© Pinterest.com/Sheyl
Sekitar 30 persen wanita dengan asma melaporkan bahwa kondisi mereka memburuk di masa kehamilan. Asma disebabkan saluran udara menjadi sempit karena pembengkakan serta menghasilkan lendir yang berlebih, yang keduanya membuat sulit bernafas dan dapat menyebabkan batuk, mengi serta merasa sesak nafas.
Pada saat hamil, penderita asma akan berhenti minum obat asma karena takut efek samping obat berpengaruh buruk pada janin. Namun, bila hal ini dilakukan tanpa pengawasan dokter bisa menjadi kesalahan fatal, karena resiko obat asma terhadap janin cenderung lebih kecil dibandingkan resko yang bisa terjadi pada kamu yang mengalami serangan asma ketika hamil.
Dikutip dari beberapa sumber, selain beresiko pada ibu hamil, asma juga beresiko mengalami komplikasi kehamilan yang bisa menyebabkan bayi lahir prematur, berat lahir bayi rendah, preeklampsia hipertensi hingga kematian janin karena kekurangan oksigen.
Faktor dan gejala asma dapat bervariasi, yang mungkin beberapa orang memiliki gejala yang berbeda. Gejala yang paling umum adalah mengi, atau semacam bersiul suara dengan bernapas. Adapun faktor asma lainnya dapat termasuk:
- Sesak atau sakit di dada
- Gangguan tidur karena batuk atau kesulitan bernapas
- Olahraga berlebihan
- Alergi makanan
- Setres atau marah-marah
- Menghirup asap yang berasal dari pembakaran atau alat masak
- Perubahan musim seperti cuaca menjadi dingin dan udara kering
Menurut Yayasan Asma dan Alergi Amerika (AAFA), sepertiga wanita hamil akan mengalami memburuknya gejala asma selama kehamilan mereka dan melihat gejala mereka berkurang selama kehamilan, dan sepertiga sisanya tidak akan melihat adanya perubahan dalam gejala asma mereka.
Penyebab di balik perubahan ini tidak sepenuhnya diketahui, tapi kalau kamu mengalami perubahan apa pun dalam gejala asma selama kehamilan biasanya kembali ke kondisi pra-kehamilan sekitar tiga bulan setelah melahirkan.
Tujuan utama dalam mengobati asma selama kehamilan adalah untuk memastikan asma terkontrol dengan baik dan merawat kamu kalau diperlukan. Ada beberapa obat yang dapat digunakan selama kehamilan, seperti :
- Bronkodilator inhalasi, biasanya beraksi pendek
- Obat anti-leukotriene, seperti Singulair (montelukast) dan beberapa kortikosteroid inhalasi lainnya.
Tapi tetap konsultasikan dengan dokter kamu kalau asma kambuh saat masa kehamilan.
Kalau kamu memiliki riwayat asma, sebaiknya rutin memeriksakan kesehatan paru-paru selama masa kehamilan. Selain memastikan bahwa asma kamu tidak bertambah parah, ini juga memeriksa kecukupan oksigen yang diperoleh janin.
Beberapa kondisi asma dipicu oleh infeksi virus di saluran pernapasan, karena itulah kamu wajib menjaga dan melindungi diri dari penyakit tersebut. Bila memungkinkan, kamu juga bisa melakukan vaksin flu untuk mencegah penyakit flu selama kehamilan.
Semua faktor penyebab asma saat hamil telah disebutkan diatas yang sebaiknya dijauhi. Seperti asap rokok, debu, hingga setres. Bumil yang memiliki asma harus waspada terhadap faktor-faktor pemicu tersebut dan sebisa mungkin menghindarinya.
Ambil langkah-langkah untuk mengendalikan asma sebelum kehamilan, dan saat hamil temui dokter secara teratur untuk memantau gejala dan memastikan asma kamu dikelola dengan baik. Mengambil langkah lebih awal dan tetap mengikuti perubahan gejala dapat membantu membuat kehamilan Anda dengan asma berjalan semulus mungkin.