Mengenal Penyakit Difteri, Ciri-Ciri dan Penyebabnya

Reporter : Dhewi Bayu Larasati
Rabu, 8 April 2020 15:29
Mengenal Penyakit Difteri, Ciri-Ciri dan Penyebabnya
Padahal udah ada vaksin yang bisa mencegah difteri, tapi tetep aja ada yang terjangkit penyakit ini.

Dilansir dari bbc.com, penyakit difteri pernah menjadi wabah di Indonesia, bahkan membuat Kementrian Kesehatan menerapkan status kejadian luar biasa. Kenapa? Karena penyakit difteri ini udah memakan korban puluhan jiwa di sekitar 20 provinsi.

Secara keseluruhan, jumlahnya lumayan bikin pusing, yaitu di angka 622 orang, dan 32 diantaranya meninggal.

WHO menyatakan vaksinasi difteri yang diberikan bisa mengurangi angka kematian dan morbiditas penyakit difteri secara dramatais. Tapi sayangnya, penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan bagi anak-anak di negara yang cakupan vaksinasinya masih buruk. Di negara yang endemik penyakit difteri, sebagian besar penyakit ini terjadi sebagai kasus sporadis atau dalam wabah kecil.

Contohnya ada di negara India, di mana masih ada ribuan kasus setiap tahun. Di 2014 lalu, ada 7321 kasus penyakit difteri yang dilaporkan ke WHO secara global.

Apakah penyakit difteri ini berbahaya? Angka kematian akibat penyakit difteri berada di 5 - 10 persen kasus, dengan angka kematan yang lebih tinggi pada anak kecil.

 

1 dari 4 halaman

Apa itu Penyakit Difteri?

Merupakan penyakit infeksi bakteri serius yang biasanya memengaruhi selaput lendir hidung dan tenggorokan. Difteri sangat jarang di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, berkat vaksinasi luas terhadap penyakit ini.

2 dari 4 halaman

Ciri-Ciri Penyakit Difteri

Ilustrasi Vaksinasi

Sebelum mengenali tentang ciri-ciri penyakit difteri dan gejala yang tampak, kayaknya kita perlu tahu dulu deh kalau penyakit difteri ini merupakan penyakit purba yang udah pernah terjadi lama banget. Berikut garis waktunya, dilansir dari medicalnewstoday.com

Abad ke 5

Hippocrates udah mengamati penyakit ini. Dia juga menggambarkan bahwa penyakit difteri menyebbakn pembentukan lapisan baru di selaput lendir

Abad ke 6

Pengamatan pertama epidemi difteri oleh dokter Yunani Aetius.

Akhir Abad ke-19

Identifikasi bakteri penyebab penyakit difteri oleh ilmuwan Jerman Edwin Klebs dan Friedrich Löffler.

1892

Perawatan antitoxin, berasa dari kuda yang kemudian digunakan di Amerika Serikat

1920

Pengembangan toksoid yang digunakan dalam vaksin.

3 dari 4 halaman

Gejala penyakit Difteri

Ilustrasi Vaksinasi Polio

Tanda dan gejala penyakit difteri tergantung pada jenis bakteri tertentu yang jadi penyebab, juga lokasi tubuh yang terinfeksi.

Di negara tropis misalnya, bakteri penyakit difteri umumnya menyebabkan borok kulit ketimbang menyebabkan infeksi pernapasan.

Kasus ini biasanya kurang serius dibandingkan kasus penyakit difteri jaman dahulu yang bisa menyebabkan penyakit serius, bahkan berujung pada kematian.

Kasus klasik penyakit difteri yaitu berupa infeksi saluran pernapasan atas yang disebabkan karena bakteri. Ini mengakibatkan pseudomembran abu-abu, atau penutup yang terlihat seperti selaput di atas lapisan hidung dan tengorokan, di sekitar amandel. Pseudomembran pada penyakit difteri ini berwarna kehijauan atau kebiruan, dan bahkan hitam jika telah terjadi perdarahan.

Sebelum pseudomembran ini muncul, gejala penyakit difteri meliputi

  • Demam yang nggak terlalu tinggi
  • Pembengkakan kelenjar di leher
  • Pembengkakan kelenjar lunak di leher
  • Keluar cairan dari hidung
  • Detak jantung yang cepat

Sementara untuk anak-anak yang terkena infeksi penyakit difteri di rongga di belakang hidung bakalan memunculkan gejala berupa

  • Mual dan muntah
  • Menggigil, sakit kepala serta demam

Gejala penyakit difteri ini baru muncul 5 hari setelah pertama kali terinfeksi bakteri. Setelah muncul, maka dalam waktu 12 sampai 24 jam makanpseudomembran bakalan terbentuk kalau bakteri tersebut beracun.

