Instagram.com/selenagomez
Reputasi Selena Gomez di dunia hiburan ini cukup bagus. Apalagi pasca dirinya vakum beberapa tahun karena dirinya didiagnosa terkena penyakit lupus dan mengalami mental illness. Selena Gomez cukup vokal dalam mengkampanyekan tentang kesehatan mental kepada penggemarnya dan juga orang lain. Pidatonya yang sempat viral pada acara American Music Awards 2016, membuat Selena Gomez menjadi artis yang disorot publik akan perubahan kesehatan mentalnya yang semakin hari semakin baik.
Menjaga kesehatan mental itu nggak mudah. Ada kalanya kita dalam kondisi turun dan naik. Kita juga nggak bisa mengontrol hal-hal di luar kemampuan kita. Selena Gomez, membagikan pengalamannya dalam menjaga kesehatan mentalnya. Saat diwawancarai majalah Vogue Australia, dirinya mengatakan kalau mempelajari DBT (Dialectical Behaviour Therapy).
DBT atau yang dikenal dengan Dialectical Behaviour Therapy adalah terapi yang digunakan bagi orang yang sedang mengalami kesehatan mental yang sulit untuk diobati seperti gangguan kepribadian borderline.
DBT adalah terapi untuk mengatur emosi negatif seseorang menjadi positif dan mengurangi konflik dalam hubungan. Terapi DBT ini berfokus pada penyediaan keterampilan terapeutik. Ada 4 fokus utama dalam DBT :
Mindfulness : fokus pada tahap ini adalah peningkatan kemampuan individu untuk menerima dan hadir pada saat ini.
Toleransi : terapi ini berfokus pada individu untuk bisa mentoleransi emosi negatif yang ada pada dirinya. Daripada melarikan diri dan menyangkal emosi negatif, seseorang yang mengikuti terapi ini diajarkan cara untuk menerima.
Regulasi Emosi : strategi untuk mengelola dan mengubah emosi yang intens yang menyebabkan masalah dalam kehidupan seseorang.
Efektivitas Interpersonal : sebuah teknik yang memungkinkan seseorang untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain secara tegas, mempertahankan harga diri, dan memperkuat hubungan. Sehingga, kamu tidak perlu menjadi seorang people pleasure lagi.
Dalam artikel Psychology Today, DBT bisa dilakukan untuk pasien yang menderita depresi, bulimia, binge eating, bipolar, gangguan stress, pasca trauma, penyalahgunaan zat, dan gangguan kepribadian ambang atau Borderline Personality Disorder (BPD).
Terapi DBT ini bisa dilakukan secara individual atau berkelompok, lho. Dalam sesi terapi yang dilakukan secara individu, terapis akan memberikan perhatian kepada pasien terkait dengan membantu menyelesaikan masalah yang telah dihadapi pasien selama minggu-minggu terakhir. Bersama terapis, pasien diajak untuk mengatasi respons stress pasca trauma dan dibantu untuk bisa meningkatkan harga diri dan citra diri.
Di sisi lain, terapi DBT yang dilakukan secara berkelompok fokus pada kemampuan diri untuk menerima dan mengubah perilaku diri dalam kegiatan umum yang berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam.
Sudah dijelaskan kalau teknik DBT ini bisa dilakukan secara berkelompok atau individu yang bisa melalui telepon, skills training group dan therapist consultation team.
DBT memang menawarkan banyak manfaat, namun sama halnya seperti pengobatan lainnya, mungkin ada beberapa orang yang terapi ini tidak bekerja secara optimal. Beberapa kritik dan keterbatasan DBT muncul. Apa saja?
Butuh komitmen dan waktu
Hanya beberapa orang yang bisa menerima dan mampu menyelesaikan pekerjaan rumah secara teratur
Tidak semua orang berpikir dengan gaya logis ala DBT
Terlepas dari itu, beberapa opsi DBT mungkin bisa jadi pertimbangan seperti CBT, psikodinamik, humanitik, dan terapi yang melibatkan pasangan atau keluarga hingga psikoterapi interpersonal.
Bagi Diazens yang sedang mengalami kesehatan mental yang sudah disebutkan di atas, mungkin ada baiknya kamu melakukan terapi ini untuk bisa meminimalisir gangguan yang kamu alami.
Kesehatan mental itu penting lho. Sekarang bukan lagi hal yang tabu untuk pergi ke psikiater atau psikolog untuk mendiagnosa kesehatan mental kamu. Daripada hidup nggak tenang, mending ceritakan dan keluarkan aja, ya.