© Liputan6.com
Prosesi potong tumpeng biasanya menjadi salah satu bagian penting bagi momen seremonial masyarakat Jawa, atau malah masyarakat Indonesia pada umumnya.
Bentuknya tumpeng yang mengerucut melambangkan sebuah puncak pengharapan hidup yang sebenarnya. Nah, di sinilah kesalahan prosesi potong tumpeng yang selama ini malah dilakukan terus secara berulang.
Menurut laman Temu Konco, sejatinya prosesi potong tumpeng itu saru atau yang dalam bahasa Jawa berarti 'ora elok'. Nah, 'ora elok' ini biasanya ungkapan yang disampaikan oleh orang tua Jawa ketika melihat sesuatu yang keliru.
Ya macam kekeliiruan cara potong tumpeng ini. Tumpeng sendiri sebenarnya merupakan bentuk atau wujud syukur terhadap Tuhan. Bentuk mengerucut tumpeng yang vertikal ke atas juga disebut melambangkan antara manusia dan Tuhannya.
Sedang lauk pauk di bagian bawahnya disebut menjadi simbol keberagaman manusia yang terdiri dari berbagai macam watak, sifat, dan lain sebagainya. Jadi tumpeng ini memang bukan sekadar tradisi kuliner bagi masyarakat Jawa.
Melainkan sebuah tradisi sakral yang menjadi simbol rasa syukur atas apa yang diberikan oleh Tuhan. Namun, juga sekaligus menjadi simbol kebersamaan di antara keberagaman sesama manusia.
Filosofi yang mendalam tersebut menjadi masyarakat Jawa dulu memperlakukan tumpeng dengan cara tertentu. Dulunya, prosesi potong tupeng itu tidak ada. Karena orang Jawa dahulu selalu mengambil tumpeng dari bagian terbawah.
Tumpeng yang dulunya lekat dengan prosesi kenduri ini biasanya didoakan dulu oleh tokoh agama. Kemudian baru sang empunya hajat memberi kesempatan pada tokoh agama tersebut mengambil giliran lebih dulu.
Namun tentu tak ada prosesi potong tumpeng. Para tokoh agaman biasanya akan mengambil bagian tumpeng dari samping bawah. Kemudian nantinya baru hadirin lain ambil giliran untuk mengambil tumpeng. Begitu seterusnya sampai puncak tumpeng habis.
Masih menurut laman Temu Konco, tradisi potong tumpeng kemungkinan erat kaitannya dengan pengaruh budaya barat ketika memotong kua ulang tahun. Katanya, potongan pertama kue ulang tahun memang spesial.
Makanya potongan tersebut biasanya akan diberikan pada sosok-sosok spesial saja. Nah, pengaruh memotong kue tersebut diyakini telah memengaruhi tradisi potong tumpeng yang sebelumnya tak dimiliki masyarakat Jawa.
Nyatanya, masyarakat Jawa memang tak memiliki tradisi tersebut di masa lalu. Menurut akun twitter @lailadimyati, tradisi potong tumpeng konon mulai populer oleh pejabat era Orde Baru yang kemudian disiarkan terus menerus oleh TVRI.
" Aku inget alm. eyang putri resah melihat itu sambil bilang: ora ilok. Jangan di tiru," tulis akun tersebut pada 30 Juni lalu.
Menurut akun tersebut, arti kata Tumpeng sendiri merupakan gabungan kalimat dalam bahasa Jawa, yakni 'yen meTu kudu memPeng'. Sedang cara memakan atau mengambil tumpeng sejatinya juga mengandung filosofis tertentu.
Jadi kenapa orang Jawa mestinya mengambil tumpeng dari bawah adalah berkaitan dengan hubungan dengan Tuhannya. Jika tumpeng diambil dari bawah, maka bagian atasnya secara perlahan akan menyentu dasar wadah tumpeng.
Nah, ketika bagian ujung kerucut tersebut sudah sampai bawah secara perlahan disebut dengan 'Manunggaling kawulan gusti'. Yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih bisa diartikan sebagai hubungan antara manusia dan Tuhannya yang semakin mendekat.
Ternyata selama ini kita keliru loh. Prosesi potong tumpeng nyatanya kurang tepat jika digandengkan dengan tradisi Jawa yang sesungguhnya. Nah kan banyak yang belum tahu tentang filosofi tumpeng ini kan?
Tapi ada seorang netizen juga yang menanggapi berbeda dengan pendapat tersebut. Seperti yang diungkapkan sama akun @b45s3r yang menyebut bahwa tradisi tersebut hanyalah soal anggapan. Sedang ada juga orang lain yang beranggapan berbeda.
" Yo ndak apa2, ada yg menganggapnya begitu, ada pula yg menganggap bahwa ujung tumpeng adalah bagian paling berharga jd orang2 tertentu saja yg boleh memakannya," tulis akun tersebut.
" Tinggal mau pake yg cara mana saja, gak ilok jg kl kita saling menyalahkan suatu kebiasaan," sambungnya.
Wah gimana nih menurut kamu? Sepakat dengan pendapat yang mana?