© 2021 Www.emra.org
Doping adalah penggunaan obat-obatan atau zat terlarang yang dikonsumsi oleh para olahragawan untuk kepentingan tertentu. Doping jadi salah satu skandal paling menggegerkan yang menyandung para atlet internasional di ajang Olimpiade.
Salah satu skandal paling kontroversial tentang doping adalah pada kasus pebalap sepeda asal Amerika Serikat, Lance Armstrong, yang harus kehilangan tujuh gelar juara Tour de France. Usai terbukti menggunakan doping secara sadar dan disengaja.
Ketujuh gelar Armstrong yang diraih sejak tahun 1999 hingga 2005 dicopot langsung oleh Badan Anti-Doping Amerika Serikat (USADA). Tak cukup sampai di situ, hukuman Armstrong juga ditambah dengan larangan bertanding di mana pun seumur hidup.
Melansir dari laman staffnew.uny.ac.id, istilang doping atau dope muncul pertama kali pada tahun 1889 dalam suatu pacuan kuda di Inggris. Meski demikian, asal dari istilah dope justru disebut berasal dari Afrika Tengah.
Dope dianggap dapat menambah kekuatan dan keberanian pada waktu berburu dan mengadakan perjalanan jauh. Dope dilakukan oleh orang Indian dan orang-orang di Afrika dengan cara mengonsumsi tumbuh-tumbuhan tertentu.
Setidaknya pada tahun 1964, dalam pertemuan ilmiah di Tokyo, doping didefinisikan sebagai pemberian kepada atau pemakaian oleh seorang olahrawagawan yang bertanding. Suatu zat fisiologis dengan jumlah yang tak wajar dengan jalan atau cara apapun.
Tujuannya adalah khusus untuk meningkatkan kemampuan seorang olahragawan secara tidak jujur dalam pertandingan. Setelah diketahui bahwa doping ternyata membahayakan, dan terdapat unsur tidak sportif, pemeriksaan doping rutin dilakukan sejak Olimpiade Mexico 1968.
Menurut info dari laman resmi World Anti-Doping Agency, setidaknya terdapat 6 kategori zat (substances) yang dilarang penggunaannya dalam olahraga, baik itu saat kompetisi ataupun di luar kompetisi :
Steroid anabolik merupakan obat yang meniru efek testosteron, hormon yang berperan dalam pembentukan otot pada pria. Pada dunia medis, zat anabolik steroid digunakan pada beberapa kondisi kelainan hormon.
Seperti delayed puberty atau pada pasien-pasien kanker dan AIDS yang mengalami kehilangan massa otot karena penyakitnya. Namun pada dunia olahraga, zat anabolik steroid ini sering kali disalahgunakan untuk pembentukan otot atlet.
Termasuk di dalamnya adalah agen pembentuk eritrosit atau sel darah merah (erythropoietin stimulating agent). Pada kondisi medis, obat ini digunakan untuk pasien yang membutuhkan stimulasi pembentukan sel darah merah, misalnya pada pasien gagal ginjal.
Dalam kasus doping, obat ini digunakan untuk menambah jumlah sel darah merah yang mengangkut oksigen dalam tubuh. Jadi, diharapkan mampu meningkatkan asupan oksigen. Kategori ini juga termasuk faktor-faktor pertumbuhan alias growth factors, yang dimaksudkan untuk memodulasi pembentukan otot, tendon, vaskularisasi, dan penggunaan energi di level selular.
Misalnya salbutamol, fomoterol, dan terbutaline. Pada kondisi medis, obat golongan ini digunakan pada terapi asma dan penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Sedang pada kasus doping, obat-obatan ini dimaksudkan untuk membuka jalan napas.
Jadi, dapat meningkatkan performa pernapasan. Atlet yang menggunakan obat ini untuk terapi asma dan PPOK harus mengisi formulir khusus untuk mengklarifikasi pada saat pemeriksaan doping.
Contohnya exemestane, letrozole, dan tamoxifen. Tahukah Kamu, pada kondisi medis, obat-obatan tersebut digunakan untuk terapi kanker payudara, lho! Namun pada kasus doping, efek supresi estrogen dari obat-obatan inilah yang dimanfaatkan.
