© 2019 Https://www.diadona.id/unsplash.com
Kanker adalah penyebab kematian paling umum kedua di Amerika bahkan di dunia setelah penyakit jantung. Masih belum diketahui sepenuhnya mengapa orang bisa terkena kanker namun yang lain tidak. Bisa karena pengaruh gen, lingkungan, pola makan, riwayat keluarga, bahkan pekerjaan. Berikut ini adalah hal-hal yang ditemukan oleh para ilmuwan terkait dengan risiko kanker di 2019 ini.
Pestisida telah lama diduga memiliki sifat karsinogenik. Dilansir dari insider.com, di tahun ini, bukti baru mengaitkan flifosat yang dikenal sebagai pembunuh gulma atau tumbuhan liar dapat meningkatkan risiko kanker hati. Dalam penelitian, ditemukan pestisida jenis Roundop dapat memicu risiko kanker.
Namun, Badan Perlindungan Lingkungan berpendapat penggunaan flifosat yang tepat tidak akan menimbulkan risiko kesehatan masyarakat.
Oktober lalu, Komite Dokter Internasional mengajukan petisi kepada FDA untuk menambah label peringatan pada keju yang terbuat dari susu sapi. Petisi itu dilakukan atas dasar penelitian bahwa produk keju berlemak tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara hingga 53 persen. Keju diyakini menjadi faktor risiko karena hormon yang digunakan untuk obat sapi perah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara. Lemak jenuh dalam keju juga berperan dalam meningkatkan kematian akibat kanker.
Namun, secara keseluruhan, penelitian tentang dampak kesehatan akibat konsumsi keju sangat beragam. Sebuah analisis pada 2017 lalu menemukan bahwa keju tidak menimbulkan risiko penyakit jantung dan penyakit fatal lainnya termasuk kanker. Bahkan produk susu rendah lemak justru memiliki manfaat kesehatan, terutama untuk diet Mediterania. Ahli gizi Keri Gans mengatakan pada Insider bahwa tidak ada bahaya dalam keju.
Pernah dibahas dalam artikel sebelumnya, meskipun vapor dulu disebut-sebut sebagai alternatif yang lebih aman untuk merokok, sekarang jelas ternyata vapor juga meningkatakan risiko penyakit. Ada lebih adai 2.050 penyakit yang dikarenakan vapor, dan 39 orang telah meninggal.
Para ahli medis masih berusaha mencari tahu apa yang membuat vapor berbahaya, tetapi diyakini dapat menyebabkan peradangan di paru-paru dan mulut, yang keduanya terkait dengan peningkatan risiko kanker. Penelitian pada tikus juga mengaitkan zat dalam uap vapor dengan risiko kanker yang lebih tinggi.
Kamu suka makan daging? Kalau suka, kamu perlu berhati-hati jika akan mengonsumsi olahan daging. Penelitian lain menunjukan bahwa daging olahan seperti hot dog, ham, dan bacon, terkait dengan peningkatan risiko kanker ginjal, usus, dan perut. Sebagian karena kandungan nitrat yang digunakan untuk mengawetkan makanan tersebut.
Daging merah juga telah dikaitkan dengan kanker kolorektal bahkan dalam jumlah sedang menurut penelitian yang diterbitkan tahun ini. Segala jenis daging yang dipanggang pada suhu tinggi atau di atas api terbuka telah ditemukan memicu reaksi kimia yang membentuk karsinogen yang dikenal sebagai lemak dan jus daging yang bergabung dengan asap dan api.
Studi pada September lalu mengatakan bahwa daging merah dan daging olahan sebenarnya tidak meningkatkan risiko kanker, penyakit jantung, dan penyakit kronis lainnya.
Sebuah penelitian menemukan bahwa implan payudara bertekstur BIOCELL dapat memicu kanker. Para ahli mengatakan kanker itu bukan kanker payudara tetapi sejenis limfoma yang mempengaruhi sel darah putih. Ini berkembang dlam lapisan jaringan fibrosa yang terbentuk di sekitar implan.
Tidak sepenuhnya jelas mengapa BIA-ALCL atau pemicu kanker dapat berkembang. Namun, ternyata hal itu sudah sering terjadi bertahun-tahun. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan bengkak yang muncul.
Pada 2019 ini, penelitian menemukan bahwa teh panas adalah salah satu hal terbaru yang terkait dengan risiko kanker jangka panjang. Secara khusus, minum teh panas bisa hampir dua kali lipat meningkatkan risiko kanker kerongkongan. Para peneliti melihat data, lebih dari 50 ribu orang yang minum dua cangkir besar teh dalam sehari pada suhu 60 derajat celcius, dikaitkan dengan risiko kanker kerongkongan yang 90 persen lebih tinggi.
Masih belum diketahui dengan jelas apakah suhu atau teh yang menjadi pemicu kanker. Namun para ahli medis mencurigai risiko ini disebabkan karena panas yang bisa terjadi pada makanan atau minuman panas apa pun. Teh sendiri erat kaitannya dengan manfaat kesehatan, terutama teh hijau yang kaya akan flavonoid yang berhubungan dengan kesehatan jantung dan dapat mengurangi peradangan.
Pentingnya pengetahuan tentang makanan bisa menghindarkan kamu dari risiko terkena penyakit kanker. Jika ada hal lain yang berkaitan dengan risiko penyakit kanker silahkan komen di bawah. Semoga info ini bisa bermanfaat ya.