© Shutterstock
Setelah menikah, pasti kamu akan mendapat pertanyaan klasik seperti "Kapan punya anak?". Biasanya, obrolan tadi berujung menjadi pembahasan seputar kesuburan pria. Masyarakat masih memercayai berbagai pantangan makan untuk meningkatkan kesuburan pria. Salah satunya adalah makan daging.
Lantas, benarkah demikian? Untuk mengetahuinya, simak dulu artikel di bawah selengkapnya ya!
Dulu, kemandulan lebih sering dikaitkan dengan faktor lingkungan seperti paparan polusi ataupun merokok. Kemudian, di tahun 2011, terdapat studi dari Reproductive Biology and Endocrinology yang mengaitkan pola makan dan kualitas kesuburan.
Studi ini membandingkan kualitas sperma dari tikus yang gemuk (setelah diberi diet tinggi lemak) dan tikus yang tidak gemuk. Hasilnya, jumlah sperma dari tikus yang diberi diet tinggi lemak lebih sedikit dan gerakannya kurang aktif.Yang bikin penasaran, apakah pria yang gemar makan daging berlemak juga akan menurun kualitas spermanya? Apakah ini juga berlaku pada manusia?
Jurnal Fertility and Sterility yang dipublikasikan tahun 2014, berusaha menghubungkan antara jumlah sperma dengan konsumsi produk olahan sapi. Lewat studi yang berjudul " Food intake and its relationship with semen quality: a case-control study" , ditemukan bahwa pria dengan jumlah sperma sedikit tidak ada kaitannya dengan kebiasaan mengonsumsi daging.
The Journal of Nutrition di tahun 2014, juga mendapati hasil yang serupa. Dalam studi itu, konsumsi daging tidak berpengaruh apa-apa terhadap jumlah sperma yang terhitung.
Jadi, klaim makan daging bisa menurunkan jumlah sel sperma belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
Meski begitu, dalam studi berjudul " Food intake and its relationship with semen quality: a case-control study" , konsumsi daging olahan terbukti menyebabkan bentuk sel sperma pria menjadi abnormal dan pergerakannya melambat.
Akibatnya, sel sperma itu akan lebih sulit bergerak menuju sel telur, yang ada di saluran indung telur perempuan (tuba falopi).
Kelainan sperma ini disebabkan oleh zat xenoestrogen yang banyak terkandung di dalam daging merah. Menurut jurnal Toxicological Sciences di tahun 2011, xenoestrogen adalah sejenis hormon kelamin yang bisa mengganggu proses pematangan sperma pria.
Menurut studi Reproductive BioMedicine Online pada tahun 2015, konsumsi daging merah terbukti menghambat proses pembuahan. Itu terjadi karena daging mengandung xenoestrogen yang bisa mengganggu proses pematangan janin.
Daging merah olahan juga mengandung produk buangan bernama zat sisa glika, yang bersifat merusak jaringan tubuh. Kalau sperma pria banyak mengandung zat sisa glikasi, maka bisa terjadi gagal pembuahan janin.
Sejauh ini, konsumsi daging yang dianggap menurunkan kualitas kesuburan adalah daging merah dan olahannya (misalnya sosis dan dendeng). Konsumsi daging putih seperti ayam dan ikan dinilai tidak berpengaruh apa-apa.
Sebaliknya, konsumsi makanan laut justru bisa meningkatkan kesuburan pria. Reproductive BioMedicine Online mengatakan bahwa ikan laut mengandung asam lemak omega-3 yang bermanfaat untuk pematangan sperma.
Sudah paham kan sekarang? Semoga informasi ini bermanfaat ya!