© Brides.com
Selama ini kita tahu bahwa air mata sejatinya sangat terikat dengan energi negatif seperti sedih atau berduka. Saat kamu mengalami kegagalan atau kehilangan seseorang yang dicintai pasti akan menangis.
Lalu muncul pertanyaan. Bagaimana dengan orang yang menangis saat sedang bahagia? Tentu saja kamu pernah melihat atau bahkan mengalaminya sendiri. Apakah itu normal? Dan bagaimana itu bisa terjadi?
Dikutip dari Listverse (28/8), semuanya berakar dari otak kita. Faktanya, otak kita tidak dapat membedakan emosi-emosi negatif dan positif sehingga menyalahgunakan air mata hingga tumpah mengalir di pipi.
Sebagai informasi, salah satu bagian otak yang disebut hipotalamus hanya bereaksi terhadap luapan emosi yang meluap-luap. Dan ternyata kerja dari hipotalamus ini cukup random. Asalkan itu emosi meluap-luap maka hipotalamus akan bekerja.
Nah di sisi lain, otak kita memiliki sekumpulan saraf yang disebut amigdala, berperan sebagai reaksi emosi kita. Begitu amigdala mengirimkan sinyal emosi yang meluap-luap, hipotalamus menangkap dan langsung menghidupkan saraf otonom.
Jika emosi yang ditembakkan sangat meluap-luap tidak peduli bahagia atau sedih, maka air mata akan keluar karena randomnya kerja dari hipotalamus tadi.
Jadi, itulah penyebab orang menangis saat sedang bahagia. Emosi yang meluap-luap gagal dicerna sebagai rasa oleh hipotalamus. Setelah dipikir-pikir, ternyata otak kita juga memiliki kekurangan, ya?