© 2021 Deon Black From Pexels
Gejala HIV/AIDS tidak pernah spesifik sehingga tak bisa diandalkan sebagai deteksi penyakit. Satu-satunya cara untuk tahu apakah seseorang mengidap HIV/AIDS atau tidak yakni dengan melakukan tes.
Deteksi HIV sejak dini merupakan langkah yang penting untuk menekan angka penularan dan meningkatkan keberhasilan pengobatan. Karena bila semakin cepat terdeteksi, maka penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan infeksi bisa dikendalikan. Lebih lanjut, HIV tidak akan berkembang menjaid AIDS.
Sayangnya, masih banyak orang yang tidak mau melakukan skrining HIV padahal mereka sadar bahwa mereka telah melakukan kegiatan yang berisiko.
Gejala HIV/AIDS menurut NHS lebih menyerupai flu yang bertahan selama satu sampai dua minggu. Tapi perlu diingat ya kalau flu ini nggak selalu berkaitan dengan HIV/AIDS.
Lebih lanjut mengenai gejala HIV/AIDS, yuk simak uaraian Diadona dari berbagai sumber berikut ini.
Virus HIV/AIDS menyerang tubuh manusia dengan menyasar sistem kekebalan tubuh.
Selama tahap ini, HIV yang tidak diobati akan membunuh sel-T CD4 dan menghancurkan sistem kekebalan. Bila tnpa pengobatan, jumlah sel CD4 bakalan terus turun dan tubuh jadi lebih mungkin terkena infeksi lain.
Selanjutnyaa, sel CD4 bakalan terus turun sampai di bawah 200 dan sistem kekebalan tubuh mengalami kerusakan parah. Di tahap ini, gejala HIV/AIDS muncul dlaam bentuk penyakit infeksi oportunistik, yakni penyakit yang lebih sering terjadi dan lebih buruk pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, yakni sarkoma dan pneumonia.
Umumnya seseorang baru emmeriksakan diri dan mengetahui status kesehatannya setelah mengalami gejala HIV/AIDS berikut:
Kebanyakan, gejala HIV/AIDS di awal berupa penyakit singkat seperti flu. Ini terjadi pada 2-6 minggu setelah infeksi masuk ke dalam tubuh dan dialami oleh sekitar 80 persen penderitanya.
Gejala HIV/AIDS yang mirip flu antara lain:
Gejala HIV/AIDS lain yang jugha ikut menyertai yaitu:
Kondisi ini bisa berlangsung selama 1-2 minggu atau bisa lebih lama. DAn ini merupakan pertanda kalau sistem kekebalan tubuh sedang berusaha melawan virus.
Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
Setelah gejala ini hilang, penderita mungkin nggak akan mengalami gejal algi selama bertahun-tahun. Penderita terlihat sehat dan baik-baik saja. Dan ini bisa berlangsung selama hampir 10 tahun lho.
Padahal selama itu, virus masih terus aktif, bisa menyebar dan menyebabkan kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh dan penyakit masuk dalam tahap kedua dengan gejala latensi klinis.
Gejala HIV/AIDS bisa saja berbeda setiap orang. Namun seringnya sih gejala muncul dalam bentuk yang sama pada kedua jenis kelamin, meski ada beberapa gejala khas pada pria, yakni:
Ini merupakan tanda hipogonadisme yang berarti testis penderita nggak menghasilkan cukup hormon seks testosteron. Hipogonadisme ini bisa menyebabkan:
Gejala HIV/AIDS yang paling umum adalah keberadaan luka terbuka yang terasa sakit di mulut, atau di kerongkongan. Luka ini juga mungkin terdapat pada anus atau penis.
Dalam kebanyakan kasus, ini adalah gejala infeksi menular seksual seperti kencing nanah atau klamidia. Ini mungkin menandakan pembengkakan prostat, kelenjar kecil di bawah kandung kemih.
Gejala lainnya meliputi:
Gejala HIV/AIDS yang tak terdeteksi dan diobati sejak awal bisa menjurus pada penyakit AIDS yang sangat berbahaya. Penderita mungkin akan bisa bertahan hidup lebih lama, namun akan sangat tergantung pada konsumsi ARV seumur hidupnya.