© Zoom
Pandemi COVID-19 telah menciptakan banyak kenormalan baru bagi masyarakat. Salah satunya adalah kebiasaan bekerja total dari rumah yang menggantikan kebiasaan bekerja di kantor.
Tidak adanya tatap muka langsung dalam proses bekerja membuat layanan video conference menjadi sangat penting untuk melakukan koordinasi antar pekerja. Ada banyak pilihan yang bisa digunakan, namun salah satu yang paling populer saat ini adalah Zoom.
Tayangan di Zoom dinilai lebih ringan yang membuat jalannya video conference lebih lancar. Meski begitu, di balik kemudahannya, ternyata ada beberapa hal yang harus diwaspadai lho. Apa saja kah itu?
Populernya aplikasi Zoom rupanya dimanfaatkan oleh para penjahat siber untuk mendistribusikan file yang akan mengancam kenyamanan menggunakan gadget. Dilansir dair Liputan6.com, file-file tersebut akan disamarkan sehingga pengguna tidak akan sadar telah mengunduhnya.
Salah satu yang paling umum adalah ancaman berjenis adware. Adware merupakan installer yang akan menampilkan iklan atau mengunduh modul adware tanpa persetujuan pengguna. Meski bukan termasuk jenis perangkat lunak berbahaya, adware tetap dapat menimbulkan risiko privasi.
Zoombombing adalah kondisi munculnya aksi serangan berupa gangguan dari pihak luar yang membajak video conference dengan mengirim gambar porno atau ujaran kebencian. Tujuannya? Ya sekedar mengganggu jalannya video conference aja. Memang iseng banget.
Mengubah settinng ruang pertemuan menjadi private sudah cukup untuk membantu menyaring peserta yang turut serta dalam video conference.
Yang terakhir ini adalah salah satu yang terbesar dan paling hangat diperbincangkan, perihal kebocoran identitas para pengguna Zoom.
Sempat heboh, CEO Zoom Eric S. Yuan kemudian telah mengonfirmasi munculnya kebocoran tersebut dan meminta maaf pada para penggunanya. Kebocoran disebut Eric terjadi karena sistem Zoom yang belum sempurna mendadak kedatangan jutaan pengguna selama masa karantina ini. Saat ini, pihaknya telah melakukan penyempurnaan lebih pada sistem keamanan.