Efek tersebut dimanfaatkan antara lain untuk meningkatkan fitur maskulin pada atlet wanita. Atlet pria juga menggunakan doping golongan ini lho, yaitu untuk mengurangi efek samping gynecomastia (pembesaran payudara pada pria), karena penggunaan doping golongan anabolic steroid (kategori 1) tadi.
Pada kondisi medis, obat-obatan ini digunakan pada beberapa kondisi yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah. Misalnya pada kasus gagal jantung atau hipertensi.
Obat-obatan ini bekerja menginduksi pengeluaran air melalui urine. Pada kasus doping, obat-obatan golongan ini digunakan untuk mengurangi bobot badan dan membuang sisa-sisa obat doping lain lewat urine, sehingga tidak terdeteksi pada saat pemeriksaan.
Misalnya obat yang masih berada dalam tahap pengujian.
Hormon peptida ini diproduksi secara alami oleh tubuh manusia melalui organ ginjalnya. EPO pasalnya dilepaskan dari ginjal dan bekerja di bagian sumsum tulang untuk merangsang produksi sel darah merah. Dengan menyuntikkan EPO, para atlet berniat untuk meningkatkan konsentrasi sel darah merah mereka yang mana akan memicu kemampuan dan kapasitas penggunaan oksigen dalam pembuatan energi oleh otot-otot atau yang notabene dikenal dengan istilah aerobik.Penyalahgunaan EPO bisa menyebabkan sakit jantung, stroke, paru-paru hingga kematian.
CERA merupakan salah satu bentuk EPO ynag jauh lebih berbahaya lantaran penggunaan dalam kadar sedikit saja sudah bisa memastikan efek berjangka panjang yang tak dimiliki EPO. Pasalnya para atlet beralih ke tipe doping ini untuk meningkatkan daya tahan tubuh mereka sekaligus mempercepat proses pemulihan pada sakit atau luka yang ada pada tubuhnya.
Doping ini mirip dengan hormon testosteron yang diproduksi di testis pria. Menyuntikkan obat ini akan mempengaruhi pertumbuhan otot. Para atlet yang menggunakannya dilatarbelakangi keinginan untuk memiliki otot lebih besar dan kuat. Selain itu, doping jenis ini juga digunakan lantaran bisa mengurangi kadar lemak dalam tubuh dan mempercepat pemulihan dari cedera.
Efek samping dari penyalahgunaan obat ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, timbulnya jerawat, kelainan pada fungsi hati, perubahan dalam siklus menstruasi, penurunan produksi sperma serta impotensi pada pria, gagal ginjal dan penyakit jantung. Mereka juga dapat membuat orang lebih agresif.
Human Growth Hormone (hGH) yang juga disebut somatotrophin atau somatotrophic adalah hormon yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Hormon ini digunakan untuk merangsang hati dan jaringan lain untuk mensekresikan insulin serta merangsang produksi sel-sel tulang rawan, sehingga dapat membantu menumbuhkan otot yang diperlukan guna meningkatkan kinerja olahraga. Mereka yang menyalahgunakannya rentan terhadap penyakit jantung, otot, nyeri pada sendi tulang, hipertensi, defisiensi jantung dan osteoarthritis.
Doping jenis ini umumnya digunakan untuk menutupi keberadaan zat terlarang lain yang ada dalam tubuh atlet. Selain itu, obat ini dapat membantu mereka memenuhi syarat kategori berat badan karena salah efek terkuatnya adalah menurunkan berat badan.
Insulin meningkatkan penyerapan glukosa ke dalam otot yang mana membantu para atlet mendapatkan daya tahan tubuh yang lebih tinggi. Penyalahgunaan insulin dapat menyebabkan hipoglikemia, hilangnya fungsi kognitif, kejang-kejang, ketidaksadaran diri dan dalam beberapa kasus ekstrem dapat menyebabkan kerusakan otak serta kematian.
Doping gen digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan otot, produksi darah, daya tahan tubuh, penyebaran oksigen dan kekebalan terhadap rasa nyeri atau sakit. Pasalnya doping ini menggunakan rekayasa genetika yang diinjeksikan ke dalam tubuh seseorang untuk kepentingan-kepentingan tadi. Saat ini belum ada metode pengujian yang mampu mendeteksi doping gen.
Itu dia ulasan tentang pengertian doping dan beragam jenisnya. Semoga bermanfaat ya.