© Shutterstock
Karena virus corona hingga kini masih menjadi pandemi, pihak terkait masih memperhatikan fenomena ini. Melansir dari ABC Australia, beberapa pasien yang terinfeksi covid-19, walaupun awalnya hanya menderita gejala ringan, tujuh hari kemudian alias ketika memasuki minggu kedua keadaan mereka bisa semakin buruk atau parah.
Fenomena ini disebut dengan second week crash atau 'ambruk' di minggu ke dua. Fenomena ketika di minggu awal masih terlihat masih mendingan namun ketika masuk di minggu kedua, keadaan pasien covid-19 memburuk.
Mark Nicholls, spesialis perawatan intensif dari Australian and New Zealand Intensive Care Society, menjelaskan bahwa mereka yang mengalami fenomena ini akhirnya dibawa ke rumah sakit. Kemudian tiga hari setelahnya, mereka akan dirawat di unit perawatan intensif.
Kebanyakan pasien dengan covid-19 akan punya gejala ringan dan sembuh dalam satu atau dua minggu. Namun, sekitar 15 persen perlu dirawat di rumah sakit, 5 persennya menjadi sakit kritis.
Lansia dan yang punya riwayat penyakit parah sebelumnya mungkin dampaknya akan lebih membahayakan ketika terinfeksi corona covid-19. Tapi ada beberapa kasus anak muda pun akan menjadi sakit. Para dokter berpendapat bahwa kemungkinan besar hal ini dikarenakan bentuk respon tubuh itu sendiri.
Reaksi sistem imun tubuh yang berlebihan disebut dengan 'badai sitokin', yang akhirnya bisa menyebabkan gangguan pernapasan akut. Aliran darah akan memiliki sedikit oksigen.
" Kadang-kadang sistem imun tubuh dengan keliru berubah menjadi overdrive dan tetap aktif bahkan setelah virus corona tersebut sudah menjadi sebuah ancaman," ucap dr. Julian Elliot, direktur National Covid-19 Clinical Evidence Taskforce.
Jadi, sistem kekebalan tubuh seperti tidak melindungi kita seperti yang kita pikir. " Kamu punya respons imun tubuh yang lebih parah, dan itu sebenarnya menyebabkan masalah untukmu," ucapnya.
Pada akhirnya, sistem imun tubuh terus membanjiri dirimu dengan sitokin, yang malah mengaktifkan peradangan lebih lanjut dan merusak sel-sel tubuh yang sehat.
Para pasien covid-19 yang virus coronanya sudah berkembang pesat pada dirinya biasanya punya tanda-tanda peradangan terutama di paru-paru. Bahkan, mereka bisa tak sadar telah mengalami peradangan.
" Kadang-kadang orang bisa merasa normal tetapi sebenarnya mereka sudah menderita radang paru-paru, dan dapat memiliki tingkat oksigen yang cukup rendah," kata Dr Elliot.
Sementara itu, fenomena ini mirip dengan Pneunomia, yaitu infeksi paru-paru di mana kantung udara menjadi meradang dan dapat terisi dengan cairan. Kalau seseorang dengan pneunomia ditambah juga covid-19, keadaannya bisa semakin buruk.
Untuk mengobati badai sitokin, yaitu reaksi berlebihan sistem imun tubuh, para dokter menyarankan untuk memberikan obat anti-inflamasi yang umumnya dapat menumpulkan sistem imun tubuh, sebut saja kortikosteriod, atau yang dapat memblokir sitokin tertentu.
Namun, risikonya bisa melekat. Bisa-bisa sistem imun tubuh terlalu tertekan di saat bersamaan melawan infeksi covid-19. Makanya, dr. Elliot berpendapat, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut karena pengobatan ini sangatlah berisiko.
Kabar baiknya, obat covid-19 saat ini sedang dalam tahap uji coba guna menyelidiki peran obat dalam menekan respons imun tubuh.
Wah, semoga cepat segera muncul ya obat corona covid-19, agar wabah virus corona covid-19 ini cepat berakhir!