Kemudian, yang terjadi adalah

  • Sakit tenggorokan
  • Sulit menelan
  • Kemungkinan penyumbatan yang menyebabkan kesulitan bernapas

Risiko kematian bakalan muncull kalau racun masuk ke aliran darah dan merusak jaringan vital lainnya, seperti

Kerusakan Jantung

Toksin difteri dapat menyebar melalui aliran darah dan merusak jaringan lain di tubuh, seperti otot jantung, menyebabkan komplikasi seperti peradangan otot jantun.

Kerusakan jantung akibat ini mungkin ringan atau berat. Namun juga bisa menyebabkan gagal jantung kongestif dan kematian mendadak.

Kerusakan Saraf

Racun bakteri penyakit difteri bisa menyebabkan kerusakan saraf. Target sasarannya adalah saraf di tenggorokan, di mana konduksi saraf yang buruk bisa menyebbakn sulitnya menelan. Saraf ke lengan dan tungkai juga bisa meradang, menyebabkan kelemahan otot.

Jika toksin difteri merusak saraf yang membantu mengendalikan otot yang digunakan dalam bernafas, otot-otot ini dapat menjadi lumpuh. Apa akibatnya? Penderita harus menggunakan alat bantu untuk bernapas.

Apabila bakteri penyakit difteri ini mempengaruhi jaringan selain tenggorokan, misalnya kulit, maka infeksi penyakit difteri bakalan lebih ringan. Ini karena karena tubuh menyerap jumlah toksin yang lebih rendah, terutama jika infeksi hanya mempengaruhi kulit.

Infeksi bisa hidup berdampingan dengan infeksi lainnya dan kondisi kulit yang mungkin nggak jauh beda dengan eksim, psoriasis, atau impetigo.

Apakah penyakit difteri bisa dicegah? Tentu aja bisa, yaitu dengan pemberian vaksin secara rutin yang digunakan untuk mencegah infeksi difteri di hampir semua negara.

Penyakit difteri ini jarang terjadi di Amerika dan Eropa Barat, dimana cakupan vaksinasi udah meluas selama beberap dekade terakhir.

Vaksin penyakit difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus dan pertusis, atau yang dieknal dengan vaksin DPT. Pemberian terdiri dari lima suntikan, biasanya diberikan di lengan atau paha dan disuntikkan pada anak-anak pada usia:

  • 2 bulan
  • 4 bulan
  • 6 bulan
  • 15 sampai 18 bulan
  • 4 sampai 6 tahun

 

4 dari 4 halaman

Penyebab Penyakit Difteri

Ilustrasi Vaksinasi

Penyakit difteri merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mikroorganisme bakteri yang dikenal sebagai Corynebacterium diphtheriae. Spesies Corynebacterium lain dapat bertanggung jawab, tetapi ini jarang terjadi.

Beberapa strain bakteri ini menghasilkan racun, dan racun inilah yang menyebabkan komplikasi penyakit difteri yang paling serius. Bakteri menghasilkan racun karena mereka sendiri terinfeksi oleh jenis virus tertentu yang disebut fag.

Apa yang dilakukan racun tersebut pada tubuh?

  • Menghambat produksi protein oleh sel
  • Menghancurkan jaringan di lokasi infeksi
  • Mengarah pada pembentukan membran dibawa ke aliran darah dan didistribusikan di sekitar jaringan tubuh
  • Menyebabkan peradangan kerusakan jantung dan saraf
  • Dapat menyebabkan jumlah trombosit yang rendah, atau trombositopenia, dan menghasilkan protein dalam urin dalam kondisi yang disebut proteinuria

Bakter penyebab difetri biasanya berkembang biak di atau dekat dengan permukaan tenggorokan, dan menyebar melalui:

Tetesan Udara

Saat bersin dan batuk, orang yang terinfeksi penyakit difteri melepaskan cairan yang terkontaminasi. Bila terhirup ole orang ang ada di sekatnyamaka orang tersebut juga bisa tertular penyakit difteri ini. Difteri mudah menyebar dengan cara ini, terutama dalam kondisi penuh sesak.

Barang Pribadi yang Terkontaminasi

Orang-orang kadang mendapatkan penyakit difteri ini dari memegang barang-barang yang terinfeksi, seperti tisu bekas atau handuk yang mungkin terkontaminasi penyakit bakteri.
Bakteri penyakit difteri juga bisa menyebar dengan menyentuh luka yang terinfeksi.

Orang-orang yang telah terinfeksi oleh bakteri difteri yang tidak bergejalan dapat menginfeksi orang-orang yang belum memiliki vaksin difteri. Makanya, itulah kenapa vaksin difteri ini penting banget gaes..

Beri Komentar