© Epic Games
Merebaknya Covid-19 di hampir di seluruh bagian bumi, membuat banyak kegiatan yang tidak bisa dilakukan seperti semestinya. Sebagai gantinya, kegiatan-kegiatan tersebut harus dilakukan secara virtual.
Salah satunya kegiatan yang harus dilakukan secara virtual adalah pembuatan film. Tapi pembuatan film secara virtual ini sepertinya mendorong para produser dan pembuat film untuk semakin kreatif dalam storytelling mereka.
Berdasarkan Press Release dari Epic Games, salah satu teknologi memproduksi film secara virtual adalah melalui teknologi video game. Tentu saja ini hal yang baru dalam industri perfilman, apalagi di Indonesia.
Lalu, seperti apa sih pembuatan film dengan teknologi video game ini?
Produksi film secara virtual, yang ditenagai oleh teknologi video game, akan menjadi pendobrak cara kita membuat konten di masa depan, mulai dari produksi DIY digital hingga blockbuster di masa depan.
Dengan kemampuannya menghemat waktu dan ongkos produksi, produksi film secara virtual dapat menjadi penyelamat banyak perusahaan pembuat film. Contohnya, dengan menggunakan teknologi game seperti Unreal Engine, pembuat film bisa membangun environment digital yang dapat meniru frame render final.
Manfaat penting lainnya dalam menggunakan game engine adalah teknologinya real-time, sehingga akan memberikan keuntungan luar biasa dalam produksi virtual.
Produksi virtual bukanlah hal baru. Serial Game of Thrones yang memenangkan sejumlah penghargaan memanfaatkan berbagai teknik produksi virtual untuk melampaui ekspektasi penonton. Pada awalnya, produksi virtual digunakan dalam pra-visualisasi (previsualisation) untuk memastikan keselarasan antara visi kreatif dan teknis di seluruh departemen. Saat storyline (jalan cerita) semakin kompleks, sebuah scouting toolset virtual —yang ditenagai oleh Unreal Engine —juga dipakai untuk membangun setting yang elaborative dan berimajinasi tinggi.
Contoh lainnya adalah yang baru-baru ini sedang tayang, Di The Mandalorian Season 1, Unreal Engine dari Epic Games juga digunakan untuk memproyeksikan virtual environment yang kelihatan sangat nyata ke layar LED yang besar, sehingga para aktor dan kru seperti tenggelam dalam semesta Star Wars. Hal ini memberi sutradara visibilitas penuh dan kontrol kreatif atas sequence yang ditingkatkan secara digital saat pengambilan gambar di lokasi syuting.
Proses produksi film masih diterpa isu inefisiensi dan biaya tinggi, serta belum ada solusi yang betul-betul menjawab persoalan tersebut. Dalam fase pra-produksi contohnya, perencanaan dan visualisasi adegan yang kompleks biasanya membutuhkan waktu yang lama, terutama bila diperlukan keselarasan antara visi kreatif dan realitas teknis. Juga butuh waktu berbulan-bulan untuk membuat movie set. Gangguan cuaca serta kondisi cahaya yang tidak mendukung sering kali membuat jadwal syuting menjadi berantakan.
Bahkan setelah syuting selesai, fase pascaproduksi masih bisa memakan waktu satu tahun atau bahkan lebih loh.
Pada masa pasca pandemi ini, produser film dengan budget terbatas tak mungkin membiarkan inefisiensi terus terjadi. Produksi secara virtual dan (yang mengejutkan) pemanfaatan teknologi video game real time barangkali menjadi solusinya.
Pada akhirnya, produksi virtual memungkinkan berbagai departemen film bekerja secara lebih erat dan real-time, untuk mewujudkan produk final yang hemat waktu dan biaya. Pada saat industri bergulat dengan dampak pandemi global, produksi virtual mungkin merupakan evolusi yang alami bagi industri hiburan.