© Freepik
Pernahkah kamu melihat lansia maupun usia pra lansia yang tengah duduk sendirian linglung dan pikun? Setelah diajak berbicara, rupanya lansia tersebut tidak memiliki keluarga maupun teman yang menemaninya di rumah.
Hal ini biasanya dialami oleh lansia yang juga menderita Demensia. Tak jarang, demensia ini dialami karena mengalami depresi dan kesepian berkepanjangan. Kok bisa ya? Mungkingkah kesepian panjang tersebut membahayakan bagi dewasa lanjut usia?
Kesepian adalah perasaan subjektif yang ditandai dengan kurangnya hubungan sosial yang bermakna. Kesepian dapat dialami oleh siapa saja, termasuk lansia.
Kesepian pada lansia merupakan masalah yang serius dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kesepian dapat meningkatkan risiko kematian dini, penyakit jantung, stroke, depresi, dan demensia.
Sebuah studi besar yang dilakukan oleh University of California, San Francisco, menemukan bahwa orang yang kesepian memiliki risiko kematian dini 26% lebih tinggi daripada orang yang tidak kesepian. Studi lain yang dilakukan oleh University of Chicago menemukan bahwa orang yang kesepian memiliki risiko kematian dini 32% lebih tinggi daripada orang yang tidak kesepian.
Studi-studi ini menunjukkan bahwa kesepian adalah faktor risiko yang signifikan untuk kematian dini. Kesepian dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker. Kesepian juga dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kesepian pada lansia, antara lain:
Lansia yang tinggal sendiri atau tidak memiliki pasangan hidup lebih berisiko mengalami kesepian.
Lansia yang memiliki penyakit kronis atau mengalami disabilitas lebih berisiko mengalami kesepian.
Lansia yang memiliki hubungan sosial yang terbatas lebih berisiko mengalami kesepian.
Lansia yang memiliki sikap pesimistis dan tertutup lebih berisiko mengalami kesepian.
Kesepian pada lansia dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik dan mental, antara lain:
Kesepian dapat meningkatkan risiko kematian dini, penyakit jantung, stroke, depresi, dan demensia. Kesepian juga dapat menyebabkan penurunan fungsi kekebalan tubuh, sehingga lansia menjadi lebih rentan terhadap penyakit.
Kesepian dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan gangguan tidur. Kesepian juga dapat meningkatkan risiko bunuh diri.
Kesepian dapat menyebabkan berbagai perubahan biologis dan psikologis yang dapat meningkatkan risiko kematian dini. Perubahan-perubahan ini meliputi:
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesepian pada lansia, antara lain:
Lansia perlu menjaga hubungan sosial dengan keluarga, teman, atau komunitas. Lansia dapat melakukan kegiatan sosial, seperti bergabung dengan kelompok lansia, mengikuti kegiatan keagamaan, atau menjadi sukarelawan.
Aktivitas fisik dapat membantu meningkatkan mood dan mengurangi stres. Lansia dapat melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi kesehatannya, seperti berjalan kaki, bersepeda, atau berenang.
Lansia dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat, seperti belajar hal baru, berkebun, atau berkarya. Kegiatan yang bermanfaat dapat membantu lansia merasa lebih produktif dan bermakna.
Keluarga dan teman dapat memberikan dukungan moral dan emosional kepada lansia. Keluarga dan teman juga dapat membantu lansia untuk tetap aktif dan terhubung dengan orang lain.
Beberapa lansia kerap kali tinggal sebatang kara tanpa keluarga. Ini penting membutuhkan inisiatif masyarakat untuk mengarahkan lansia ke dinas sosial untuk diberi pendampingan atau diarhkan pada panti jompo yang menawarkan banyak aktivitas sosial dan kegiatan yang membuat lansia jadi lebih aktif serta tidak merasa kesepian lagi.
Kesepian pada lansia merupakan masalah yang serius dan perlu ditangani. Dengan melakukan berbagai upaya untuk mengatasi kesepian, lansia dapat hidup lebih sehat dan bahagia.