© Shutterstock.com/id/g/olesiabilkei
Cerebral Palsy (CP) adalah suatu gangguan pergerakan dan postur yang terjadi karena kerusakan permanen pada otak yang sedang berkembang.
Biasanya terjadi sebelum atau saat kelahiran, bisa juga dalam tiga tahun pertama kehidupan. Kerusakan otak ini bisa mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengontrol gerakan dan postur tubuh, serta bisa disertai dengan berbagai masalah terkait perkembangan fisik dan kognitif.
Gejala Cerebral Palsy (CP) dapat sangat bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan gangguan otak yang mendasarinya. Gejala-gejala Cerebral Palsy umumnya muncul pada masa awal kehidupan, sering kali sebelum anak tersebut mencapai usia 3 tahun. Beberapa gejala yang umum terjadi pada Cerebral Palsy meliputi:
- Spastisitas: Keadaan otot yang kaku dan kencang, menyebabkan gerakan yang terbatas dan kaku.
- Diskinesia: Gerakan yang tidak terkendali atau berulang-ulang, seperti tangan bergerak tanpa henti.
- Ataksia: Gangguan keseimbangan dan koordinasi yang dapat mempengaruhi gerakan halus dan presisi.
- Postur tubuh yang tidak alami, seperti sikap tangan atau kaki yang terlipat.
- Kesulitan dalam mempertahankan postur tubuh yang benar saat berdiri atau duduk.
- Kesulitan dalam berjalan, berlari, atau melompat.
- Kesulitan dalam mengambil atau melepaskan benda dengan tangan.
- Kesulitan dalam melakukan tugas-tugas motorik halus seperti mengikat tali sepatu atau menulis.
Refleks Moro yang berlebihan (reaksi yang tidak normal terhadap suara tiba-tiba atau stimulasi fisik).
Refleks mencubit yang berlebihan (ketika bibir atas ditekan, bibir bawah bergerak).
Kesulitan dalam mengontrol otot-otot wajah yang diperlukan untuk berbicara.
Kesulitan menelan makanan atau minuman.
Kesulitan dalam menggunakan alat tulis, memegang alat makan, atau melakukan tugas-tugas halus lainnya.
Gangguan penglihatan atau pendengaran.
Respons sensorik yang tidak normal terhadap rangsangan seperti sentuhan atau suara.
Kesulitan dalam menjaga keseimbangan saat berdiri atau berjalan.
Penting untuk diingat bahwa gejala Cerebral Palsy dapat sangat bervariasi dan tidak semua individu dengan Cerebral Palsy akan mengalami semua gejala di atas.
Selain itu, beberapa gejala Cerebral Palsy dapat berkembang seiring dengan pertumbuhan anak, sehingga diagnosis dan perawatan yang tepat diperlukan untuk membantu individu dengan CP mengembangkan potensi mereka sebaik mungkin.
Cerebral Palsy (CP) dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan otak pada masa kehamilan, saat persalinan, atau selama tahun-tahun awal kehidupan.
Meskipun sebagian besar kasus Cerebral Palsy tidak memiliki penyebab yang pasti, berikut adalah beberapa faktor risiko yang bisa menimbulkan Cerebral Palsy:
Beberapa kasus Cerebral Palsy terkait dengan faktor genetik yang dapat memengaruhi perkembangan otak. Gangguan genetik tertentu atau mutasi gen dapat meningkatkan risiko Cerebral Palsy pada beberapa individu.
Kerusakan otak yang terjadi pada masa perkembangan janin dalam kandungan dapat mempengaruhi perkembangan normal otak. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan ini termasuk infeksi ibu selama kehamilan, gangguan pembentukan plasenta, atau komplikasi medis lainnya.
Anak-anak yang lahir prematur (sebelum usia kehamilan 37 minggu) memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami Cerebral Palsy, karena otak mereka mungkin belum sepenuhnya berkembang.
Bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami Cerebral Palsy. Ini bisa terjadi pada bayi prematur atau pada bayi yang tumbuh tidak optimal dalam kandungan.
Kekurangan pasokan oksigen ke otak selama atau setelah proses persalinan dapat menyebabkan kerusakan otak yang bisa mengarah pada Cerebral Palsy.
Faktor-faktor seperti persalinan sulit, plasenta yang dilepaskan prematur, atau detak jantung janin yang tidak normal selama persalinan dapat meningkatkan risiko Cerebral Palsy.
Infeksi ibu selama kehamilan atau infeksi yang dialami bayi setelah lahir dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan otak yang berkontribusi pada risiko Cerebral Palsy.
Cedera kepala yang terjadi selama atau setelah kelahiran, seperti perdarahan otak, dapat berpotensi menyebabkan kerusakan otak yang menyebabkan Cerebral Palsy.
Kembar identik memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan Cerebral Palsy jika terjadi komplikasi yang mempengaruhi perkembangan otak salah satu atau kedua anak.
Paparan toksin atau zat beracun selama kehamilan atau pada masa anak-anak dapat memengaruhi perkembangan otak dan meningkatkan risiko Cerebral Palsy.
Cerebral Palsy bukan suatu penyakit yang bisa sembuh sepenuhnya. Namun, dengan terapi fisik, terapi okupasi, terapi bicara, perawatan medis, dukungan keluarga, dan teknologi bantu, bisa membantu kondisi orang yang mengalaminya.
Terapi dini dan pendekatan interdisipliner memiliki peranan penting dalam membantu anak-anak dengan Cerebral Palsy mengembangkan potensi mereka sejak dini.
Jika kamu mencurigai adanya gejala Cerebral Palsy pada diri sendiri atau seseorang yang kamu kenal, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk evaluasi dan bimbingan lebih lanjut.