©stocksy.com/kkgas
Biasanya hal ini terjadi ketika nggak sengaja bertemu di suatu tempat. Seseorang itu bisa tiba-tiba nyamperin kita, dan nanya bagaimana kabar.
Secara reflek kita pasti menyambutnya dengan baik. Karena "kok wajahnya familiar ya". Tapi nggak inget dia siapa. Kalaupun nanya langsung ke dia juga nggak enak dong, masak dia inget kita siapa tapi kita lupa.
Huh, kesel ya.
Tapi dilansir dari sciencefriday.com, ternyata hal ini dialami banyak orang lho.
Nama itu sifatnya nggak presisten. Jadi nama satu orang, bisa juga digunakan oleh orang lain. Sama halnya kayak ketika saya menyebut " Apel" , pasti yang ada dikepala kamu buah-buahan kan? Bukannya malah jeruk atau semangka.
Menurut penelitian, otak kita memang lebih mudah mengingat wajah. Sebagai permulaan, otak kita jauh lebih siap dalam menyimpan data visual, seperti wajah, daripada nama yang didengar secara singkat.
Sering disebut dengan " Baker Effect" , perumpamaan misal kamu mengenalkan diri pada seseorang jika kamu adalah baker (tukang roti), orang akan tahu background dari pekerjaan. Namun jika kita mengenalkan namamu adalah bakaer. Maka otak orang tersebut nggak akan bisa menyimpan namamu.
Karena (dalam bahasa inggris), baker adalah sebutan untuk tukang roti. Bukan nama orang.
Beberapa kemahiran kita dalam mengenali wajah berasal dari suatu daerah di otak yang disebut fusiform, ia bekerja hanya untuk mengingat visual.
Selain itu, ketika berinteraksi kita lebih sering menatap wajah seseorang ketimbang menyebut namanya. Jadi secara nggak langsung otak kita lebih sering menyimpan memori tentang visual wajah orang tersebut ketimbang namanya.
Jadi lupa nama tapi inget wajah itu wajar kok. Mungkin kamu bisa mengatakan nama seseorang terus menerus ketika berinteraksi, biar bisa inget nama dan wajahnya juga.
Tapi jadinya aneh ya? Hahaha.