Jakarta, 1 Oktober 2024 – Philips, raksasa teknologi kesehatan global, terus berkomitmen untuk mendorong masa depan layanan kesehatan yang lebih baik di Indonesia. Melalui dialog yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, seperti Kementerian Kesehatan, Siloam Hospitals, dan beberapa pemain besar lainnya, Philips berupaya mempercepat transformasi digital dalam sistem kesehatan Indonesia. Diskusi ini difokuskan pada pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan integrasi data untuk menciptakan ekosistem perawatan yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Setiaji S.T., M.Si., Chief Digital Transformation Officer dari Kementerian Kesehatan Indonesia, membuka dialog dengan menyoroti pentingnya kolaborasi dalam menghadapi tantangan perawatan kesehatan. “Inovasi dan teknologi telah menjadi kunci dalam transformasi layanan kesehatan di Indonesia. Visi kami, Indonesia Sehat 2025, nggak bisa tercapai tanpa kemitraan yang kuat di seluruh ekosistem kesehatan,” ungkap Setiaji.
Transformasi Digital yang Lebih dari Sekadar Teknologi
Bersamaan dengan acara ini, Philips juga meluncurkan hasil laporan *Future Health Index (FHI) 2024*, yang menyoroti kemajuan sektor kesehatan di Indonesia. Laporan ini mencatat bahwa banyak pemimpin layanan kesehatan di Indonesia sudah mulai menerapkan otomatisasi dan merasakan manfaat dari perawatan virtual, terutama dalam menghadapi kekurangan tenaga kesehatan. Tapi, mereka masih menghadapi tantangan besar dalam hal integrasi data dan penggunaan AI yang optimal.
“Sistem perawatan kesehatan global sedang menghadapi tekanan besar, terutama dengan populasi pasien yang terus meningkat dan kekurangan tenaga kerja,” ujar Roy Jakobs, CEO Royal Philips. “Di Philips, kami fokus pada perubahan sistemik yang mencakup teknologi, praktik klinis, dan regulasi sebagai satu kesatuan. Kolaborasi lintas sektor menjadi sangat penting agar kita bisa memberikan perawatan yang lebih baik bagi lebih banyak orang," tambahnya.
AI dan Data: Solusi Masa Depan Perawatan Kesehatan
Berdasarkan hasil survei dari laporan *FHI 2024*, 76% pemimpin kesehatan di Indonesia mengatakan kekurangan tenaga kerja menyebabkan penundaan dalam perawatan pasien. Untuk mengatasi hal ini, mereka mulai memanfaatkan otomatisasi untuk mengurangi beban administratif dan mengoptimalkan produktivitas. Selain itu, AI menjadi fokus utama dalam upaya mereka ke depan. Menariknya, sebanyak 74% pemimpin di Indonesia sudah berencana untuk berinvestasi dalam AI generatif dalam tiga tahun ke depan—angka yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata global.
Bukan hanya itu, para pemimpin kesehatan Indonesia juga menekankan pentingnya integrasi data yang lebih baik. Hampir semua (98%) setuju bahwa perlu ada peningkatan dalam privasi dan keamanan data agar bisa memaksimalkan potensi AI dan wawasan berbasis data. Mereka juga melihat perlunya transparansi lebih dalam mengenai bagaimana data pasien akan digunakan.
Keberlanjutan Jadi Prioritas
Di sisi lain, isu keberlanjutan juga menjadi sorotan utama dalam dialog ini. Hampir semua pemimpin layanan kesehatan di Indonesia sepakat bahwa pengurangan emisi karbon dan dampak lingkungan dari sistem kesehatan harus menjadi prioritas, baik bagi organisasi maupun pemerintah. Untuk mendukung hal ini, 51% pemimpin sudah mulai menerapkan pengadaan yang berkelanjutan, seperti penggunaan peralatan yang lebih ramah lingkungan, dan 39% lainnya berencana mengadopsi strategi ini dalam tiga tahun ke depan.
Seruan untuk Kolaborasi Lebih Besar
Di akhir dialog, para pemangku kepentingan sepakat bahwa diperlukan rencana yang kohesif untuk mewujudkan transformasi kesehatan yang lebih baik di Indonesia. Astri R. Dharmawan, Presiden Direktur Philips Indonesia, menambahkan, “Industri layanan kesehatan di Indonesia sedang berada di titik krusial. Kami berharap dialog ini bisa mendorong kerjasama lebih erat menuju digitalisasi yang lebih inklusif. Dengan inovasi yang berkelanjutan, kami yakin bisa menciptakan masa depan yang lebih sehat, baik bagi masyarakat maupun planet ini.”
Kolaborasi lintas sektor inilah yang diharapkan dapat menjadi kunci untuk menghadapi tantangan-tantangan perawatan kesehatan di masa depan, sekaligus memastikan bahwa lebih banyak orang mendapatkan akses ke perawatan yang lebih baik.