©shutterstock.com/newroadboy
Penyakit MERS atau Middle East Respiratory Syndrome adalah penyakit pernapasan akibat virus, yang baru bagi manusia. Baru gimana sih? Karena penyakit ini pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada 2012 dan sejak itu menyebar ke beberapa negara lain, termasuk Amerika Serikat.
Sebagian besar pasien MERS menderita penyakit pernapasan berat dengan gejala demam, batuk, dan sesak napas. Sekitar 3 atau 4 dari setiap 10 pasien dengan penyakit MERS dilaporkan meninggal. Secara global, pihak berwenang melaporkan adanya 2.519 kasus karena penyait ini, dengan 866 diantaranya meninggal. Artinya, 1 dari 3 penderita nggak bisa diselamatkan, atau 35 persen penderita meninggal karena MERs ini.
Dilansir dari medicalnewstoday.com, kasus penyakit MERS ini dilaporkan di 27 negara, dengan 80 persennya terjadi di Arab Saudi.
Hingga saat ini, wabah penyakit MERS terbesar diduduki oleh negara berikut:
Kebanyakan, penderita yang berada di luar Arab Saudi punya riwayat perjalanan ke negara tersebut. Pada 2015 , wabah MERS terbesar di luar Timur Tengah melibatkan 185 orang di Korea Selatan dan 1 orang di Cina. Di dua negara tersebut menyebabkan 38 kematian.
Layaknya penyakit pernapasan lainnya, ciri-ciri penyakit MERS yang paling umum yaitu demam, batuk, dan sesak napas. Penderita juga mungkin mengalami masalah pencernaan, seperti diare, mual, atau muntah.
Komplikasi yang umum dari penyakit MERS ini yaitu pneumonia. Ada juga laporan kegagalan organ terkait dengan MERS, terutama gagal ginjal.
Gejala biasanya muncul 5-6 hari setelah terpapar virus, tetapi mereka mungkin membutuhkan 2-14 hari untuk muncul.
Penyakit MERS ini sangat mudah menyebar, bahkan beberapa orang menularkan virus tanpa mengalami gejala apa pun, sementara penderita lainnya mengalami gejala ringan.
Sedangkan bagi mereka yang punya gejala parah mungkin perlu menghabiskan waktu yang lama di rumah sakit, dengan perawatan intensif dan ventilasi mekanis.
Dikutip dari medicalnewstoday, penelitian menunjukkan kalau COVID-19 menunjukkan gejala klinis yang mirip dengan penyakit MERS. Syukurnya nih tingkat kematian karena Covid-19 jauh lebih rendah, yaitu 2.3 persen.
Tapi, penderita Covid-19 ini menunjukkan gejala yang ringan dan konsisten dibanding MERS. Akibatnya, penyebaran di masyarakat jauh lebih cepat. Peningkatan globalisasi juga berkontribusi terhadap penyebaran COVID-19 yang lebih cepat.
Penyakit MERS disebabkan oleh coronavirus. Virus penyebab penyakit MERS-CoV ni ditransfer dari manusia dari unta dromedaris yang terinfeksi. Artinya, ini adalah virus zoonosis, yaitu ditularkan antara hewan dan manusia, dan dapat ditularkan melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan hewan yang terinfeksi.
Dikutip dari laman cdc.gov, penyakit MERS, seperti halnya penyakit yang disebbakan oleh coronavirus lainnya menyebar dari sekresi pernapasan orang yang terinfeksi, seperti melalui batuk, atau bisa dibilang nih melalui cairan pernafasan. Tapi para ahli masih nggak sepenuhnya memahami gimana sih cara tepat penyebarannya.
Penyakit MERS ini menyebar dari orang sakit ke orang lainnya melalui kontak dekat, misalnya nih kayak merawat atau hidup dengan orang yang terinfeksi. Jadi, cluster penyebarannyapenyaki terjadi di Rumah Sakit, nggak di masyarakat kayak penyakit Corona karena Covid-19 ini.
Dan ya, penyakit MERS ini punya nama lain penyakit MERS-CoV, karena disebabkan oleh Coronavirus. Tapi MERs ini beda yang dengan penyakit Coronavirus-19, karena disebabkan oleh perbedaan coronavirusnya.
Perlu diketahui, corona virus sendiri adalah keluarga besar virus yang menyebbakan penyakit pernapasan, termasuk flu biasa. Virus ni bersifat zoonosis, artinya mereka biasanya menginfeksi hewan dan dapat berpindah ke manusia.
Apakah Sudah Ditemukan Obatnya?
Seperti yang WHO jelaskan, belum ada vaksin atau obat untuk penyakit MERS ini. Tapi pengembangan vaksin dan perawatannya saat ini sedang dikembangkan.
Saat seseorang dirawat karena penyakit MERS, maka dokter bertugas untuk meringankan gejala seseorang dan mengurangi risiko komplikasi.
Dan tentu aja, penyakt MERS ini bisa dicegah dengan menerapkan berbagai tindakan, misalnya nih
Penyakit MERS, SARS dan Covid-19 disebabkan karena kelompok virus yang sama, tapi punya perbedaan dari sisi gejala, masa inkubasinya. Selain itu ketiganya juga punya tingkat kematian yang berbeda. Memang nih coronovirus tuh bikin masalah mulu yah!