© Liputan6.com
Penyakit hipertensi sering diidentikkan sebagai penyakitnya orang-orang yang sudah berumur. Meski begitu, penemuan belakangan ini menunjukkan bahwa anak-anak muda yang tergolong sebagai milenial pun rupanya tak lepas dari ancaman hipertensi.
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi hipertensi meningkat pada kalangan milenial. Padahal hipertensi merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner.
Ahli jantung dan pembuluh darah dr Badai Bhatara Tiksnadi, SpJP(K), MM, FIHA mengatakan, hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sampai dua kali lipat, risiko gagal jantung 1,5 kali dan stroke 2,6 kali lipat.
" Kita harus menumbuhkan kesadaran diri untuk melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin, dan mencegah serta mengendalikan hipertensi dengan memodifikasi gaya hidup seperti rajin berolahraga juga membatasi asupan garam," ujar Badai yang juga staf di divisi prevensi dan rehabilitasi, departemen kardiologi dan kedokteran vaskular, FK Unpad dalam acara virtual media briefing bertajuk Hipertensi, Covid-19 dan Milenial, Kamis (3/6/2021).
Menurut Badai, hipertensi pada milenial bisa dipengaruhi beberapa faktor seperti gaya hidup tidak aktif, stres, kemajuan teknologi yang membuat seseorang tidak bergerak dan kecemasan akan Covid-19 yang mengganggu kesehatan mental. Belum lagi hipertensi merupakan komorbid utama pada penderita Covid-19.
Data yang dihimpun oleh Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 1 Juni 2021, tiga besar komorbid tertinggi yang ditemukan pada pasien Covid-19.
" Covid-19 adalah penyakit yang mudah menyerang orang dengan sistem imun lemah. Sementara hipertensi terutama kondisi menahun akan melemahkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini mengakibatkan tubuh tak sanggup menghadapi infeksi virus dan akhirnya terinfeksi Covid-19," jelas Badai.
" Pasien dengan tensi tidak terkontrol atau yang tidak diobati akan berisiko mengalami infeksi Covid-19 yang berat dan komplikasi (bila dibandingkan dengan yang terkontrol dengan obat)," tambahnya.
Menurut Ketua Umum Yayasan Jantung Indonesia Esti Nurjadin, Yayasan Jantung Indonesia (YJI) kenaikan prevalensi penyakit tidak menular seperti hipertensi dan penyakit jantung berhubungan erat dengan pola atau gaya hidup antara lain merokok, konsumsi minuman beralkohol, rendahnya aktivitas fisik, rendahnya konsumsi makanan sehat seperti sayur dan buah, serta tingginya konsumsi gula garam dan lemak.
" Yang paling utama selain menghindari pola hidup tidak sehat adalah kita juga melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin sehingga bisa mencegah atau setidaknya dan mengendalikan hipertensi," ujarnya.
Reporter: Fitri Syarifah
Sumber: Liputan6.com