©shutterstock.com
Kamu mungkin pernah mendengar nama penyakit ini saat sedang belajar di sekolah, dan jarang menemukannya di kehidupan sehari-hari.
Memang sih, beberapa sumber menyatakan kalau hingga tahun 2019 kemarin nggak ada laporan kasus penyakit kolera di Indonesia. Laporan mengenai kejadian terakhir dilaporkan pada tahun 2008 lalu di Papua.
Tapi teryata, penyakit kolera ini masi menjadi pekerjaan rumah bagi banyak negara di dunia, terutama di wilayah yang masih kekurangan air bersih.
Penyakit kolera sendiri merupakan penyait diare akut yang dapat membunuh dalam beberapa jam kalau nggak diobati. Dilansir dari laman who.int, diperkirakan ada sekitar 1,3 juta hingga 4,0 juta kasus kolera, dan 21.000 hingga 143.000 kematian di seluruh dunia karena penyakit kolera.
Dan 80 persen kasus bisa diobati dengan larutan rehidrasi oral.
Selama abad ke-18, penyakit kolera ini menyebar ke seluruh dunia dari asalnya di deltas usngai Gangga, India. Enam pandemi membunuh jutaan orang di seluruh benua.
Sedangkan pandemi ketujuh Pandemi dimulai di Asia Selatan pada tahun 1961, dan mencapai Afrika pada tahun 1971 dan Amerika pada tahun 1991. Hingga kini, penyakit kolera menjadi endemik di banyak negara.
Penyakit kolera sendiri diakibatkan oleh konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae .
Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seorang ahli anatomi dari Italia yang benaran Filippo Pacini di tahun 1854 dan telah diyakini sebagai penyebab utama penyakit kolera. Tapi, temuannya bnayak diragukan saat itu karena masih banyak teori yang berkembang kalau penyaki ini disebbakan oleh racun.
Hingga akhirnya di tahun 1884, Robert Koch melaporkan hasil temuan sesuai dengan teori Pacin.
Bakteri penyebab penyakit kolera ini banyak ditemukan di permukaan air yang terkontaminasi limbah industri dan juga limbah rumah tangga.
V. cholerae dibagi atas biotype klasikal dan El-Tor, di mana byotype klasikal inilah yang menjadi penyebab penyakit kolera. Untuk El-Tor sendiri juga menghasilkan sejenis suatu protein yang menyebbakan hemolisis darah sehingga membuat pasien penyakit diare mengalami diare berdarah.
Penyakit kolera sendiri merupakan penyakit yang mengerikan banget karena bisa menyebabkan diare parah. Cuman butuh waktu 12 jam sampai 5 hari bagi seseorang untuk menunjukkan gejala setelah terpapar.
Kebanyakan orang yang terinfeksi V. cholerae tidak mengalami gejala apa pun, walaupun bakteri tersebut ada di dalam tinja mereka selama 1-10 hari setelah infeksi dan ditumpahkan kembali ke lingkungan, yang berpotensi menginfeksi orang lain.
Namun pada orang yang punya gejala, biasanya gejalanya berupa ringan atau sedang, sementara sebagian kecil lainnya menunjukkan diare akut dengan dehidrasi yang parah. Penyakit kolera di level ini bisa menyebabkan kematian kalau nggak dirawat
Gejala penyakit kolera meliputi
Diare yang terkait dengan penyakit koera ini muncul secara tiba-tiba dan dapat dengan cepat menyebbakan kehilangan cairan hingga 1 liter per jam.
Muntah terjadi terutama pada tahap awal penyakit kolera dan dapat berlangsung berjam-jam.
Dehidrasi ini bisa berkembang dalam beberapa jam setelah gejala penyakit kolera mulai dan berkisar dari ringan hingga parah. Kalau pendeita sampai kehilangan 10 persen dari berat badannya, maka menujukkan gejal penyakit kolera yang parah.
Tanda dan gejala lain dari penyakit kolera meliputi iritabilitas, kelelahan, mata cekung, mulut kering, haus yang ekstrem, kulit kering dan layu yang lambat memantul kembali ketika terjepit dalam lipatan, sedikit atau tanpa kencing, tekanan darah rendah, dan detak jantung tidak teratur.
Saat dehidrasi karena penyakit kolera, juga bisa menyebkan tubuh kehilangan mineral dengan cepat, yang disebut dengan ketidakseimbangan elektrolit,
Ketidakseimbangan ini bisa menyebbkan tanda dan gejala penyakit kolera yang serius, seperti:
Hasil dari kehilangan garam yang cepat seperti natrium, klorida dan kalium.
Ini adalah salah satu komplikasi dehidrasi yang paling serius. Ini terjadi ketika volume darah rendah menyebabkan penurunan tekanan darah dan penurunan jumlah oksigen dalam tubuh. Jika tidak diobati, syok hipovolemik berat dapat menyebabkan kematian dalam hitungan menit.
Pada negara berkembang, pencegahna penyakit kolera terletak pada solusi jangka panjang berupa pengembangan ekonomi dan akses universal ke air minum yang aman dan sanitasi yang memadai.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, penyakit kolera jarang banget ditemui. Kalapun ada, biasanya berkaitan dengan riwayat perjalanan ke luar negeri atau adanya makanan laut yang tercemar dan nggak dimasak dengan benar.
Nah, ada beberapa poin tambahan untuk pencegahan penyakit kolera, diantaranya
Terutama setelah dari toilet dan sebelum menyentuh makanan. Nggak cukup dengan air, tapi gunakan sabun setidaknya selama 20 detik.
Ini berlaku juga termasuk untuk air botolan atau air yang udah direbus sendiri.
Hindari makanan yang nggak jelas kebersihannya, atau kalau perlu hindari makan yang dimasak dan dijual di jalan. Atau kalau emang terpaksa banget, pastikan makanan tersebut disajikan saat panas.
Gunakan Buah dan Sayur yang Bisa Dikupas Sendiri
Misalnya pisang, jeruk dan avokad. Pokoknya buah yang nggak dimakan dnegan kulitnya deh.
Untuk orang Amerika Serikat yang bepergian ke negara yang terdapat wabah penyakit kolera, tersedia vaksin untuk melindungi diri.