Milenials Malas Ke Dokter, Apa Terapi Online Bisa Jadi Pilihan yang Efektif?

Reporter : Mutia Wella Lukitasari
Rabu, 19 Februari 2020 13:59
Milenials Malas Ke Dokter, Apa Terapi Online Bisa Jadi Pilihan yang Efektif?
Ada 1001 alasan yang bikin kita nggak mau ke dokter, tapi kalau terapi online gimana ya?

Kesehatan mental emang jadi salah satu permasalahan utama bagi generasi milenial, x, y hingga z.

Menurut suatu penelitian yanng dilakukan APA (2018), hanya 45% dari gen z yang memiliki kesehatan mental yang normal, 56% untuk Milenials dan 51% untuk Gen X.

Sedangakan pada generasi dan baby boomer terdapat 70%-an populasi yang memiliki kesehatan mental.

Tingkat Stres Pada Generasi

Hal menunjukkan jika banyak dari kita yang membutuhkan terapi. Tapi tentu aja, banyak alasan untuk nggak melakukannya, entah itu karena lokasi, rasa malu, takut atau kendala biaya.

1 dari 3 halaman

Tapi gimana dengan terapi online, apa bisa jadi pilihan yang efektif?

      View this post on Instagram

Ini terakhir kali gue ngepost tentang @dedysusantopj yang ngajak ngamar salah satu orang yang pernah ikut terapinya, dan kalian baca sendiri ya. Gue udah males, diserang sama diehard fans yang ga terliterasi dengan baik dan seenaknya ngomong gue matiin rezeki orang, gue ngeblow up tanpa tujuan, ga ada yang dirugikan dll. Ya intinya sih, gue mau kalian tau, gue aware sama masalah mental dan gue ga mau ada yang diterapi sama orang ga berlisensi apapun. Makasih, semuanya. Silakan kalau mau ngehujat, atau nuduh saya cari sensasi. Untungnya saya bicara pake data, dan bukti. Semoga kalian juga bisa berpikir dan berperilaku cerdas. Btw, korban yang kirim ini tidak mau disebutkan namanya :) // enggak kok, gue bukan psikolog dan gue ga pernah menempuh pendidikan formal dalam psikologi tapi gue belajar dan baca buku tanpa henti sampe detik ini, makanya gue mencium bau-bau jahat waktu ada orang ngaku doktor tapi judgemental. :)

A post shared by Revina VT (@revinavt) on

Beberapa waktu lalu kita sempat dihebohkan dengan salah seorang akun instagram yang mengaku sebagai seorang psikolog. Karena meyakinkan akhirnya banyak orang yang mempercayainya, namun baru akhir ini diketahui jika ia adalah psikolog gadungan. Hal ini tentu cukup membuat kita mempertanyakan keefektifan dari terapi online.

Padahal dalam penelitian yang dilakukan World Journal of Psychiatry, pasien yang melakukan treatment terapi melalui online melaporkan jika mereka memiliki tingkat kepuasan yang tinggi.

Para peneliti menemukan bahwa CBT online yang dikombinasikan dengan perawatan klinis efektif dalam pengobatan depresi, kecemasan, dan tekanan emosional terkait penyakit. Dalam beberapa kasus, hasilnya menunjukkan bahwa beberapa pasien benar-benar memiliki hasil yang lebih baik dengan pengobatan online dibandingkan dengan mereka yang memiliki CBT pribadi.

2 dari 3 halaman

ilustrasi terapi

Terapi kognitif-perilaku adalah salah satu bentuk perawatan yang paling banyak dipelajari dan telah terbukti efektif dalam pengobatan berbagai kondisi mental termasuk depresi, kecemasan, PTSD, gangguan makan, dan penyalahgunaan zat. CBT berfungsi untuk membantu orang mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan perilaku negatif.

Layanan terapi online ini memang tidak cocok untuk setiap orang. Karena beberapa orang enderung lebih merasa yakin ketika terapi tatap muka secara langsung.

3 dari 3 halaman

Jadi, jika kamu bukan tipe orang yang seperti itu. Maka nggak ada salahnya mencoba terapi secara online.
Sebelum memutuskan untuk melakukan terapi online, jangan lupa untuk memikirkan kerahasiaan, masalah etika dan hukum, serta kualifikasi terapis online.

Beri Komentar