© CNBC
Hingga saat ini tidak kurang dari 7000 orang di Indonesia terpapar virus Corona. Angka yang meninggal di tanah air untungnya masih jauh lebih sedikit ketimbang yang sembuh.
Data jubir Corona, hingga tanggal 22 April 2020, 7418 orang positif COVID-19, sembuh 913 orang, dan meninggal 635 orang. Lantas apakah ini sudah puncak dari pandemi COVID-19 di Indonesia?
Ada dua skenario yang diprediksi akan menjadi puncak kasus corona COVID-19 di Indonesia. Hal itu diungkap oleh Peneliti dan Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Profesor Amin Soebandrio.
Skenario Pertama tentang puncak penyebaran virus Corona. Menurut Amin, puncak kasus Corona COVID-19 di Indonesia bisa terjadi pada bulan Mei 2020 mendatang. Yang lebih mengkhawatirkan lagi adalah hal ini bisa terjadi selama Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tidak dipatuhi masyarakat.
Dikutip dari Liputan6 (16/4), Amin mengungkapkan bahwa angka saat puncak kasus corona covid-19 bulan Mei bisa mencapai lebih dari 10 ribu kejadian dan menurun selama dua sampai tiga minggu.
" Itu (puncak kasus) bisa terjadi kalau PSBB ini tidak dipatuhi dengan baik. Tidak cuma PSBB saja, PSBB dan kawan-kawannya, artinya peran masyarakat, partisipasi masyarakat kurang besar," kata Amin.
Satu yang pasti, akan ada konsekuensi khusus terjadi di Indonesia. Ini pun tak kalah rumit, yakni menyangkut kesiapan tenaga medis untuk merawat pasien-pasien itu.
" Peningkatannya akan cukup tajam sampai kurvanya tinggi, tapi itu punya konsekuensi. Dengan jumlah kasusnya tinggi, otomatis jumlah yang memerlukan perawatan juga tinggi kan. Katakanlah 20 persen dari 15 ribu, itu kan cukup banyak," jelasnya.
Nah, untuk skenario kedua ini adalah jumlah kasus COVID-19 di Indonesia secara total kemungkinan sama, hanya saja tersebar di rentang waktu yang lebih panjang.
" Artinya puncaknya itu akan tercapai agak mundur, tetapi tidak terlalu tinggi. Mungkin 10 ribuan atau di bawah 10 ribu barangkali," kata Amin.
" Tidak di bulan Mei, setelah itu, tetapi jumlahnya tidak terlalu tinggi di bawah 10 ribu, tetapi berakhirnya itu agak landai. Jadi kurvanya, kurva landai bukan lancip."
Amin mengatakan, apabila skenario kedua yang terjadi, maka orang yang membutuhkan perawatan lebih terkendali dan tidak terlalu tinggi meski waktu kejadian akan lebih panjang. Di sini, beban fasilitas pelayanan kesehatan dinilai lebih ringan.
Di sini, Amin mengatakan apabila merujuk pada skenario kedua dan melihat situasi di negara lain, maka kasus COVID-19 di Indonesia bisa benar-benar selesai menjelang akhir tahun.
" Puncaknya sekitar bulan Juni kali ya, nah dari April sampai Juni itu tiga bulan katakanlah. Maka kesananya juga dua atau tiga bulan lagi sampai selesai. Jadi kalau diperkirakan akhir Juni puncaknya, berarti Juli, Agustus, September. Ada beberapa yang memprediksi selesai total itu September."
Prediksi diperhitungkan dengan situasi belum adanya vaksin atau pengobatan yang spesifik untuk COVID-19. Amin mengatakan, jika suatu saat ada intervensi pengobatan yang ditemukan, maka diharapkan jumlah kasus pasien yang dirawat di rumah sakit akan berkurang.
Indonesia tetap akan mengalami puncak COVID-19, hanya kita tidak tahu kapan itu terjadi. Kita hanya bisa berharap badai virus ini selesai tidak sampai di bulan September. Meskipun itu cukup sulit. Tidak perlu berbicara Indonesia secara keseluruhan. Berbicara dukungan dari masyarakat akan bahaya COVID-19 ini cukup rendah. Masih banyak orang yag tidak mematuhi imbauan pemerintah mengenai physical distancing, PSBB, dan lain sebagainya.
Di beberapa kota, physical distancing yang sudah diimbau oleh pemerintah tidak berjalan baik. Pelanggaran terus terjadi. Bagaimana Corona bisa musnah di Indonesia jika masyarakatnya begini?
Well, kita hanya bisa berharap pemerintah melakukan berbagai upaya positif untuk menekan virus Corona di Indonesia. Tenaga medis melakukan tugasnya dengan sangat baik. Serta masyarakat yang juga mendukung pemerintah untuk tidak saling menyalahkan dan sadar betapa pentingnya physical distancing di masa-masa sekarang.
Lekas sembuh, Indonesia!