©shutterstock.com/Jacob Lund
Penyakit vitiligo sempet bikin viral kisah seorang pemuda, beberapa waktu yang lalu. Penyakit ini muncul dengan membuat perubahan warna di tubuhnya, yang kemudian dihadapinya dengan strong, semangat dan tanpa rasa malu.
Nah, penyakit vitiligo ini juga diidap oleh seorang model laris, Chantelle Winnie. Kondisi kulitnya yang berbeda dengan model lain justru menjadi simbol perbedaan dan perkembangan. Seperti apa sih penyakit vitiligo ini? Yuk simak ulasan Diadona berikut
Penyakit vitiligo adalah masalah jangka panjang di mana kulit tubuh mulai kehilangan warnanya. Bercak tersebut bisa aja membesar, dan bisa terjadi pada semua kelompok usia, jenis kelamin, maupun smeua etnis,
Luas area bercak bisa bervariasi antar individu. Nggak cuman di kulit aja, penyakit vitiligo juga bisa mengenai mata, bagian dalm mulut, dan rambut.
Selain itu, area tersebut juga jadi lebih sensitif terhadap cahaya matahari, dibanding bagian kulit yang normal.
Dilansir dari Medical News Today, berapa jumlah bercak dan sampai kapankah akan membesar, nggak bisa diprediksi. Bercak tersebut mungkin akan memakan waktu berminggu-minggu, atau mungkin juga bakalan tetap stabil selama berbulan-bulan sampai bertahun kemudian.
Lalu, bisa nggak sih penyakit vitiligo ini disembuhkan? Jawabannya, ada beragam cara yang bisa dilakukan untuk membuat penampakannya berkurang. Akademi Demartologi Amerika sendiri mengungkapkan kalau penyakit vitiligo ini merupakan masalah kesehatan yang butuh perhatian medis, bukan masalah cantik atau tidak cantik.
Sejumlah solusi kini udah ada buat mengurangi penampakan bercak akibat penyakit vitiligo. Apa aja?
Ini karena bercak kulit terang tersebut sangat rentan terhadap sinar matahari.
Perawatan ini yang dikombinasikan dengan perawatan lainnya, punya efek yang positif pada penyakit vitiligo. Tapi, hasilnya tentu nggak bsia diprediski. Hingga saat ini masih belum ada perawatan yang sepenuhnya bisa mengembalikan waran kulit
Perawatan ini biasanya dilakukan dengan pengaturan tertentu. Pertama, pasien menggunakan obat untuk meningkatkan sensitivitas kulit pada sinar UV, baru kemduian disinari oleh UVA dalam dosis tinggi.
Biasanya, kemajuan perawatan penyakit vitiligo ini bisa terlihat setelah 6 samapi 12 bulan perawatan, dengan dua sesi selama seminggu.
Untuk kasus penyakit vitiligo ringan, pasien bisa aja menyamarkan perubahan warna kulitnya dengan make up. Iya, ini memang nggak akan menyenbuhkan penyakit vitiligo sih, namun hanya bertujuan untuk menyamarkan saja.
Yang paling penting yaitu memilih tone warna yang sesuai dengan warna kulit pasiennya.
Saat area tubuh yang terkena penyakit vitiligo ini mencapai 50 persen atau lebih, depigmenting bisa menjadi pilihan. Solusi ini akan mengurangi warna kulit di bagian yang normal ,asal warnanya nggak terlalu kontras dengan bercak penyakit vitiligo.
Salep kortikosteroid adalah krim yang mengandung steroid. Beberapa penelitian telah menyimpulkan bahwa menerapkan kortikosteroid topikal pada bercak putih dapat menghentikan penyebaran. Sementara itu, dilaporkan juga adanya pemulihan total sesuai dengan warn asli kulit.
Tertarik mencoba? Eits, harus berkonsultasi dulu dengan dokter, ya!
Lalu, apa sih penyebab penyakit vitiligo ini?
Di dalam kulit kita terdapat melanosit, sel yang bertanggung jawab untuk memproduksi pigmen, yaitu melanin. Melanin ini bertugas untuk memberi warna kulit dan melindunginya dari sinar UV matahari.
Nah, bercak penyakit vitiligo bisa muncul saat melanosit di dalam kulit ini mati. Apa penyebab kematian si melanosit ini?
Nah, ini sih yang sampai sekarang masih belum diketahui. Namun ada beberapa faktor yang kemungkin menjadi penyebab, diantaranya:
Secara umum, penyakit vitiligo ini nggak berbahaya kok. Tapi penderitanya sangat mungkin mengalami kondisi berikut:
Kalau kamu punya orang terdekat dnegan penyakit vitiligo ini, nggak usah dijauhi ya, karena penyakit vitiligo enggak menular. Seseorang nggak bakalan terkena penyakit ini cuman karena berdekatan dengan penderita.
Informaasi ini yang harus banyak diketahui orang nih, karena penderitanya kerap mengalami tantangan sosial. Misalnya, rasa malu bisa menyebabkan masalah harga diri, dan dalam beberapa kasus bisa berujung pada kecemasan dan juga depresi.