© 2021 Shuttersto/ StepanPopov
ADHD adalah singkatan dari Attenton Deficit Hyperactive Disorder, merupakan gangguan kesehatan mental yang bisa menyebabkan perilaku hiperaktif dan impulsif di atas normal. Sekilas, ADHD mirip dengan autisme, padahal keduanya merupakan kondisi yang berbeda.
Dikuti dari laman CDC, ADHD adalah salah satu gangguan perkembangan syaraf pada masa kanak-kanak dan memperngaruhi perilaku mereka. Orang dengan ADHD umumnya keliatan gelisah, sulit berkonsentrasi dan biasanya cenderung sulit mengendalikan perilaku impulsif atau bertindak tanpa memikirkan akibatnya, serta terlalu aktif.
Gejala ADHD ini cenderung keliatan saat usia dini dan akan makin jelas terlihat saat keadaan mereka, berubah, misalnya saat masuk sekolah. Sebagian besar kasusnya didiagnosis saat mereka berumur 6 tahun hingga 12 tahun.
Bagaimana saat mereka dewasa?
Gejalanya biasanya membaik seiring dengan pertambahan usia, tapi banyak orang dewasa dengan ADHD yang terus mengalami masalah dengan kondisi ini.
Lebih lanjut mengenai gejala,penyebab serta penyembuhannya, yuk simak terus ulasana Diadona yang dikutip dari berbagai sumber (20/9) berikut.
Seseorang dengan ADHD kemungkinan menunjukkan gejala sebagai berikut:
Gejala ADHD di atas nggak boleh kamu jadikan pedoman untuk mendiagnosis kondisi kesehatan ya! Informasi mengenai gejala penyakit di internet hanya boleh dijadikan acuan untuk pemeriksaan diri.
Memutuskan apakah seorang anak menderita ADHD atau bukan, dibutuhkan beragam proses dengan banyak langkah. Nggak ada tes tunggal untuk mendiagnosis ADHD dan kondisi kesehatan lainnya.
Berikut ini jenis ADHD tergantung dari jenis gejala yang paling kuat:
Gejalanya berupa:
Yang ditunjukkan dengan gejala:
Yakni jenis ADHD di mana gejala dari dua jenis di atas sama-sama ada pada orang tersebut.
ADHD memang tak ada obatnya, tapi gejalanya bisa dikelola dengan pendidikan yang tepat, dukungan keluarga dan lingkungan, di samping beberapa obat-obatan yang diperlukan.
Merawat anak dengan ADHD adalah tantangan. Tapi perlu diingat kalau mereka nggak bisa mengontrol diri mereka sendiri lho!
ADHD pada anak bisa bertahan sampai usia mereka dewasa. Sementara itu, beberapa orang dewasa menderita ADHD tapi nggak pernah terdiagnosis. Pada penderita dewasa, gejala dari ADHD adalah penyebab kesulitan di tempat kerja, di rumah, atau di lingkungan sosial.
Gejala ADHD pada orang dewasa mungkin saja berbeda dengan ADHD pada anak. Contohnya, kondisi hiperaktif muncul sebagai kegelisahan. Trus gejalanya juga bisa meningkat seiring dengan peningkatan stres menjalani hidup orang dewasa.
Hingga kini ilmuwan terus mencari kemungkinan penyebab dan faktor risiko munculnya ADHD. Mengetahui penyebabnya bisa digunakan untuk mengelola dan mengurangi kemungkinan seseorang mendapat ADHD.
Sayangnya, kini kini jawabannya masih tak diketahui.
Tetapi berbagai penelitian menunjukkan bahwa genetika memainkan peran penting. Penelitian juga mengidentifikasi sejumlah kemungkinan perbedaan otak penderita ADHD dengan mereka yang nggak memiliki kondisi tersebut.
Dan selain genetika, faktor lain yang diduga punya peran dalam ADHD adalah:
Penelitian menentang pandangan umum bahwa penyebab ADHD adalah karena konsumsi gula selama kehamilan, pola hidup keluarga seperti pengasuhan, faktor sosial lingkungan, terlalu banyak menonton televisi hingga kekacauan keluarga.
Banyak hal, termasuk poin-poin di atas yang bisa memperburuk gejala, tapi nggak ada bukti yang cukup kuat buat menyimpulkan bahwa hal hal tersebut menjadi penyebab ADHD.
ADHD adalah salah satu gangguan perkembangan saraf yang paling umum pada masa kanak-kanak. Tidak ada obat untuk kondisi ini, tapi dengan perawatan yang tepat bisa mengurangi keparahan gejala.