© 2020 Shutterstock.com/9nong
Seiring dengan permasalah HIV yang terus menjadi isu masyarakat global, informasi mengenai penyebab HIV/AIDS, penularan dan pencegahan dan diagnosisnya jadi penting banget buat diketahui.
HIV adalah suatu penyakit yang terjadi karena virus yang menargetkan sistem kekebalan tubuh, melemahkan pertahanan penderita terhadap banyak infeksi dan juga beberapa jenis kanker. Bila tak diobati infeksi HIV bisa berkembang menjadi AIDS setelah bertahun-tahun.
Di laman WHO menyebut bahwa hingga akhir tahun 2019 lalu, sebanyak 38 juta orang hidup dengan HIV, dengan 70 persen diantarnya telah menerima terapi antiretroviral selama seumur hidup untuk membantu mengendalikan virus penyebab HIV/AIDS dan mencegah penularannya ke orang lain.
Penyebab HIV/AIDS adalah virus HIV-1.
Tapi dari manakah virus penyebab HIV/AIDS ini berasal? Dikutip dari laman The AIDS Institue, para ilmuwan berhasil mengidentifikasi simpanse di Afrika Barat sebagai sumber penularan HIV pada manusia.
Mereka percaya kalau versi simpanse dari virus imunodefisiensi, disebut virus imunodefisiensi simian atau SIV, kemungkinan besar ditularkan ke manusia lalu bermutasi menjadi virus penyebab HIV/AIDS ketika manusia memakan hewan simpanes itu. Mutasi juga mungkin terjadi ketika manusia berkontak erat dengan simpanse.
Selama beberapa dekade, virus tersebut kemudian menyebar ke seluruh Afrika dan kemudian ke beberapa bagian dunia lainnya.
Kasus infeksi yang pertama kali dideteksi di sampel darah seorang laki-laki Kongo di tahun 1959 lalu. Masih nggak diketahui gimana awalnya dia memiliki virus penyebab HIV/AIDS tersebut.
Selanjutnya di akhir tahun 1970, virus mulai ditemukan di Amerika Serikat. Lalu kemudian di tahun 1979 - 1981, beberap jenis penyakit seperti pneumonia, kanker, dan juga penyakit lain ditemukan pada sejumlah pasien pria yang berhubungan satu sama lain. Ini adalah kondisi yang nggak biasa ditemukan pada orang dengan sistem kekebalan tubuh sehat.
Di tahun 1999, tim peneliti internasional akhirnya melaporkan dari mana asal muasal HIV-1 tersebut, yaitu dari subspesies simpanse asli Afrika ekuator barat.
Dan di masa sekarang ini yang jadi informasi penting adalah mengenai penularan virus penyebab HIV/AIDS tersebut. Minimnya pengetahuan masyarat pengenai penularan ternyata tak sebanding dengan sikap mereka terhadap para ODHA atau Orang dengan HIV/AIDS. ODHA kerap merasa dikucilkan dari masyarakat karena informasi salah kaprah mengenai penularan virus ini.
Penularan virus peyebab HIV/AIDS bisa terjadi melalui:
Yaitu orang yang positif HIV/AIDS menggunakan jarum suntik kemudian digunakan oleh orang lain. Ini karena jarum, jarum suntik maupun peralatan injeksi lainnya mungkin masih terkandung darah, dimana darah dapat sebagai media penularan HIV.
HIV dapat bertahan hidup dalam jarum suntik bekas pakai hingga 42 hari, tergantung pada suhu dan faktor lainnya.
Jarum suntik ini nggak cuman terbatas pada kegunaan medis, melainkan bisa karena penggunaan narkoba, dan praktik lain seperti tato, sulam alis, dan lainnya,
Proses tersebut bisa menularkan virus HIV/AIDS dari ibu kepada anak yang dikandung atau dilahirkannya.
Seiring dengan makin ketatnya skrening transfusi darah, penularan virus penyebab HIV/AIDS melalui cara ini jadi semakin jarang terjadi.
Dan ya, inilah penularan virus penyebab HIV/AIDS yang paling besar. Ini karena Virus HIV dapat ditularkan melalui cairan vagina, darah, dan lendir anal. Saat berhubungan seks tanpa kondom, cairan tubuh dari satu orang dapat masuk ke tubuh pasangan seksual mereka.
Seks anal sendiri memiliki risiko penularan virus penyebab HIV/AIDS yang terbsar karena lapisan anus lebih lembut daripada lapisan vagina. Ini berarti lapisan tersebut mudah rusak, sehingga virus HIV lebih musah masuk ke dalam tubuh
Virus penyebab HIV/AIDS adalah golongan retrovirus. Setiap partikel di virus ini mengandung satu benag tunggal RNA. Setelah sel terinfeksi, maka virus ini bakalan membentuk replika RNA dan DNAnya.
Seiring dengan bertabahnya replika virus dalam tubuh seseorang, jumlah sel limfosit CD4+ bakalan terus menurun. Sel limfosit CD4 sendiri adalah bagian dari sel darah putih yang bertugas menjaga kekebalan tubuh. Umumnya nih munculnya gejala setelah terinfeksi virus penyebab HIV/AIDS ini adalah 5 sampai 10 tahun.
Infeksi primer memunculkan gejala infeksi akut yang spesifik, seperti demma, nyeri kepala, faringitis dan nyeri tenggorokan. Selanjutnya penderita bakalan masuk dalam periode tanpa gejala, padahal sedang terjadi penurunan lebih lanjut sel limfosit CD 4+ selama bertahun-tahun. Bila diabiarkan dan tak diobati, maka bisa terjadi manifestasi klinis AIDS akibat difisiensi sel imun.
Yang terpenting saat ini sudah tak lagi mencegah virus penyebab HIV/AIDS ke tubuh manusia namun kepada pencegahan penularan dan peran serta masyarakat untuk memberikan rasa nyaman kepada ODHA agar mereka bisa menjalani hidup secara berkualitas.