© Drweil.com
Beberapa waktu lalu, Saya diterima di sebuah perusahaan besar. Semua rekan kerja saya sangat kooperatif hingga membuat nyaman berlama-lama di kantor meski pekerjaan sudah selesai. Namun sebuah aturan terbaru di perusahaan mengharuskan saya untuk kerja shifting.
Awalnya, saya sangat senang harus masuk di shift 3 (malam) karena saya adalah orang yang selalu aktif di malam hari dan cenderung susah tidur. Paginya, saya bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan kebanyakan orang. Tidur. Sepuasnya.
Seminggu berjalan, tidak ada yang berubah. Semua normal. Hingga memasuki minggu kedua, saya merasakan badan saya capek semua. Saya beranggapan bahwa itu karena proses adaptasi tubuh. Sampai beberapa hari, sendi-sendi di sekujur tubuh saya seperti disusupi oleh ribuan kawat hidup yang ikut bergerak seiring dengan bergesernya posisi. Kepala sering mengalami pusing dan berat yang seperti ditindih tiga rekan kerja secara bersamaan.
Nggak mau terjadi apa-apa, saya akhirnya Googling. Hingga saya menemukan sebuah penelitian yang dilakukan oleh Xuelei Ma, Ph.D dari West China Medical Center di Universitas Sichuan dan rekannya yang sudah melampirkannya dalam jurnal Cancer Epidrmiology, Biomakers & Prevention. Melihat adanya tulisan kanker, hati ini sudah nggak bisa tenang. Karena penasaran saya terus membacanya.
Dari yang saya baca di Medical News Today, seseorang yang terlalu lama bekerja di shift malam akan memiliki risiko lebih besar terkena kanker, seperti kanker kulit, kanker payudara (bagi wanita), dan kanker paru-paru.
Bahkan menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), hampir 15 jua orang di Amerika Serikat memiliki pola kerja yang tidak teratur termasuk shift malam. Dalam penelitian sebelumnya, telah menunjukkan bahwa shift malam dapat sangat mengganggu ritme sirkadian manusia. Ini adalah jam internal yang mengatur proses fisiologis tubuh selama siklus 24 jam. Terutama merespon terang dan gelapnya lingkungan.
Waduh, makin ketakutan.
Tulisan itu saya baca terus, berharap ada prank dari penulisnya di akhir seperti April Mop. Tapi yang saya temukan malah lebih membuat saya lupa cara tersenyum. Ditulis pula dalam artikel itu bahwa kerja shift telah dikaitkan dengan banyak hasil kesehatan yang buruk. Di dalamnya termasuk obesitas (ya, ini sudah mulai terasa dan terlihat saat perut maju beberapa cm), penyakit jantung dan beberapa jenis kanker.
Dalam analisis terpisah, para peneliti melihat efek jangka panjang kerja shift malam yang dikaitkan dengan risiko enam jenis kanker. Secara keseluruhan, studinya mengungkapkan bahwa wanita yang kerja di shift malam jangka panjang berada di angka 19 persen lebih besar risiko terkena kanker.
Xuelei Ma mengungkapkan dalam tulisannya bahwa jangka panjang ini adalah 5 tahun. Setiap kelipatannya akan meningkatkan risiko kanker jauh lebih besar, yaitu 3,3 persen kanker payudara bagi wanita. Astaga!
Ternyata juga dijelaskan bahwa hal itu juga dipengaruhi oleh tingkat hormon seks yang lebih tinggi. Dari sumber itu, saya mencari tahu apakah yang saya alami adalah salah satu dari gejala kanker? Berdasarkan itu semua, saya pergi ke dokter untuk mencari tahu apa yang terjadi pada tubuh saya.
Beruntung, semua berjalan dengan sesuai harapan. Saya hanya kelelahan karena siklus tidur yang tidak konsisten. Saya terjaga di malam hari, namun paginya saya tidak cukup tidur. Meski saya tidak terindikasi kanker, tapi risiko itu tetap ada. Setidaknya yang bisa saya lakukan saat ini adalah bekerja dengan baik dan mengimbanginya dengan olahraga serta makan makanan sehat.
Semoga ini juga bisa menjadi pelajaran untuk kita semua. Bekerja itu baik, tapi jika terlalu berlebihan juga akan membahayakan kesehatan. Tubuh tetap butuh istirahat. Tubuh tetap butuh makanan sehat. Jangan sepelekan makanan sehat dan olahraga, ya!
Apakah kamu juga termasuk orang yang bekerja di shift malam? Pernah nggak, sih ngalamin seperti yang saya alamin? Semoga saja nggak, ya!