© 2021 Eugene Smith
Penyakit minamata adalah suatu contoh dari mematikan dan mengerikannya dampak keracunan limbah metylmerkuri (MeHg) pada makhluk hidup. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada Mei, 1956 di kota Minamata, wilayah barat daya Pulau Khusus Jepang.
Meski hampir 70 tahun berlalu, namun dampak penyakit ini masih terasa hingga kini.
Penyakit minamata terjadi karena manusia di wilayah tersebut mengonsumsi ikan dan kerang yang udah tercemar limbah MeHg yang dibuang oleh pabrik kimia Chisso Co. Ltd di teluk Minamata. Penderitanya mengalami gejala khas seperti gangguan sensorik, gejala kejiwaan, gangguan pendengaran hingga penglihatan.
Aspek yang paling parah dari penyakit ini adalah bahwa janin yang dikandung oleh ibu yang sempat mengkonsumsi hasil laut dari teluk Minamata saat itu, lahir dengan penyakit minamata. Mereka mengalami keterbelakangan mental, gangguan kkoordinasi,kelainan bentuk anggota tubuh dan gejala lainnya.
Namun, ibu dari bayi tersebut tak terkena dampak dari keracunan ini karena merkuri yang masuk dalam tubuh diserap oleh janin.
Hingga tahun 2011 atau 55 tahun setelah kasus pertama ditemukan, tercatat 2.271 pasien diakui secara resmi meninggal dengan mengidap penyakit minamata ini, meski diperkirakan jumlah pasiennya yang menujukkan gejala neurologis mencapai puluhan ribu.
Pada bulan Juli tahun 1959, peneliti di Universitas Kumamoto menemukan kalau penyebab penyakit Minamata adalah karena keracunan merkuri tingkat tinggi.
Melansir Very Well Health, sebelum ditemukan kasus pertama, masyarakat di wilayah setempat menyadari kucing-kucing yang mereka miliki melakukan tindakan yang aneh. Kucing tersebut seperti terhuyung-huyung, kejang, lumpuh dan jatuh ke laut. Masyarakat mengira kucing-kucing tersebut bunuh diri.
Sekedar diketahui, kucing-kucing tersebut mengkonsumsi sisa ikan dari teluk Minamata. Dan saat itu, masyarakat belum tahu bahwa tragedi akan terjadi. Mereka tetap mengkonsumsi ikan dari teluk Minamata.
Tak butuh waktu lama, orang-orang di Minamata merasakan suatu gejala aneh seperti mati rasa di anggota badan dan bibir, juga sulitnya melihat dan mendengar. Ada juga yang merasakan gemetar di lengan atau kaki, nggak bisa berjalan dan bahkan mungkin terjadinya kerusakan otak.
Dan ya, seperti kucing-kucing mereka, orang-orang di sana terlihat aneh. Dengan kata lain, ada sesuatu yang membuat sistem saraf mereka terganggu dan ternyata ini adalah merkuri.
Penyakit minamata dinamai berdasarkan nama kota kecil tempat tragedi ini terjadi. Minamata adalah kota nelayan kecil di pesisir Laut Shiranui.
Karena lokasinya, masyarakat kota banyak makan ikan. Dan konsumsi berbasis ikan dari kucing serta masyarakat yang mengalami gejala menjadi benang merah dari kejadian ini.
Semua ini bermula dari terkontaminasinya teluk Minamata dengan merkuri dari pabrik setempat yang dijalankan oleh Chisso Corporation. Pabrik itu memproduksi bahan kimia asetaldehida dan membuang limbah mereka ke teluk.
Di dalam air, bakteri melakukan biotransformasi merkuri menjadi methylmercury, atau merkuri organik.
Ikan mengkonsumsi bahan kimia tersebut, terakumulasi secara biologis dan biomagnifikasi di dalam otot mereka. Tragedi penyakit minamata berlanjut pada kucing yang memakan ikan tersebut dan gejala kemudian muncul pada manusia.
Setelah kecurigaan mengenai keracunan limbah tersebut muncul, Chisso Corporation menolak tuduhan dan tak mau mengganti proses produksinya. Mereka menyangkal keterlibatan mereka dan limbah merkuri yang menyebabkan penyakit minamata.
Para nelayan akhirnya melayangkan protes mereka di tahun 1959 dan menuntut pabrik berhenti membuang limbah beracun mereka ke laut. Nelayan juga meminta kompensasi atas dampak kesehatan yang mereka alami.
Akhirnya, Chisso Corporation membuat kesepatakatan bahwa mereka bakalan memberikan kompensasi kepada penyakit mereka, namun nggak mau bertanggung jawab saat ini atau di masa depan. Kesepakatan tersebut terjadi dengan dokumen hukum.
Dan karena nelayan merasa bahwa hanya inilah satu-satunya cara mereka mendapatkan kompensasi, mau tak mau mereka menandatangi perjanjian tersebut.
Chisso Croporation baru menghentikan pembuangan limbah ke laut di tahun 1969. Tapi sampai saat ini, perusahaan tersebut masih terus memberikan kompensasi finansial pada lebih dari 10 ribu orang dan masih diselimuti gugatan.
Tapi, apakaah penyakit minamata ini hanya menyeret Cisso Corporation?
Tidak, karena di tahun 1982, penggugat mengajukan gugatan mereka ke pemerintah Jepang terkait karena dianggap lalai melindungi lingkungan. Dan di tahun 2001, Pengadilan Tinggi Osaka menetapkan bahwa Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan seharusnya udah mulai bertindak setelah ditemukannya bukti bahwa penyakit minamata disebabkan karena keracunan limbah tersebut.
Chisso Corporation diharuskan membayar $ 2.18 juta untuk ganti rugi kepada penggugat atau setara dengan Rp 31 T, sementara Pemerintah Jepang juga digugatuntuk membayar senilai $ 703 ribu atau setara dengan Rp. 10 T.
Dan tahu nggak sih kalau baru belakang ini diketahui kalau pabrik tersebut membuang 27 ton limbah merkuri ke Teluk Minamata.
Penyakit Minamata dan tragedi tersebut adalah salah satu bencana lingkungan paling mematikan di seluruh dunia.
Tim peneliti USask yang dalam penelitiannya menggunakan sampel jaringan kucing yang berumur 60 tahun membuktikan kalau jenis merkuri organik yang menyebabkan penyakit minamata ini berbeda dengan limbah yang dibuang langsung oleh pabrik Chisso.
Kemungkinan, penyebab penyakit minamata ini adalah alpha-mercuri-acetaldehyde, produk limbah merkuri dari produksi aldehida yang sebelumnya tidak diidentifikasi. Dan mengenai bagaimana kerja senyawa ini sehingga bisa menyebabkan penyakit Minamata, ini masih memerlukan banyak sekali pekerjaan dengan teknologi terkini.
Penyakit minamata adalah contoh buruk bagaimana limbah industri berdampak pada kehidupan, sekaligus sebagai pembelajaran kita untuk tak sembarangan mengonsumsi produk yang mengandung merkuri