Hidup di Jakarta Bikin Program Diet Gagal Total! Ini nih Penyebabnya

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Sabtu, 21 Maret 2020 05:53
Hidup di Jakarta Bikin Program Diet Gagal Total! Ini nih Penyebabnya
Jakartas keras, bahkan program diet yang dijalankan pun bisa jadi gagal...

Jakarta, sebagai Ibu kota Indonesia terkenal dengan kemacetannya yang luar biasa. Melihat fenomena ini, nggak heran jika Jakarta sempat menduduki peringkat kedua udara terkotor dunia. Tentu saja ini bukan sebuah peringkat yang patut dibanggakan, bukan?

Terlepas dari itu semua, tentu saja kita tahu berbagai masalah kesehatan yang akan kita hadapi jika hidup di lingkungan yang dipenuhi oleh polusi seperti Jakarta. Rata-rata, masalah yang akan dihadapi adalah kesehatan pernapasan.

Tapi, gimana kalau polusi udara yang kita hirup itu bisa menyebabkan berat badan kita naik?

1 dari 3 halaman

Melansir dari The Science Explorer, sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di Journal of the Federation of American Societies for Experimental Biology berkata demikian, walau penelitian tersebut masih dilakukan pada tikus di Beijing, Cina.

Untuk mendapatkan jawaban apakah polusi udara berpengaruh buruk terhadap naiknya berat badan, fungsi kardioespirasi, dan juga metabolisme tubuh, para ilmuwan meneliti tikus hamil dan anak-anaknya yang dibagi menjadi dua kelompok. Pertama adalah yang ditempatkan di sebuah ruangan yang terpapar polusi udara Beijing. Yang kedua adalah yang tinggal di sebuah ruangan namun dengan diberi filter udara agar sebagian partikel polusi hilang.

Setelah dibiarkan selama 19 hari, ternyata induk tikus yang terpapar polusi udara mengalami perubahan. Ia menjadi memiliki 50 persen kolesterol LDL dan kolesterol total 97 persen lebih tinggi, juga trigliserida 46 persen lebih tinggi. Para tikus menjadi lebih berat badannya.

Meskipun yang diteliti adalah tikus, perubahan yang dialami tikus itu juga merupakan unsur utama lemak yang ada di tubuh manusia.

2 dari 3 halaman

 

Ilustrasi Polusi Udara

Penelitian tersebut hanya dilakukan sekitar 3 (tiga) minggu. Namun hal itu menunjukkan bahwa jika populasi udara dihirup secara terus-terus alias kronis, bisa jadi mengakibatkan risiko terkena diabates dan rendahnya metabolisme tubuh yang tentu berbahaya.

Penulis senior pada penelitian tersebut, Jungfeng " Jim" Zhang, yang juga seorang professor kesehatan global dan lingkungan di Duke University, menjelaskan:

" Karena peradangan terus-menerus (kronis) diakui sebagai faktor yang berkontribusi terhadap obesitas, karena penyakit metabolik seperti diabetes dan obesitas erat kaitannya, penemuan kami memberikan bukti jelas bahwa polusi udara yang terhirup secara terus-menerus dapat meningkatkan risiko terkena obesitas."

3 dari 3 halaman

Dari penelitian tersebut, udah tahu kan apa yang harus kamu lakukan? Ya, hindari sebisa mungkin dengan melakukan pencegahan diri agar nggak gampang terpapar polusi udara. Memakai masker, misalnya? 

Semoga bermanfaat, ya!

Beri Komentar