© Shutterstock.com
Handphone atau smarthphone dirancang untuk dapat membuat kita sebagai pengguna jadi lebih produktif dan juga mempermudah kita. Selain mendapatkan informasi, sering kali fungsi utama dari smartphone kita adalah untuk entertainment.
Tak sedikit dari kita yang segera memainkan smarthphone ketika bangun tidur di pagi hari, hingga akan beristrihat di malam haripun tetap handphone-lah yang dilihat mata. Padahal, layar-layar yang kita lihat ini memancarkan sinar biru yang memberikan dampak buruk bagi mata.
Menurut penelitian, rata-rata manusia modern menghabiskan sekitar 5.000 jam hanya untuk menatap layar yang memancarkan sinar biru.
Kini kita terpapar sinar biru dari berbagai gadget yang digunakan, seperti televisi, smarthphone, laptop, tablet, hingga komputer. Namun nyatanya, sinar biru ini sebenarnya juga bagian dari cahaya alami lho.
Dilansir dari ANRRI.com, sinar biru sebenarnya adalah hasil dari partikel elektromagnetik yang memancarkan energi saat bergerak dalam gelombang dengan panjang yang berbeda. Ketika melihat pelangi, kamu dapat melihat cahaya yang merupakan kombinasi dari beberapa warna, salah satunya adalah cahaya biru.
Mata telanjang manusia hanya dapat melihat sebagian kecil dari spektrum elektromagnetik sinar. Porsi kecil ini memiliki rentang panjang gelombang antara 400nm dan 750nm. (Nanometer atau nm adalah satuan ukuran untuk panjang gelombang spektrum elektromagnetik).
Nah, sinar biru merupakan bagian pertama dari spektrum tampak, yang memiliki panjang gelombang pendek sekitar 400 nm. Memiliki panjang gelombang yang lebih pendek berarti cahaya biru memiliki energi yang lebih tinggi.
Meski begitu, sinar biru yang dihasilkan layar gadget memiliki dampak yang berbeda. Hal ini karena kedekatan dan durasi dalam penggunaan gagdet yang membuat paparannya lebih berbahaya.
Sinar biru tidak sama dengan sinar Ultraviolet (UV). Keduanya memang dihasilkan dari matahari, tetapi pengaruhnya terhadap mata dan tubuh manusia berbeda. Sinar UV adalah cahaya non-tampak dengan panjang gelombang antara 100nm dan 400nm. Memiliki panjang gelombang yang lebih pendek dari sinar biru, sinar UV memiliki lebih banyak energi dan menyebabkan lebih banyak kerusakan, termasuk membakar kulit.
Cahaya biru, bagaimanapun, dapat menembus struktur anterior mata manusia. Ini berarti bahwa cahaya biru dapat dengan cepat menembus retina, tidak seperti Sinar UV, dan menyebabkan kerusakan fotokimia (kerusakan pada retina yang disebabkan oleh cahaya). Retina adalah lapisan jaringan tipis yang melapisi bagian belakang mata di bagian dalam.
Meskipun kacamata hitam biasa dapat melindungi tubuh dari sinar UV, efeknya tidak sama jika terkena cahaya biru. Namun, hal ini tetap jadi pilihan terbaik untuk menjaga kesehatan mata dari sinar matahari langsung.
Kacamata hitam hanya berfungsi sebagai pelindung terhadap sinar UV, bukan sinar biru.
Berbagai faktor tersebut juga mempengaruhi kesehatan mata, terlebih jika kita sering menggunakannya di ruang yang gelap. Sebuah laporan Unilever mengungkapkan bahwa 64% orang tidak menyadari bagaimana cahaya biru berdampak negatif pada kulit karena kemampuannya untuk menembus kulit jauh ke dalam lapisan subkutis (lapisan terdalam kulit).
Gejala yang muncul diantaranya seperti mata kering, pedih, merah, lelah, atau berair. Pada kondisi sakit mata, dahi dan kelopak mata akan terasa sangat berat. Rasa sakit juga akan menyerang bahu. Di tingkat yang lebih parah, kondisi ini akan menyebabkan penurunan penglihatan semisal rabun dan bola mata akan menegang.
Karena itu, penting untuk mengistirahatkan mata. Kamu dapat mencoba teknik 20-20-20 yaitu setelah 20 menit melihat gadget, imbangi dengan 20 detik istirahat dengan melihat sekeliling sejauh 20 kaki atau 6 meter.
Yup. Tak dapat dipungkiri jika paparan sinar biru dari gadget dapat mengganggu jam biologis tubuh dalam beberapa aktifitas, seperti makan dan tidur. Menurut sebuah percobaan yang dilakukan peneliti dari Harvard, paparan sinar biru mengurangi produksi melatonin.
Melatonin sendiri adalah hormon yang mengatur siklus tidur-bangun. Jika hormon ini tidak diproduksi, individu mulai mengalami tantangan tidur karena tubuh gagal mengatur siklus tidur-bangun. Jadi ketika di hari berikutnya hal ini menyebabkan kita tidak memiliki tenaga, tubuh jadi lebih mudah kelelahan, anxiety hingga membuatmu insomnia.
Meski gadget dan paparan sinar birunya tak dapat dihindarkan dari aktifitas sehari-hari, jangan lupa untuk tetap perhatikan kesehatan tubuh ya!