© Shutterstock.com/Andrey_Popov
Demensia adalah sekumpulan gejala yang mempengaruhi kemampuan dalam tingkah laku berfikir, dan berbicara. Sehingga penyakit ini paling sering terjadi pada orang-orang di usia 65 tahun.
Namun perlu diingat, kalau demensia adalah berdeda dengan pikun. Sebab pikun merupakan menurunnya kemampuan berpikir seiring pertambahan usia. Sedangkan, demensia adalah gejala sekelompok penyakit yang mempengaruhi otak.
Nah, supaya kamu lebih jelas mengenal kondisi tersebut, langsung saja simak ulasan berikut ini yang dilansir dari beberapa sumber.
Mungkin selama ini banyak yang beranggapan bahwa demensia Alzheimer sering dianggap sama, padahal keduanya memiliki definisi yang berbeda.
Demensia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kemampuan mengingat, dan berkomunikasi. Sedangkan, Alzheimer ialah penyebap paling umum dari demensia.
Meskipun demensia dan Alzheimer terkesan tumpang tindih, untuk itu kamu harus mengetahui perbedaan dari keduanya di bawah ini.
Gejala awal yang dialami oleh pengidap demensia adalah cenderung sulit melacak waktu dan kehilangan arah yang padahal sudah diketahui.
Sedangkan gejala dari Alzheimer ialah penurunan kemampuan mengingat. Namun, untuk gejala akut dari kondisi ini adalah timbulnya rasa curiga tanpa sebab terhadap anggota keluarga, dan teman.
Kebanyakan kasus, pengidap demensia terjadi akibat faktor usia, dan penyakit lainnya seperti parkinson, Alzheimer, dan hungtington.
Selain itu penyebab lain dari demensia adalah akibat terkena pukulan, HIV, depresi, dan efek samping dari penggunaan obat penyakit kronis.
Untuk faktor penyebab dari Alzheimer ialah riwayat keluarga dengan Alzheimer, pernah mengalami cidera kepala, kebiasaan merokok, dan mengidap masalah kesehatan tertentu seperti diabetes tipe 2.
Penyakit demensia sering disalah artikan sebagai penyakit pikun, padahal gangguan ini disebabkan oleh suatu gejala.
Meskipun umumnya gejala ini berkembang dengan cepat. Namun, ada juga kondisi lain yang menyerupai demensia tapi sifatnya sementara dan dapat dipulihkan.
Sehingga untuk pengobatan demensia adalah dokter melakukan serangakaian tes, yakni riwayat medis, pemeriksaan fisik, tes pencitraan, laboratorium, dan tes neuropsikologis.
Sedangkan untuk pencegahan dari gejaa demensia adalah kamu bisa melakukan olahraga setiap hari, pola hidup yang sehat, tidur yang cukup, serta jaga tekanan darah agar tetap stabil.
Namun, jangan lupa konsultasi ke dokter langgananmu untuk mendapatkan solusi terbaik yang sedang kamu alami.
Lewy body demensia adalah penyebab paling umum ketiga dari kondisi ini setelah penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.
Sehingga orang yang memiliki lewy body demensia terkadang mengalami halusinasi visual, dan tidak lagi bisa fokus. Bahkan mengalami gejala fisik lainnya yang mirip dengan penyakit Parkinson, seperti otot kaku, dan tremor.
Melansir dari Mayo Clinic, gejala dari lewy body demensia ialah halusinasi visual, gangguan fungsu tubuh, susah tidur, depresi dan hilangnya motivasi.
Sehingga untuk mendiagnosis demensia jenis ini, dokter akan melakukan beberapa hal, yakni pengecekan gejala, tes darah, penilaian kemampuan mental dengan sejumlah pertanyaan, serta scan otak (MRI, SPECT, CT Scan).
Meski begitu, sampai saat ini masih belum ada obat yang bisa menyembuhkan demensia jenis ini. Namun ada beberapa yang bisa membantu mulai dari memberikan obat-obatan, dan terapi (fisioterapi, psikologi).
Intinya, demensia adalah gejala yang menyebabkan fungsi otak tidak berjalan dengan baik.