerupuk hanya dijadikan sebagai simbol keprihatinan akan kesengsaraan rakyat di masa krisis dan peperangan terjadi. Oleh karena itu, perlombaan makan kerupuk dijadikan tradisi perayaan hari kemerdekaan hingga saat ini.
" Jadi bukan hanya sekadar hiburan saja, tetapi di balik hiburan tersebut ada makna lain bahwa kerupuk dianggap sebagai simbol kesengsaraan rakyat yang saat ini banyak dilupakan masyarakat Indonesia," kata Fadly.
Awalnya, lomba makan kerupuk hanya dilakukan oleh warga kelas menengah saja lho. Lomba ini dimanfaatkan untuk merayakan Hari Kemerdekaan Bangsa dengan sederhana. Namun seiring dengan berjalannya waktu, lomba makan kerupuk sudah masuk ke berbagai golongan masyarakat.
Ya, seperti Diazens tahu. Berbagai hadian bahkan dengan jumlah yang besar kini sering diadakan oleh semua kelas masyarakat untuk memeriahkan Hari Kemerdekaan.
" Hadiahnya untuk para pemenang pun disesuaikan tentunya disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat," tambahnya.
Persiapan lomba makan kerupuk dimulai dengan menggantung deretan kerupuk pada tali rapia yang membentang dengan ketinggian diatur sejajar kepala peserta lomba. Saat mengadakan lomba ini, biasanya sebagian besar masyarakat menggunakan kerupuk putih dalam blek.
Dalam perlombaan ini, setiap peserta harus beradu cepat menghabiskan kerupuk di hadapannya dengan kedua tangan wajib ditaruh di belakang. Keseruan lomba akan semakin terlihat ketika para peserta mulai kesulitan menggigit kerupuk yang bergoyang-goyang di depan mereka.
Nah, kalau Diazens mau ngadain lomba apa nih untuk merayakan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia selama di rumah aja?
Semoga HUT RI selanjutnya, pandemi udah berakhir dan bisa kembali bikin lomba sekampung!