© 2020 Https://www.diadona.id/medicalnewstoday.com
Apa yang normal untuk satu orang mungkin tidak normal untuk orang lain. Sebuah studi 2010 yang diterbitkan dalam Skandinavia Journal of Gastroenterology, menemukan bahwa 98 persen pesertanya buang air besar antara 3 kali per minggu hingga 3 kali sehari.
Kebanyakan orang memiliki rutinitas mereka sendiri dan buang air besar dalam jumlah yang sama setiap hari dan pada waktu yang bersamaan. Namun sebagian orang lainnya memiliki pola buang air besar yang tidak teratur. Pola ini mungkin sehat, namun juga dapat menjadi tanda adanya masalah dalam perut atau usus.
Dilansir dari medicalnewstoday (01/11) inilah faktor yang mempengaruhi pola buang air besar.
Karena usus besar menyerap air berlebih, jika kamu tidak minum cukup cairan maka hal ini dapat mengeraskan kotoran dan membuatnya lebih sulit untuk buang air besar. Seseorang yang mengalami sembelit harus meningkatkan asupan cairan untuk menjaga kotoran tetap lembut.
Konstipasi sering dikaitkan dengan bertambahnya usia. Penuaan menyebabkan usus melambat, sehingga kotoran tidak melewatinya dengan cepat. Juga, orang yang lebih tua kemungkinan besar akan minum obat yang dapat mengganggu kebiasaan buang kotoran mereka yang biasa.
Tetap aktif berkegiatan membantu usus besar bekerja lebih baik dan memindahkan kotoran melalui usus dengan lebih efisien. Ketika seseorang mengalami sembelit atau pencernaan yang lambat, cobalah pergi berjalan-jalan atau berlari.
Apa yang dimakan seseorang memainkan berperan penting dalam seberapa sering ia buang air besar. Untuk pencernaan yang lancar, kamu dapat meningkatkan konsumsi serat. Karena serat adalah zat penting untuk pergerakan usus yang sehat.
Serat adalah jenis karbohidrat yang tidak dapat dipecah oleh usus kecil menjadi molekul yang lebih kecil. Akibatnya, ia berpindah ke usus besar sebagai massa makanan yang tidak tercerna yang akhirnya menjadi kotoran, juga dikenal sebagai feses.
Beberapa kondisi medis dan obat-obatan dapat mempengaruhi kesehatan usus dan menyebabkan seseorang buang air besar lebih atau kurang dari biasanya. Penyakit radang usus, seperti penyakit Crohn atau radang borok usus besar, dan bahkan virus flu perut dasar, dapat mengubah seberapa sering seseorang harus buang air besar.
Beberapa hormon, seperti progesteron dan estrogen, dapat memengaruhi seberapa sering seorang wanita pergi ke kamar mandi. Misalnya, beberapa wanita melaporkan buang air besar lebih sering pada hari-hari menjelang dan pada awal periode mereka.