© Shutterstock
Semua orang pasti pernah merasa pusing. Pusing yang tidak berbahaya bisa terjadi saat kurang tidur atau mabuk perjalanan akibat guncangan. Tapi terkadang, pusing khususnya vertigo juga bisa menjadi gejala dari kondisi yang lebih serius, seperti stroke.
Pusing sebenarnya bukan gejala stroke. Pusing hanya akan dicurigai sebagai gejala stroke kalau disertai vertigo dan kehilangan keseimbangan yang sangat parah. Pusing bisa digambarkan dengan berbagai sensasi, tergantung masing-masing penyebabnya.
Vertigo bisa menyebabkan pusing yang menimbulkan sensasi seperti berputar atau berada di ruangan yang berputar. Kondisi ini bisa membuat penderitanya merasa kehilangan keseimbangan dan bahkan seperti akan pingsan.
Kaitan antara vertigo dan stroke yakni vertigo diketahui bisa menjadi gejala awal jenis stroke, yaitu stroke batang otak dan stroke serebelum. Faktanya, sekitar 3% penderita vertigo yang melakukan pemeriksaan ke rumah sakit diketahui mengalami stroke serebelum.
Umumnya, vertigo hanya terjadi selama beberapa saat atau tidak lebih dari beberapa menit. Tapi, pada penderita stroke, vertigo bisa dialami selama beberapa jam, hari, minggu, atau bahkan bulan.
Melansir American Stroke Association, sebagai gejala stroke, vertigo bisa terjadi sendiri tanpa disertai gejala umum stroke, seperti kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
Hanya saja, perlu dipahami bahwa tidak semua kasus vertigo adalah gejala stroke.
Untuk mengatasi vertigo saat stroke, perlu dilakukan dengan mengobati stroke yang dialami.
Sama seperti jenis stroke lainnya, tingkat kesembuhan stroke batang otak juga dipengaruhi oleh bagian batang otak yang rusak, tingkat keparahan, dan seberapa cepat pengobatan dilakukan.
Sementara itu, stroke serebelum adalah kondisi gawat darurat yang umumnya memerlukan alat bantu pernapasan, paru-paru, dan jantung. Maka dari itu, penanganan stroke batang otak dan stroke serebelum perlu segera dilakukan.
Pada stroke iskemik, kalau stroke terjadi akibat pembuluh darah yang tersumbat, kesembuhan vertigo dan stroke bisa semakin cepat jika aliran darah dapat kembali lancar.
Oleh karena itu, obat pengencer darah bisa diberikan untuk membantu melancarkan peredarah darah dan mencegah terbentuknya gumpalan darah.
Sebaliknya, pada stroke hemoragik, obat anti pendarahan atau antifibrinolitik bisa diberikan untuk meredakan perdarahan di otak.
Kalau kondisi cukup parah, stroke iskemik mungkin perlu diatasi dengan operasi, seperti berikut ini.
Embolektomi, dengan memasukan selang ke dalam pembuluh darah untuk membuang darah yang menggumpal, atau memasukan obat ke dalam pembuluh darah untuk mengencerkan darah.
Angioplasti dan pemasangan stent vertebrobasilar, untuk melebarkan pembuluh darah besar ke otak dengan memasukan selang jaring.
Untuk mengembalikan kemampuan penderita setelah sembuh, rehabilitasi mungkin juga perlu dilakukan.
Pada umumnya, stroke batang otak bisa sembuh karena kondisi ini biasanya tidak memengaruhi kemampuan berbicara dan komunikasi, sehingga penderita bisa berpartisipasi secara maksimal saat menjalani rehabilitasi.
Beberapa terapi yang mungkin perlu dilakukan seperti: