Acara Puncak Hari AIDS Sedunia 2020 “Perkuat Kolaborasi, Tingkatkan Solidaritas”
Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahunnya pada tanggal 1 Desember. Hal ini menjadi penting, mengingat penanggulangan HIV di Indonesia masih belum secara maksimal.
Dalam rangka memperingati Hari AIDS Sedunia (HAS) ini, sejumlah pemangku kepentingan, seperti: Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI), Kelompok Studi Infeksi Menular Seksual Indonesia (KSIMSI), Durex Eduka5eks PT. Reckitt Benckiser (RB) Indonesia, sejumlah organisasi kemahasiswaan AMSA dan CIMSA, serta didukung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, mengadakan web seminar (Webinar) bertajuk “Perkuat Kolaborasi, Tingkatkan Solidaritas” yang menekankan pentingnya kerja sama guna mencapai three zeroes pada tahun 2030.
Diharapkan pada tahun 2020 ini, Indonesia telah siap menuju akhir HIV/AIDS di tahun 2030, yaitu tidak ada inveksi HIV baru, tidak ada kematian karena AIDS, dan tidak ada stigma dan diskriminasi.
Sementara itu data dari Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan HIV/AIDS dan PIMS pada triwulan II Tahun 2020 hingga Juni 2020, memperlihatkan bahwa estimasi jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) telah mencapai 543,100 orang, 398,784 orang telah ditemukan, dan hanya 205,945 ODHA yang baru memulai konsumsi ARV.
Tambah lagi, survei Durex Eduka5eks pada tahun 2019 masih memperlihatkan bahwa topik IMS belum dibicarakan oleh konsumen remaja, orang tua, dan pasangan menikah.
Bahkan 3 dari 10 kelompok remaja di lima kota besar Indonesia masih percaya bahwa berinteraksi dalam kegiatan sehari – hari bersama ODHA dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS.
Ketua Tim Penasihat Kolegium PERDOSKI, Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK(K) dalam keynote speech dengan berjudul “ Melindungi Masyarakat Indonesia dari Risiko Terinfeksi HIV dan IMS” menekankan pentingnya Pendidikan seks bagi remaja sebagai kegiatan promotif dan preventif untuk memberikan tuntunan dan bimbingan kehidupan yang berkaitan dengan jenis kelamin, kehidupan mencintai, hingga rasa tanggung jawab.
Sementara itu data dari Kementerian Kesehatan RI tentang perkembangan HIV/AIDS dan PIMS pada triwulan II Tahun 2020 hingga Juni 2020, memperlihatkan bahwa estimasi jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) telah mencapai 543,100 orang, 398,784 orang telah ditemukan, dan hanya 205,945 ODHA yang baru memulai konsumsi ARV.
Tambah lagi, survei Durex Eduka5eks pada tahun 2019 masih memperlihatkan bahwa topik IMS belum dibicarakan oleh konsumen remaja, orang tua, dan pasangan menikah.
Bahkan 3 dari 10 kelompok remaja di lima kota besar Indonesia masih percaya bahwa berinteraksi dalam kegiatan sehari – hari bersama ODHA dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS.
Ketua Tim Penasihat Kolegium PERDOSKI, Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili, SpKK(K) dalam keynote speech dengan berjudul “ Melindungi Masyarakat Indonesia dari Risiko Terinfeksi HIV dan IMS” menekankan pentingnya Pendidikan seks bagi remaja sebagai kegiatan promotif dan preventif untuk memberikan tuntunan dan bimbingan kehidupan yang berkaitan dengan jenis kelamin, kehidupan mencintai, hingga rasa tanggung jawab.
Bersamaan dengan acara puncak HAS tahun ini, perusahaan produk konsumen pada kesehatan dan kebersihan, Reckitt Benckiser (RB) Indonesia, melalui produk kontrasepsinya Durex, kembali mempromosikan kampanye Corporate Social Responsibility (CSR) yang bertujuan untuk menormalisasi perbincangan seksual dengan menggandeng sejumlah mahasiswa terpilih lewat kampanye Eduka5eks - 5 langkah mudah memahami pengetahuan tentang kesehatan seksual dan reproduksi.
Di dalamnya terdapat lima langkah, yang setiap langkahnya memberikan rekomendasi yang jelas bagi remaja. Selain itu, perusahaan juga mendorong konsumen untuk secara proaktif berkonsultasi dan berpartisipasi dalam kampanye tersebut di media sosial dengan tagar #EnaknyaDiobrolin.
Adapun lima langkah Eduka5eks tersebut meliputi:
1. Ayo Pahami – Sikap terbuka untuk memperoleh lebih banyak informasi tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi
2. Mari Bicara - Berani untuk memulai percakapan
3. Saling Menghargai - Menghargai pendapat dan keputusan orang lain.
4. Selalu Bertanggung jawab - Bertanggung jawab atas diri sendiri, pasangan kita, dan keluarga kita.
5. Pemeriksaan Kesehatan – Mulai melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.
“ Memahami kebutuhan ini, kami telah bekerja secara kolaboratif dengan KSIMSI untuk memilih sejumlah profil mahasiswa yang tersebar di seluruh Indonesia untuk menjadi agen perubahan seksual di lingkungan sekitarnya. Mereka telah menciptakan konten digital dan kampanye media sosial berdasarkan modul yang telah kami buat dengan KSIMSI. Kami percaya bahwa dengan pendekatan komunikasi persuasif dan partisipatif kepada remaja dan penyediaan informasi yang kredibel, target three zeros dapat dicapai di tahun 2030.” ujar dr. Helena Rahayu Wonoadi, Project Director Reckitt Benckiser Indonesia.
Stigma negatif mengenai HIV/AIDS dapat diubah dengan adanya kolaborasi masyarakat secara menyeluruh, dan tentunya dengan meningkatkan solidaritas.
Untuk informasi lebih lanjutnya mengenai Eduka5eks, kamu dapat mengunjunginya di sini.