Kenapa Menguap Bisa Nular, Ya?

Reporter : M. A. Adam Ramadhan
Selasa, 22 Juni 2021 08:27
Kenapa Menguap Bisa Nular, Ya?
Hayo, siapa yang temannya nguap kamu juga ikut nguap?

Kalian pasti pernah merasakan ini. Ketika seorang temenmu menguap, kamu juga ikut menguap, atau sebaliknya. Kamu menguap, temanmu yang lain menguap. Kamu dan temanmu pun jadi bingung. Padahal yang ditularin itu ternyata nggak ngantuk.

Pertanyaan pun timbul, kenapa fenomena ini bisa terjadi? Kenapa ya?

 

1 dari 4 halaman

ilustrasi menguap

Sebelum mengetahui jawabannya, alangkah baiknya kamu mengetahui sebuah penelitian. Melansir dari Shared via Kumparan, ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Leeds, Inggris, dengan peserta 40 mahasiswa psikologi dan 40 mahasiswa teknik.

Penelitiannya cukup simpel. Setiap orang diminta masuk ke sebuah ruangan, dan didampingi oleh asisten. Asisten diberi tugas untuk kenguap secara sengaja di depan peserta tersebut sampai 10 kali.

 

2 dari 4 halaman

Setelah itu, peserta pun keluarga dan melakukan tes emosional dengan ditunjukan 40 gambar mata. Kemudian, para penelitian menanyai mereka emosi apa yang mereka rasakan. Hasilnya, mahasiswa punya rata-rata menguap 5,5 kali dan dapat nilai 28 pada tes emosional. Sedangkan mahasiswa teknik hanya 1,5 kali rata-rata menguap dan dapat nulai 25,5 pada tes emosional.

Para peneliti pun menyimpulkan, bahwa alasan kenapa menguap itu menular terkait erat dengan tingkat empati. Kenapa mahasiswa psikologi lebih mudah tertular menguap? Karena mereka rata-rata punya empati tinggi sebab bisa fikus mengamati seseorang.

 

3 dari 4 halaman

Ilustrasi Wanita Menguap

Teori tersebut pun berlaku juga berlaku dengan mahasiswaa teknik. Mereka rata-rata berkutat dengan angka, sehingga rasa empatinya tak setinggi mahasiswa psikologi. Sehingga penularan menguap pun jadi jarang. Dari segi ahli neurologi, diketahui juga dari hasil scan bahwa empati memang punya hubungan dengan bagian otak yang menyebabkan penularan menguap.

Dalam hal ini, penularan menguap juga bisa salah satu faktor untuk mengidentifikasi psikopat. Meski demikian, perlu dilakukan penelitian lanjut nih, karena pikiran psikopat dan orang dengan empati itu tidak sama.

 

Beri Komentar