© Shutterstock
Seluruh dunia sudah bekerja keras melawan covid-19. Meski demikian, urusan covid-19 masih belum selesai juga. Berbagai varian covid-19 bermunculan, seperti varian Delta misalnya. Hingga baru-baru ini, muncul varian virus corona baru bernama Omicron.
Varian Omicron ini pertama kali ditemukan di Afrika, berdasarkan penjelasan dari Organisaasi Kesehatan Dunia (WHO), pada 9 November lalu, melansir dari CNN Indonesia. Omicron sendiri dimasukkan dalam daftar Varian of Concern (VOC), alias varian yang jadi perhatian.
Kasus Omicron di Afrika selatan meningkat. Ia mempunyai nama ilmiah berupa B.1.1.529., dan telah menyebar ke delapan negara dunia. Dimulai dari Inggris, Jerman, Belgia, sampai Hongkong. Risikonya tersebar hingga Eropa begitu tinggi.
" Ada risiko tinggi hingga sangat tinggi yang akan menyebar di Eropa," ucap WHO.
Omicron punya jumlah mutasi yang sangat tinggi, bahkan melebihi 30 sel kunci protein spike, yang tentu merupakan jumlah yang tak biasa apabila dibandingkan dengan varian Covid-19 lainnya.
Dekan sekolah Kesehatan Publik Brown University, Dr Ashish Jha, mengatakan bahwa Omicron memiliki perilaku berbeda dari varian Covid-19 lainya. Penuularannya lebih cepat daripada varian Delta.
" Kita telah melihat berbagai varian Covid-19 bermunculan setiap lima sampai enam bulan, dan sebagian besar dari mereka tidak banyak jumlahnya. Tapi ini (Omicron) berbeda. Perilakunya berbeda, seperti jauh lebih menular daripada varian Delta," ucapnya.
Hingga kini, para ilmuwan masih terus meneilti varian Omicron ini, bahkan manufaktur vaksin seperti Moderna dan Pfizer juga melakukan penelitian dampak Omicron terhadap efek terhadap vaksin buatan mereka.
Sejumlah ahli mengatakan vaksin Covid-19 sebelumnya yang telah diberikan kepada masyarakat tidak cukup efektif melawan Omicron. Solusi satu-satunya adalah dengan memberikan vaksin booster.
Wah, wah, gimana nih menurutmu?